Bab 12 sesal vs ego
Andira kembali ke rumahnya dengan keadaan mata sembab karena habis menangis
Kehilangan pekerjaan menurut andira seperti kehilangan sumber kehidupan dari sudut materialistis
Tapi menurut arkana menghilangkan pekerjaan seseorang seperti mendapatkan kembali harga dirinya, ego yang melapisi otak manusia satu itu memang sudah sangat tebal menandingi atmosfer bumi.
Andira mendudukkan dirinya di kursi lalu menghempaskan tasnya ke sembarang arah.
Hufft
Helaan nafas panjang andira menandakan bahwa dirinya mulai lelah dengan semua ini, entah sudah berapa kali ia bertanya ke pada tuhan kapan ia akan bahagia.
Dan mungkin tuhan sudah sangat hafal dengan pertanyaan andira dan semoga tuhan mau mengabulkan pertanyaan itu menjadi sebuah impian baginya.
Lupakan apa yang terjadi, jangan jadi pendendam dan jangan jadi manusia jahat, semboyan yang sangat bagus bukan?
Semoga andira mampu melakukannya.
"habis ini mau kerja dimana lagi?" lirih andira sambil memijat pangkal hidungnya.
Lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
"hikss.. Hikss.. Hikss"
Entahlah kenapa andira tiba tiba menangis yang ia tahu sekarang hatinya butuh pelampiasan.
Dan mungkin menangis adalah salah satu pelampiasan yang sangat mujarab
Ia benci keadaan seperti ini, keadaan yang memaksanya menjadi manusia lemah di depan harga dirinya.
Menangis hanyalah kegiatan sampingan mengisi keterpurukkan dan berakhir dengan kepasrahan.
Bahkan hujan tidak turun hari ini, biasanya hujan yang akan menemaninya ketika menangis.
Apakah hujan sudah bosan juga dengannya? Karena dalam seminggu pasti ada acara tangis tangisan
Maafkan aku hujan!
Andira menghapus jejeka air matanya, lalu entah kenapa perkataan terakhir dari arakan tiba tiba melintas di pikirannya.
Pemikirannya berkecamuk, apakah arkana memang manusia yang lebih mementingkan ego? Bahkan tatapan menyesal pun tidak pernah hadir di mata manusia itu.
"Dan satu lagi, GUE BENCI LO!"
"Gue ngelakuin ini karena lo udah keterlaluan, ingat! Harga diri adalah harga mati! Jadi kalo lo main main sama harga diri gue maka lo bakal mati!" ucap arkana berusaha membela dirinya
"uang adalah salah satu sumber kehidupan dari sudut pandang materi, lo udah ngerenggut sumber itu dari kehidupan gue, jadi walaupun gue nggak ngeinjak harga diri lo itu, gue bakal tetap mati karena kehabisan makanan" jawab andira dengan tatapan tajam menerawang sampai ke manik mata arkana.
Andira menggelengkan kepalanya menolak memori itu kembali berputar.
"gue mutilasi lama lama tuh manusia!"
-----------
Arkana menghempaskan tubuh kekarnya di atas ranjang king size miliknya, pikirannya menerawang memikirkan perlakuannya kepada andira beberapa jam yang lalu.
Apakah perlakuannya masih bisa di anggap berperi kemanusiaan?
Tapi andira waktu itu juga mempermalukannya tanpa berperi kemanusiaan
Jadi siapa yang salah di sini? Arkana? TENTU SAJA TIDAK! garis bawahi bahwa arkana tidak pernah salah di mata cewek.
"gue jahat nggak sih?"
Arkana mengambil ponselnya dari dalam saku celana alu mengetikkan pesan kepada jion.
Jion bucangke
Woy ji!
21:20
Read
Anjay, bales anjing!
21:21
Read
Lelaki bayaran? Lo nggak balas
Gue jual lo ke tante tante girang
21:23
Read
|APAAN?
21:23
|Gue bukan lelaki bayaran
Bangke
21:23
Dari mana sih lo babi?
21:23
Ona**?
21:23
|jaga mulut, jaga hati, jaga jari
Bersihkan pikiran menyambut ramadhan penuh berkah
21:24
Korban iklan marja*
21:24
|kenape lo chat gue? Buruan! Gue
Ada urusan lebih penting dari lo
21:25
Gaya lo! Kek pejabat negara
21:25
Gue mao nanya! Lo jawabnya
Harus yang masuk AKAL!
21:25
|lo pikir gue nggak punya AKAL?
21:25
Gue tadi habis balas dendam ke
Andira, jahat nggak sih?
21:26
|caranya?
21:26
Gue bikin dia kehilangan
pekerjaannya
21:27
|sadees!
