Chapter 6
Scarlett melempar kunci apartemennya sembarangan keatas meja kecil di foyer, tangannya sibuk mengetik pesan di ponselnya.
Scarlett :
Jadi kapan kau akan kembali?
Lottie :
Hari minggu, bisakah kau menjemputku?
Scarlett :
Kenapa harus aku?
Lottie :
Karena hanya kau yang tahu aku akan pulang hari minggu dan aku belum ingin berbasa-basi dengan ayah atau ibuku sepanjang perjalanan ke rumah.
Scarlett :
Minta jemput Fabio.
Lottie :
Fabio mata-mata ibuku, kau tahu itu, ayolah Scar aku mohon.
Scarlett baru saja ingin mengetikkan balasan ketika dering interkom berbunyi, ia mengerutkan kening tapi tetap mendekat. "Ya."
"Miss Woodrow, ada kiriman untuk Anda." Suara resepsionis dari lobi terdengar dari sambungan interkom tersebut.
"Kiriman apa?" Scarlett tidak merasa tengah berbelanja online ataupun menunggu paket.
"Buket bunga mawar, Miss." sahut resepsionis itu membuat Scarlett makin mengerutkan kening. Siapa yang mengirimkan bunga untuknya.
"Aku akan mengambilnya." Sahut Scarlett lalu mengambil kuncinya dan bergegas turun ke lobi. Ia melupakan pembicaraan dengan Charlotte.
Welcome home
M
Hanya tulisan itu yang tertera di kartu yang ada di buket bunga itu, Scar membolak balik kartu untuk mencari petunjuk lain tapi tidak menemukannya, ia memandang pengantar bunga yang masih berdiri tak jauh darinya.
"Siapa yang mengirim untukku?" Tanya Scar pada pengantar bunga itu tapi ia hanya mendapatkan gelengan kepala.
"Tip yang ia berikan cukup untuk menutup mulutku miss dan ia mengatakan bahwa kau akan tahu." Sahut pria muda itu membuat scarlett berdecak kesal.
"Aku akan membayarmu lebih." Bujuk Scarlett tapi pria itu menggeleng dengan cepat.
"Dan aku akan batal mendapatkan klien besar, no miss tawaran anda tidak bisa membuatku berpaling." Sahutnya.
"Bloody hell." seru Scarlett antara kesal dan ingin tertawa. Ia mendengus dan merogoh kantong celananya dan mengeluarkan uang sebesar lima puluh pound lalu memberikan pada pengantar bunga itu yang langsung tersenyum senang.
"Terima kasih miss." Sahutnya lalu berjalan keluar meninggalkan Scarlett dengan buket bunga mawar. Scarlett memeluk bunga itu dan berjalan menuju lift, Scarlett mengumpat kesal saat ponselnya berdering.
"Hallo." Sapanya ketus.
"Pembicaraan kita belum selesai dan kau langsung kabur tanpa pamit." Scarlett memutar bola matanya saat mendengar suara Charlotte mengoceh di seberang sana.
"Maafkan aku, tadi aku mengambil kiriman di lobi." Sahut Scarlett memberitahu Charlotte.
"Kiriman apa?" Tanya Charlotte ingin tahu.
"Bunga." Sahut Scarlett singkat dan kembali melihat kartu yang hanya berisi sebaris kalimat.
"Dari fansmu?" Tanya Charlotte.
"Entahlah, kartunya hanya tertulis inisialnya." Sahut Scarlett.
"Bunga apa?" Tanya Charlotte.
"Mawar."
"Mawar apa?' Tanya Charlotte.
"Mawar biru." Sahut Scarlett.
"Ada yang menyukaimu." Sahut Charlotte cepat dan belum sempat Scarlett membantah, Charlotte sudah berteriak hingga membuat Scarlett harus menjauhkan ponsel dari telinganya sambil mengumpat kasar.
"Akhirnya ya Tuhan, kau tidak akan mati sebagai perawan tua."
"What the…" Scarlett tak bisa berkata apa-apa hanya menggeleng melihat imajinasi sepupunya ini.
"Tidak ada yang menyukai diriku." sahut Scarlett sambil masuk kedalam penthousenya dan membanting pintu hingga tertutup.
"Ada, tapi kau tidak menyadarinya." Sahut Charlotte bersikeras.
"Aku akan menjemputmu jika kau menutup mulutmu." Sahut Scarlett kesal lalu mengakhiri pembicaran dari Charlotte.
Apa mungkin pria itu?
Scarlett memutar-mutar kartu kecil itu sambil memandang buket bunga yang ia letakkan diatas meja. Tapi tidak mungkin, tidak mungkin pria itu mengirim bunga untuknya. Dia bukan siapa-siapa pria itu. Dan sepertinya Marvel juga tidak tertarik padanya. Scarlett mengutuk dirinya sendiri karena terlalu memikirkan pria itu, bagi Marvel dirinya kebetulan hanyalah seorang model yang ada pada saat itu.
***
Pada minggu paginya Scarlett sudah berdiri di depan hanggar pribadi milik keluarga Hasting menunggu kedatangan Charlotte. Jika berbicara ,mengenai keluarga Hasting orang akan langsung berpikir tentang segala kemewahan yang didapat dan fasilitas yang luar biasa. Scarlett mengetahui hal itu semenjak kecil. Ayah Scarlett bukan orang sembarangan walau tidak sekaya Keluarga Hasting tapi dengan pertemanan mereka yang begitu erat semenjak orangtua mereka masih muda, orang-orang akan tahu jika membicarakan Hasting tidak akan luput dari nama Penwood dan Woodrow.
Para sepupu mereka dijuluki secara keseluruhan walaupun sebenarnya Scarlett bukanlah klan Hasting ataupun Penwood. Seperti saat membicarakan Charlotte berarti ada nama Scarlett yang masuk.
