Bab 1 arkana yang manja
Kalau mau jadi anak baik
Harus nurut sama bunda
~bunda disa~
~oo0oo~
Disa menghela nafas kasar ketika melihat tangan suaminya yang sudah melingkari tubuhnya dengan sangat kuat, padahal sejak tadi disa meminta untuk di lepas namun dendra enggan untuk melakukannya.
Bukan disa tidak mau tapi kalau disa berlama lama di sini anaknya yang manja itu pasti akan membuat seisi rumah berisik dengan suaranya karena mencari disa
"dendra ayo lepas dulu, arkana mau pergi sekolah" ucap disa geram kepada suaminya ini, pikirkan saja dari tadi disa ingin bangun selalu di cegah oleh manusia satu itu.
"anaknya udah besar bun, nggak perlu di bangunin lagi" jawab dendra dan semakin memeluk disa dengan sangat erat.
"tapi kalau dia teriak manggil aku gimana?" tanya disa karena ia tahu betul bagaimana sifat anaknya itu.
"ya teria..... " belum sempat dendra melanjutkan perkataannya, suara nyaring itu sudah menggema di seluruh penjuru rumah suara siapa lagi kalau bukan arkananya mereka
"BUNDAA... "
"tuh kan anaknya udah teriak, ayolah den kamu juga harus kerja masa mau uring uringan mulu" ucap disa sambil mengelus elus rambut dendra dengan sangat lembut.
"BUNDAA, DIMANA SIH? BUNDAA" teriak arkana lagi.
Akhirnya dendra mengalah ia melepaskan pelukannya dan mengizinkan disa untuk mengurus anak kesayangannya itu.
"morning kiss" pinta dendra
Disa memicingkan matanya "awas minta lebih" ancam disa
"nggak sayang, ayoo" ujar dendra sambil memajukan wajahnya mendekati disa.
Cup
"bangun sana, aku mau ngurus arkana dulu" ucap disa dan langsung berlari menuju keluar.
"BUNDAA" teriak arkana lagi, oh ya ampun apakah dendra mempunyai salah di masa lalu sehingga ia mendapatkan anak yang seperti itu?
"bunda di sini sayang" balas disa supaya arkana tahu jika disa sedang tidak ke mana mana.
Dendra menatap kesal ke arah pintu, ingin sekali ia menenggelamkan arkana di dasar laut selalu saja merusak momennya bersama disa, kalau tahu anaknya seperti ini dendra bakal nunda dulu buat punya anak.
Padahal arkana sudah bisa di bilang dewasa karena umurnya sekarang sudah menginjak 17 tahun, terapi anak itu memang tidak bisa di pisahkan dengan bundanya.
~oo0oo~
"ayah mana bun?" tanya arkana seraya menerima uluran roti selai dari disa.
"tumben nanya ayah, biasa cuma teriak nama bunda mulu, padahal kalau nggak ada ayah kamu juga nggak ada" sambar seseorang dari arah tangga yang berjalan menuju bawah, pria itu sudah rapih dengan seragam kebanggaannya kata arkana.
Dendra sekarang bekerja sebagai dokter ahli bedah di salah satu rumah sakit swasta, yang selalu menyita waktunya bersama keluarga.
Setelah ia wisuda, dendra langsung sekolah lagi untuk mencapai dokter ahli spesialis
"ayah mah terlalu tegas aku nggak suka, mending sama bunda penuh kasih sayang" jawab arkana, yang bisa membuat pipi disa sekarang memerah, anaknya ini pintar sekali menggombal.
"dasar bocah" umpat dendra
"ada operasi hari ini yah?" tanya disa seraya berjalan mendekati dendra karena rambut pria itu sangat berantakan.
"iya, mungkin cuma 3 kalo op, habis itu visit"
"makan siang di rumah kan?" tanya disa masih dengan aktivitas mengatur rambut dendra
"lihat nanti bun"
Disa hanya mengangguk mengerti.
Arkana hanya melihat interaksi kedua orang tuanya itu, tiba tiba ia memiliki ide untuk mengerjai ayahnya.
"bun, arkana pamit dulu" ucap arkana dan bangkit ia berjalan mendekati disa.
