Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11 benci

Andira memasuki gerbang dengan ransel yang terpasang rapih di punggungnya, wajah yang cantik tanpa senyuman itu memang memiliki kriteria tersendiri.

Ia berjalan dengan langkah kaki sedikit lebar.

Psikopat datang

Kalimat pertama yang menembus gendang telinganya lalu berjalan menusuk sampai di hati andira.

Jangan karena andira orang yang bodo amat jadi kalian menganggapnya tidak memiliki perasaan jika di sakiti, andira manusia normal!

Cewek itu kenapa masih punya muka datang ke sekolah sih?

Kalimat kedua yang berhasil kembali menembus gendang telinga andira.

Andira tetap diam sambil melangkahkan kakinya, ia ingin tahu seberapa bencinya siswa di sekolah ini padanya.

Kakinya kini telah berpijak di lantai koridor kelas 11 ipa, berjalan santai tanpa hambatan itulah yang andira kerjakan sekarang hingga pekerjaannya tertunda ketika kalimat menyakitkan ketiga kembali ia dengar.

Pembunuh, cewek tapi kayak pembunuh bayaran, nggak pernah di ajarin sama mama ya?

Andira berhenti tepat di depan perempuan yang telah melontarkan kata tersebut.

Andira melihat perempuan itu dari ujung kepala sampai ujung kaki

Pakaian ketat, rambut sedikit berwarna, bibir yang merahnya mengalahkan merah api neraka dan bedak tapioka.

Ini yang mengatakan andira pembunuh bayaran? Bukankah dia wanita bayaran juga? Lihatlah penampilan tante girang yang memakai pakaian sekolah itu, sungguh menjijikkan.

"kalau gue sebut lo sebagai wanita bayaran? Gimana?" tanya andira nyelekit

Sebenarnya andira malas mengurus hidup orang tetapi kalau orangnya seperti hewan yang liar seperti di depannya ini maka ia harus menjinnakkannya.

"heh, maksud lo apa ha? Mulut lo mau gue iris?" teriak wanita itu dengan nada membentak.

Andira tetap diam, ia ingin melihat sampai dimana liarnya hewan ini.

"kenapa lo diam? Takut sama gue? Emang wanita kayak lo itu pengecut! Cuma cari perhatian doang kan lo sama adipra? Dasar bitch"

Andira tetap diam, emosinya masih tertahan di tenggorokkan sedikit lagi akan memuncak.

"sikap sama perbuatan lo itu nggak pernah ada baiknya, lo di ajarin sama orang tua kagak sih hah? Ooh, atau orang tua lo juga sama kayak lo? Hm?"

Andira tersenyum miring, orang tua? Sejak kapan orang tuanya mengajari andira?

"ternyata lo liar juga, mulut lo mau gue lebar-in sampe telinga nggak?" ancam andira dingin dengan seringai jahatnya.

Bahkan semua siswa yang berada di sekitar koridor menatap andira dengan ketakutan.

andira mencodongkan sedikit tubuhnya agar manik matanya bisa sedikit berdekatan dengan manik mata wanita itu

"jangan pernah ngancam gue kalau lo aja nggak bisa jaga diri lo sendiri" ucap andira.

Andira kembali menegakkan tubuhnya.

"bitch sama jalang kayaknya beda beda tipis" andira menatap kembali penampilan wanita itu.

"selamat pagi jalang" ucap andira dengan nada mengejek lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Wajah memerah menahan amarah itulah yang wanita itu lakukan, ia menggertakkan giginya melampiaskan emosi yang sudah memuncak.

Bahkan semua siswa yang menyaksikan perdebatan itu memilih tertawa ketika andira menamainya sebagai jalang, betapa malunya ia sekarang.

Niatnya ingin mempermalukan andira malah berakhir seperti ini.

"waah, andira ngomongnya pedes banget kayak seblak di kasih cabe 50 biji" celetuk jion yang berada di samping arkana, mereka berdua adalah salah satu penonton dari beberapa puluh orang tadi.