Jawab yang bener! Jahat kagak?
21:27
|ya jahat sih, tapi kalo lo mau
Yang lebih jahat, lo hilangin aja
Keperawanannya!
21:28
JAHANAM!
21:28
Arkana melempar ponselnya muak melihat kelakuan absurd dari sahabat bangkenya itu.
Jadi bisa arkana simpulkan ia tidak terlalu jahat!
Untuk apa menyesali perbuatannya? Ini semua andira yang mulai, kalau aja andira tidak mempermalukan arkana ini semua nggak akan terjadi.
"so! Ego lebih tinggi dari penyesalan!" ucap arkana dengan begitu bangganya.
----------
Lampu kerlap kerlip dengan musik bass menggema ke segala penjuru bangunan itu.
Kini terdapat banyak manusia manusia yang lebih memikirkan kesenangan hidup dari pada pembalasan di akhirat nanti.
Termasuk juga lelaki yang kini tengah bergelut manja dengan seorang wanita yang bekerja di club itu, kesadarannya memang sudah di bawah alam sadar tapi kemasiatannya berada di atas rata rata.
"woy, dip lo udah mabok jing, ayo balik!" ajak seorang pria yang berada tepat di samping adipra, bisa di bilang itu adalah sahabat adipra a.k.a kenan
"halah, gue nggak punya rumah buat apa pulang? Nggak guna!" ucap adipra dengan nada oleng karena mabuk.
"YA JANGAN MABUK KAYAK GINI JUGA" ucap kenan dengan berteriak karena suaranya terpendam oleh suara musik dj dari club.
"BACOT LO!"
"SERAH"
adipra tidak menghiraukan bentakkan dari kenan, ia lebih memilih bergelut manja dengan wanita yang memakai pakaian ketat menampilkan lekuk tubuhnya.
"ahh~~"
Kenan menatap nyalang kepada kedua manusia yang tengah berzina tanpa ada rasa bersalah.
Harusnya kenan tidak menyetujui ajakan adipra tadi, pasti semua ini tidak akan terjadi.
Adipra bajingan!
"JANGAN DI SINI JUGA NGELAKUINNYA BANGKE!" gertak kenana karena muak melihat adegan panas yang semakin menjadi di depan matanya.
"NGGAK ASIK LO!" ucap adipra lalu mendorong wanita jalang itu ke depan dan menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah.
Wanita itu tersenyum senang ketika mendapatakan bayaran tanpa berakhir di ranjang.
"terima kasih sayang, jangan ragu lagi pakek jasa gue ya" ucap wanita sambil mengipaskan uang yang di berikan adipra lalu pergi meninggalkan kedua lelaki itu.
"jahanam lo dip! Dosa bangke!"
"sejak kapan lo tau dosa?"
"lo tuh ya gue bilangin yang baik nggak pernah di ambil dengan pikiran bersih"
"BACOT KEN BACOT!"
"lo kalo ada masalah selesain baik baik jangan kayak gini!"
"masalah gue nggak pernah baik, buat apa nyelesain?"
Kenan geram dengan jawaban itu.
"mana ada masalah baik anjing!"
"ada" jawab adipra sambil menatap kenan
"apaan?"
"masalah cinta" ucap adipra dengan senyum bangga.
"BUCIN!"
-----------
Disa melihat dendra dengan tatapan bingung sejak tadi dendra menjadi seperti berbeda dari biasanya.
"kamu kenapa?" tanya disa yang kini tengah duduk di meja riasnya menatap sang suami yang duduk di pinggiran kasur.
Dendra menatap disa, memikirkan bagaimana memulai pembicaraan tanpa ada kesalah pahaman.
"hmm, dis... Aku.. " ucap dendra canggung
Disa makin bingung, ini suaminya kenapa? Biasanya dendra galau seperti ini pada saat ia gagal menyelamatkan pasiennya, ya! Itu memang menyedihkan sekali.
"aku apa? Jangan kayak gini den ih, ayo cerita, kamu kenapa?" tanya disa gemas
Dendra mengusap rambut panjangnya kebelakang berusaha mengusir kegugupannya.
Sok cool
"fitri satu rs lagi sama aku" 6 kata berjuta kegugupan, kalimat panjang satu itu memang seperti kalimat kramat yang di larang untuk di ucapkan.
Disa menyatukan alisnya bingung sambil menyisir rambut panjangnya.
"fitri siapa?" tanya disa bingung.
Dendra tercengang, disa tidak ingat fitri siapa? Astaga kalau seperti ini mengapa dendra bersusah payah memikirkan masalah yang bahkan disa pun tidak tahu siapa si fitri?