Hari ini ia berdiri menunggu Charlotte yang akhirnya pulang dari Kongo tempat pelarian gadis itu selama tiga tahun Scarlett melihat pesawat jet pribadi itu perlahan mendarat dengan mulus dan langsung melaju ke arah hanggar. Scarlett bisa melihat sosok Charlotte yang telah melihatnya dari dalam pesawat ketika pesawat itu parkir.
"Cherie." Scarlett berteriak membuat Charlotte tertawa, Charlotte berlari menuruni tangga pesawat dan menghambur memeluk dirinya sambil berteriak senang.
"Scar.. I miss you." Sahut Charlotte, mereka berpelukan sambil melompat-lompat. Setelah puas saling meledek Scar membuka pintu mobil dan menunggu Charlotte masuk sebelum melajukan mobilnya ke arah rumah Gran, sepanjang perjalanan mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol tentang hal yang mereka lewatkan.
"Kenapa kita kemari?" Tanya Charlotte saat melihat Scarlett menghentikan mobilnya di depan pagar rumah Gran, Scarlett memutar bola matanya.
"Ini hari minggu, kau lupa ?" Tanya Scarlett lalu melihat Charlotte menepuk keningnya cepat. Setiap hari minggu adalah waktu mereka semua berkumpul dirumah Gran. Gran adalah Dowager Duchess of Penwood, nenek Charlotte tapi seperti hubungan yang lain tanpa disadari Gran telah menjadi Gran Scarlett dari awal, Scarlett tersenyum dari yang awalnya hanya berdua dengan ibunya akhirnya ia mempunyai keluarga besar.
"Ayo, kau mau masuk atau tidak?" tanya Scarlett kepada Charlotte yang hanya terdiam di dalam mobil.
Beberapa jam kemudian, Scarlett tengah menonton para sepupunya bermain pall mall, ia tertawa melihat adiknya Paul sedang berusaha memasukkan bola kedalam gawang kecil dan diganggu oleh Al. Sementara Louis menyoraki Paul yang mereka tahu hanya ingin membuat Al marah.
"Bagaimana Paris?" Scarlett menoleh dan melihat bibinya, Miranda telah duduk disampingnya. Scarlett tersenyum lalu mengaitkan tangannya di lengan Miranda dan bersandar manja.
"Paris macet seperti biasanya." Sahut Scarlett, Miranda terkekeh.
"Kau menyukai pekerjaanmu?" Tanya Miranda, Scarlett mengangguk cepat. "Aku menyukainya aunty, terima kasih telah menolongku memberikan tips-tips berguna."
"Anytime darling." Sahut Miranda lembut. Baru saja Scarlett ingin membuka mulut untuk menanyakan apakah bibinya mengenal Georgina Hart, ponsel Scarlett berdering. Scarlett mengerutkan kening saat melihat caller id yang menampilkan sebuah nomor dari Paris.
"Hallo." Jawab Scarlet sambil bangkit berdiri menjauh dari hiruk pikuk teriakan para sepupunya.
"Ms. Woodrow." Sapa seorang wanita di seberang sana.
"Ya." Jawab Scarlett singkat.
"Saya Misha dari Butier Inc mewakili monsieur Butier ingin mengatakan pada anda bahwa kami membutuhkan kehadiran anda untuk peluncuran produk terbaru kami minggu depan." Sahut Misha, Scarlett terdiam sebentar. "Apa kau sudah menghubungi manajerku?"
"Yes miss dan manajer anda mengatakan anda akan hadir , walau begitu monsieur Butier ingin memastikan sekali lagi dengan anda." Scarlett menaikkan alisnya penuh tanda tanya. Pria itu ingin memastikan bahwa ia akan hadir.
"Tentu saja aku akan hadir, sampaikan kepada monsieur Butier saya merasa terhormat dengan undangan ini." Sahut Scarlett.
"Baik miss, terima kasih atas waktu anda dan maaf mengganggu hari minggu Anda." Sahut Misha lalu mengakhiri pembicaraan.
***
"Miss. Woodrow sudah mengkonfirmasi bahwa ia akan hadir di peluncuran produk kita." Elsa berbicara dengan Marvel siang harinya, Marvel hanya mengangguk lalu menarik Elsa hingga terduduk di atas pangkuannya.
"Ini kantor, baby." Sahut Elsa memperingatkan.
"Dan aku tidak peduli. Kau menghubunginya sendiri?" tanya Marvel. Elsa menggelengkan kepala. "Misha yang menghubunginya. Apa kau yakin ini rencana yang tepat?"
Marvel memainkan rambut Elsa yang terlepas dari gelungnya. "Ya, aku sudah melihat ibuku tergila-gila dengannya, dia akan membuat ibuku sibuk dan tidak akan mengganggu dirimu lagi."
"Bagaimana kalau kau tiba-tiba jatuh cinta dengan dirinya?" Tanya Elsa lagi membuat Marvel tertawa pelan.
"Aku sudah jatuh cinta dengan dirimu." Sahutnya lalu menarik wajah Elsa dan menciumnya lembut.
"Dia akan menjadi alat sempurna untuk rencana kita baby, ibuku senang dan kita berdua bisa hidup tenang tanpa tekanan dari ibuku." Sahut Marvel setelahnya, Elsa mengangguk pelan.
"Baiklah, ayo kita jalankan rencanamu." Sahut Elsa sambil memeluk Marvel.
"Tapi aku butuh kau berjanji padaku bahwa kau tidak akan jatuh cinta padanya." Sahut Elsa. Marvel memeluk Elsa erat.
"Aku berjanji baby." Sahutnya pelan tanpa melihat Elsa.
***