Cup
Satu ciuman yang ia hadiri di pipi disa membuat mata dendra melebar, hei bahkan dendra belum merasakan pipi disa pagi ini kenapa anaknya yang sudah gercep duluan?
"ayah kok matanya gitu? Mau arkana cium juga?" tawar arkana dengan begitu polosnya.
Apakah ia tidak tahu jika dendra ingin sekali membuangnya jauh jauh, anak itu semakin besar semakin membuat dendra kehilangan perhatian disa.
Disa tertawa kecil melihat ekspresi yang di berikan oleh suaminya itu, sungguh menggemaskan.
"assalamualaikum ayah" ucap arkana sambil menyalim tangan dendra lalu arkana mendekati telinga dendra dan membisikkan sesuatu.
"ayah kalah pagi ini" bisik arkana dengan cengiran dan langsung berlari keluar.
"ARKANA" teriak dendra geram.
"den, kok teriak teriak kenapa?" peringat disa
Dendra menatap disa lalu memajukan tubuhnya hingga kini jarak antara mereka sangat tipis
"masa arkana nyium kamu duluan" ucap dendra dengan bibir yang di kerucutkan.
Disa memukul pelan bibir suaminya itu "masa sama anak sendiri cemburu" umpat disa.
"kamu itu milik aku hanya milik aku, oke sekarang giliran aku buat nyium kamu"
"nggak, nggak nanti yang ada kamu nggak jadi kerja malah di rumah terus"
"nggak.peduli" tekan dendra dan langsung menyambar wajah disa.
Setelah itu pasti kalian sudah mengerti apa yang terjadi
~oo0oo~
Arkana menepihkan motor sportnya di tempat parkir sekolah, ia membuka helmnya dan memperbaiki tatanan rambut yang sempat rusak.
Wajah yang bagaikan pahatan dewa itu mampu membuat siapapun ingin sekali memiliki arkana, namun ternyata sang pemilik wajah adalah orang yang cukup sulit untuk di miliki.
Arkana juga harus sangat berterima kasih kepada ayahnya yang tersayang karena sudah membuat arkana menjadi tampan seperti ini, sungguh genetika dari denda.
Cucu dari pemilik sekolah itu memang susah untuk tersentuh, wajahnya yang cukup datar mampu mengenalkan pada semua orang kalau dia tidak suka basa basi.
Kata sahabat arkana, arkana memiliki impian untuk mendapatkan wanita seperti bundanya itulah alasan mengapa arkana bersifat dingin seperti ayahnya karena ia ingin memiliki wanita seperti bunda disa.
Lalu apakah arkana bisa mendapatkan impian itu? Ah sudahlah kita lihat saja takdir arkana akan seperti apa nantinya.
"hai ar" sapa seorang gadis yang berjalan berlawanan arah dengannya, seragam yang begitu ketat yang menempel di tubuh gadis itu mampu membuat arkana jijik, wanita seperti ini hanya sampah jika di bandingkan dengan wanita wanita yang memiliki tutur lembut.
Arkana tetap berjalan tidak bergeming sedikit pun karena ia tahu tidak ada yang perlu di bahas.
Arkana masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di tempatnya mengeluarkan ponsel dan memiringkannya untuk siap siap bermain.
"woi ar" panggilan itu sama sekali tidak arkana gubris, karena ia tahu pasti kutil badak satu itu hanya akan menghancurkan permainanya.
"arkana putranya bunda disa yang cantik, jion lagi ngomong loh" ucap jion, sahabat arkana.
"jangan ganggu gue ji ah" geram arkana.
"yaelah lu mah, mabar kali hobinya main sendiri mulu, pantes jomblo" umpat jion.
"jangan bawa bawa kejombloan gue ji, belum saatnya impian itu tercapai" ucap arkana yang masih sibuk menekan nekan layar ponselnya dengan sangat cepat.
"yaudah sih kejar aja tuh impian, masa mau nunggu"
"lo bacot ya"
"mabar cepetan ellah"
"bentar, kelarin dulu, yang ini belum selesai"
"lama lo" jion bangkit dan berjalan mendekati teman perempuannya.
Arkana mendongak melihat aktivitas yang jion lakukan, selalu sama yaitu merayu rayu perempuan cantik dengan gombalan yang cukup sarkatik.
Arkana tersenyum miring dan langsung melanjutkan lagi aktivitasnya.