Goblok!
"deeen, fitri siapaaa?" tanya disa geram karena dendra hanya diam saja ketika ia menanyakan siapa fitri.
Kalau seperti ini, tuan dendra memang akan menjelaskan siapa si fitri, selamat untuk tidur di luar lagi wahai dendra abibraham.
"fitri yang waktu itu debat sama kamu di hari wisuda aku, terus kam---" ucapan dendra terpotong ketika mendengar suara disa yang agak terkejut.
"apaa? Kenapa dia ada lagi sih?"
"penulisnya terlalu pemaksa buat adain dia lagi"
Dasar penulis!
"yaa karena itu, aku nggak mau kamu salah paham sama aku, serem yang tidur di luar, banyak nyamuk" lirih dendra.
Disa tertawa kecil lalu bangkit menghampiri dendra, berdiri tepat di depan suaminya.
"takut tidur di luar atau takut nggak dapat hak?" tanya disa sambil menyisir rambut dendra dengan jemari tangannya.
Dendra tersenyum lebar lalu memeluk pinggang disa supaya sedikit berdempettan dengannya.
"dua duanya sayang" ujar dendra senang sambil mendongakkan kepalanya menatap wajah cantik sang istri.
"jangan genit, udah jadi bapak bapak juga" ucap disa sambil menonyor kepala dendra.
"aku mau jadi bapak lagi dong"
"ap--KYAAA" disa berteriak ketika melihat dirinya melayang di atas pelukan dendra dan berakhir di atas kasur.
Dendra ini!
"aku mau jadi bapak lagi sayang" ujar dendra sambil mencium cekuk leher milik disa.
"hmmm den" ucap disa tertahan sambil mendorong kecil kepala dendra
"diam sayang" jawab dendra dengan nada serak.
Jantung disa kembali berpacu, walaupun ia dan dendra sudah menikah 21 tahun lamanya, tetap saja disa akan merasa gugup jika seperti ini.
Dendra mulai menjalankan aksinya, mencium lembut bibir disa seperti berusaha memberitahu kepada disa kalau dendra sangat mencintainya sampai kapanpun.
Tangan dendra mulai bergerilya ke dalam kaos disa bermain main sedikit dengan lekuk tubuh wanitanya dan berhenti ketika mendengar suara....
Tok... Tokk
"Bundaa.. Ayaah"
Aktifitas dendra terhenti dengan nafas yang memburu.
"Di grebek sama anak sendiri, ya Allah" ucap dendra dengan sedikit histeris
Mereka berdua terkejut dengan suara itu, siapa lagi kalau bukan si arkana! Ternyata niat arkana tidak ingin memiliki adik sudah mendarah daging!
"Rapihin penampilan kamu!" ujar disa sambil mengatur rambutnya yang berantakkan karena dendra.
"Tuh anak! Nggak tau apa orang lagi proses bikin dedek juga!" gerutu dendra kesal.
Disa mencubit perut dendra.
"jaga omongan!"
Dendra hanya meringis dan membiarkan disa membuka pintu untuk anak kesayangannya itu.
Pengen gue buang tuh anak!
"Kenapa ar?" tanya disa
Dendra memiringkan kepalanya melihat ke arah pintu yang kini terdapat arkana yang tengah memeluk guling kesayangannya.
Jangan bilang anak itu ingin....
"arkana mau tidur bareng bunda sama ayah" ujar arkana lemah dengan wajah yang di imut imutkan.
Shit! Sabar dendra!
"kamar kamu emangnya kenapa?" tanya dendra sinis.
"nggak papa" jawab arkana lembut sambil menatap ke arah dendra.
Dendra tersentuh tentunya! Perlu di ingat arkana itu sama persis kayak disa, mereka berdua punya kelembutan yang mampu membuat dendra luluh seketika.
"ayo bunda kita tidur, udah lama arkana nggak tidur bareng bunda sama ayah" ajak arkana sambil berjalan ke arah kasur dan menempatkan dirinya di tengah tengah kasur.
"kamu aja terakhir tidur di sini kelas 5 SD" ucap dendra
"yaa, itu berarti udah pama banget kan yah?" jawab arkana dengan mata yang sudah tertutup rapat.
Arkana mengangkat tangannya berusaha menggapai sang bunda walaupun disa memang agak jauh dari mereka.
"ayo bunda tidur, bunda di kanan ayah di kiri, peluk arkana ya" pinta arkana dengan mata merem melek.
Disa tersenyum lebar, arkana tetap akan menjadi bocah kecil walaupun dia sudah beranjak dewasa.
Lalu ia menatap ke arah dendra, memberi anggukkan bersama senyuman.