Arkana bahkan melihat andira seperti bukan gadis lemah, ia bisa membela dirinya jika ada yang ingin menjatuhkannya, sama seperti kejadian kemarin dimana arkana tidak sengaja mengotori seragam miliknya.

"gadis sadis" ucap arkana lalu tersenyum miring seperti memiliki salah satu cara untuk membalaskan dendamnya yang sudah tertanam dari kemarin.

"pedis? Lo makan apa ar? Kok pedis?" celetuk jion lagi ketika mendengarkan ucapan arkana yang tidak sepenuhnya ia dengar.

"lo seminggu berapa kali sih bersihin telinga?" tanya arkana lalu pergi meninggalkan jion yang diam sambil memikirkan apa maksud arkana berkata seperti itu.

"hubungan bersihin telinga ama pedis apa?" tanya jion pada dirinya sendiri, ternyata otak jion belum encer di pagi hari ckck

------------

Arkana menuruni tangga rumahnya untuk melaksanakan makan malam, seperti janji arkana dia akan memanggil disa dari arah dasar tangga

"Bundaaa... " panggil arkana sambil melihat ke arah ayahnya.

Arkana menyerngit heran, tumben ayahnya diam diam bae, ada apa? Tidak biasanya seperti ini.

"ayah kenapa?" tanya arkana seraya mendudukkan bokongnya di kursi

Dendra terlonjak kaget mendengar suara arkana.

"ayah kenapa? Nggak biasanya diam kek gini"

"nggak" jawab dendra singkat sambil memakan makanananya.

Arkana menatap bundanya meminta jawaban dan yang ia dapat juga sama, disa bingung kenapa suaminya seperti sekarang.

"kenapa yah? Dari pagi kamu kayak gini, ada masalah?" tanya disa sambil mengusap punggung dendra

"nggak papa cuma nggak enak badan aja" jawab dendra masih dengan nada yang sama.

Disa mulai khawatir, kayaknya dendra memang ada masalah tapi disa agak takut menanyakannya di sini karena ada arkana, jadi ia memilih mendiamkan masalah ini dulu.

"ar, habis ini ke super market ya, belanja bulanan" seru disa kepada arkana.

Arkana hanya menganggukkan kepalanya mengerti, ia masih memikirkan ada apa dengan ayahnya itu.

Dendra melihat ke arah disa, ia menatap disa dengan tatapan yang penuh arti namun tidak terbaca.

Gimana kalo disa tau fitri satu rumah sakit dengannya? Apa yang akan disa lakukan

Dan ternyata itu yang berada dalam pikiran dendra saat ini, memikirkan bagaimana cara supaya disa tidak salah paham dengannya.

-----------

Arkana mendorong troli berisi bahan bahan makanan yang sudah bundanya tulis di list bahan bahan tadi.

Kini ia tengah mencari cemilan cemilan kecil untuk dirinya, ia melihat di seluruh rak berisi makanan ringan lalu atensinya terhenti pada satu titik yaitu seorang wanita yang sedang menata makanan di rak.

Arkana memiringkan sedikit pandangannya untuk melihat siapa wanita itu dan yup! Dia adalah andira

"balas dendam di mulai" ujar arkana bersama dengan seringai jahatnya

Arkana menatap seluruh sudut yang ia bisa lihat sampai andira berpindah untuk mengangkat parfum lebih dari 10 buah itu untuk di letakkan di rak.

Arkana menyipitkan matanya seraya berfikir apa yang harus ia perbuat, lalu seseorang yang tidak sengaja baru saja menyenggol bahunya.

"eh, maaf kak saya tidak sengaja" ujar wanita itu

Arkana melihat wanita itu lalu kepada andira yang berjalan sambil membawa parfum di tangannya.

Arkana membisikkan sesuatu di telinga wanita yang menyenggolnya terlihat disana bahwa wanita itu sangat terkejut dengan apa yang arkana katakan

"tapi kak---"

"nih" arkana menyodorkan uang 500 ribu kepada wanita itu dan langsung di terima olehnya, dunia memang seperti ini uang adalah segalanya.

"beres kak" ucapnya lalu berjalan santai dan tiba saatnya ia memulai rencana.

Brakk

Tak.. Tak.. Kreek  kreek (anggap suara pecahan kaca)

Semua parfum yang berada di tangan andira sekejap menjadi seperti lautan rusak yang tidak enak di pandang.

Arkana tersenyum senang ketika melihat andira dengan wajah terkejutnya dan di sana terlihat ada seseorang yang memarahi andira, bisa di lihat orang itu seperti manager di sini.

"gue bisa lebih jahat dari ini" ucap arkana yang masih dengan senyum mengembang.

Arkana sekarang di butakan dengan balas dendam, ia seperti tidak memiliki hati nurani lagi dan jangan pernah anggap arkana hanya remaja manja yang tidak pernah marah jika hidupnya terusik

Entahlah sikap kejamnya ini turun dari siapa padahal kedua orang tuanya begitu baik.

"KAMU SAYA PECAT!" bentakkan itu kembali membuat arkana tersenyum bahagia, ini yang dia maksud yaitu andira di pecat dari pekerjaannya.

Sudah cukup, arkana merasa puas dengan apa yang sudah ia lakukan lalu mendorong troli ke arah kasir.

Ia melihat andira telah keluar dari super market dengan wajah yang sudah merah menahan isakkan.

"ini kak, terima kasih telah mampir" ucap sang kasir

Arkana keluar dari super market dengan kresek berisikan barang yang sudah ia beli, langkah kakinya terhenti ketika melihat andira yang sedang duduk di tepi super market dengan tatapan kosong.

Arkana tersenyum miring

"di ejek bagus kayaknya" ujar arkana lalu berjalan menghampiri andira.

"kan gue udah bilang jangan pernah usik kehidupan gue" ucap arkana dengan wajah songongnya.

Andira mendongak menatap arkana dengan tatapan bingung.

"maksud lo?"

"yaa lo pikir aja, kan nggak mungkin kejadian tadi terjadi tanpa ada rencana"

Andira terkejut dengan perkataan itu, jadi maksudnya arkana yang melakukan ini semua? Apakah manusia itu sudah tidak memiliki hati sama sekali?

Andira berdiri menatap arkana dengan tatapan kepedihan dan mata yang sudah di penuhi air mata tinggal beberapa detik lagi air mata itu akan meluncur dengan sendirinya.

"lo pikir ini lelucon? Ha?"

Arkana masih tersenyum remeh

"dasar manusia tidak punya hati!"

"kayaknya lo lupa deh waktu gue bilang, gue bakal balas semua perbuatan yang lo lakuin ke gue waktu di kantin tempo hari" ucap arkana

"ini balasannya" lanjut arkana lagi

Air mata andira telah lolos

"gue nyiram lo apa dampak apa yang lo dapat?" tanya andira tajam.

"malu, lo pikir gue nggak malu di lihatin semua orang waktu itu"

"malu? Cuma malu doang dan lo balas dengan perbuatan sekejam ini?"

Arkana diam

"lo nggak pernah ngerasa gimana jadi anak yatim piatu dan berusaha berjuang untuk menghidupi dirinya sendiri"

Deg, hati arkana mulai tersentuh ketika melihat wajah andira yang begitu serius.

"lo nggak tau gimana rasanya kehilangan sumber penghasilan hanya karena balas dendam seseorang"

"yang lo lakuin ini sepadan dengan pembunuhan tetapi berbeda, lo milih jalan pintas buat bunuh gue secara perlahan lahan"

"lo---"

"stop, jangan pernah berkata apapun lagi, semua yang lo inginkan sudah terkabul, puas kan? Selamat" ujar andira lalu menghapus air matanya.

"orang kaya kayak kalian hanya bisa merendahkan orang lain tanpa mau di rendah"

"dan satu lagi, GUE BENCI LO"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel