Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 2

"Anda ingin apa?" Marvel telah dua kali menanyakan hal itu setelah mereka sampai di restoran, tapi tetap tidak mendapat jawaban dari wanita yang duduk di hadapannya ini. Wanita ini malah sibuk mengutak-atik ponselnya membuat Marvel geram. Ia tidak pernah diabaikan oleh orang lain, terlebih lagi wanita. Marvel menunggu sesaat lalu mengangkat tangannya mencegah seorang pelayan yang sudah akan mendatangi mejanya. Kemudian tanpa Scarlett duga, pria itu merebut ponselnya dan memasukkannya kedalam kantong jas.

"Kau pikir apa yang sedang kau lakukan?" Seru Scarlett kesal sambil memandang Marvel yang hanya memandang santai lalu memberi isyarat kepada pelayan untuk melayani mereka.

"Aku butuh makan dan aku tidak bisa memulai jika partner makan siang ku sibuk dengan ponselnya." Scarlett mendelik kesal lalu menarik napas panjang, ia membuka buku menu dan mulai memesan apa yang ia mau kepada pelayan. Marvel kembali memandang Scarlett, ia sadar wanita itu mempunyai keanggunan tersendiri, ia tidak butuh menyuruh orang menyembahnya, orang-orang akan menyembah dirinya secara sukarela.

"Sejak kapan kau masuk kedalam dunia modelling?" Tanya Marvel ketika pelayan itu pergi. Scarlett menelengkan kepalanya tidak menjawab.

Ia masih memikirkan apa yang diinginkan oleh seorang Marvel dari dirinya, karena sebelum ini mereka belum pernah sekalipun berjumpa atau keluar bersama-sama.

"Sejak remaja mungkin." Sahut Scarlett sambil angkat bahu acuh tak acuh, ia memainkan serbet yang terletak diatas meja.

"Anda salah satu bangsawan Inggris bukan?" Tanya Marvel lagi.

"Anda sudah membaca berkas saya monsieur Butièr apakah perlu bertanya tentang saya jika anda sudah mengetahuinya?" Tanya Scarlett bosan.

Lalu perhatian Scarlett beralih pada seorang anak kecil yang berjalan tertatih ke arah Scarlett, Marvel melihat pandangan Scarlett langsung berubah menjadi lembut.

"Hello boy, dimana orang tuamu?" Tanya Scarlett sambil mengangkat anak laki-laki itu untuk duduk dipangkuan Scarlett.

"Pierre, oh my god. I'm so sorry." Seorang wanita datang dengan wajah panik, Scarlett tersenyum manis.

"Its okay, putramu tidak kabur terlalu jauh." Sahut Scarlett.

"Maaf miss, Pierre memang suka kabur." Sahut sang ibu lalu mengambil alih anak laki-laki itu dari gendongan Scarlett. Scarlett tidak melepaskan senyumnya walau Pierre telah menjauh dengan ibunya, kemudian pandangannya bersirobok dengan Marvel yang masih memandangnya lekat-lekat.

"What?" Tanya Scarlett jengah, Marvel hanya angkat bahu santai lalu memberi tempat bagi pelayan yang mengantarkan makanan yang mereka pesan.

"Kau menyukai anak kecil." Sahut Marvel, Scarlett mengangkat alisnya yang terukir sempurna.

"Siapa yang tidak suka anak kecil?' Tanya Scarlett.

"Aku." Jawab Marvel cepat membuat Scarlett terkekeh pelan.

"Kenapa kau tidak suka anak kecil?" Tanya Scarlett berusaha membuka percakapan.

"Karena mereka berisik, suka menangis dan selalu berebut mainan." Marvel menjawab dengan tegas.

"Lalu bagaimana dengan anakmu nanti sendiri?" Tanya Scarlett, Marvel mengangkat bahu.

"Itu cerita lain nantinya." Sahut Marvel singkat sambil memikirkan Elsa.

Bagaimana wanita itu jika mempunyai anak dengan Marvel nantinya, mungkin akan sama seperti Marvel. Mereka berdua tidak terlalu menyukai anak kecil, itu yang membuat mereka cocok. Ibunya sudah mengatakan dengan jelas bahwa ia tidak menerima Elsa untuk menjadi menantunya hanya dengan sekali bertemu Elsa.

"Dia baik ma dan aku mencintainya." Sahut Marvel saat ibunya mulai mengajukan keberatannya setelah Elsa pulang.

"Yeah, baik saat kau mempunyai uang lalu saat kau jatuh miskin ia akan menendangmu." Gerutu ibunya.

Masalah ini juga yang membuat hubungan dengan ibunya merenggang, ia lebih memilih tinggal di apartemennya sendiri, terutama semenjak ibunya mendatangi Elsa dan bersedia membayar wanita itu agar menjauhi Marvel.

Marvel marah besar mendengar Elsa menceritakan pertemuan itu dengan menangis, tapi sekali lagi Marvel tidak bisa membela Elsa, jika Georgina Butièr sudah memutuskan sesuatu, tidak ada seorangpun bahkan malaikat pun yang bisa merubahnya. Rencana pernikahan Marvel dan Elsa harus tertunda, sebenarnya Marvel ingin menikahi Elsa walau tanpa restu ibunya, tapi kekasihnya itu tidak bersedia dan lebih memilih menunggu ibunya memberi restu pada mereka.

Sementara itu Scarlett lagi-lagi memandang diam pria yang duduk di hadapannya, Marvel tampak gusar akan sesuatu, Scarlett bisa melihat hal itu.

Tapi ia tidak bertanya lagi pula ia tidak mempunyai hak atau keinginan untuk menjadi sahabat Marvel, entah mengapa satu sisi didalam dirinya memperingatkan agar ia menjauhi pria ini. Dering lagu yang ia kenal sayup-sayup terdengar dari kantong jas Marvel, ia memandang kaget lalu mengulurkan tangannya.

"Berikan ponselku." Sahut Scarlett cepat, Marvel tidak melakukannya hanya menaikkan alisnya.

"Kita belum selesai makan." Sahut Marvel, Scarlett berdecak kesal lalu kembali mengulurkan tangannya.

"Itu panggilan penting." Sahutnya mulai tak sabar dan sepertinya panggilan itu tidak akan berhenti. Marvel mengeluarkan ponsel Scarlett dan melihat nama yang tertera di ponsel itu sebelum Scarlett merampasnya.

My baby Al!

Jadi wanita ini sudah mempunyai kekasih?

Marvel mendengus dalam hati. Tentu saja itu pertanyaan bodoh, wanita seperti Scarlett Woodrow tidak akan hidup selibat tanpa pria.Dan tampaknya pria yang bernama 'my baby Al' itu mendapat tempat yang paling istimewa saat Marvel melihat wajah Scarlett berubah menjadi riang lalu tersenyum senang.

"Baiklah, nanti aku akan mengirimkan lokasi ku padamu." Sahut Scarlett sebelum mengakhiri percakapan. Entah mengapa Marvel sedikit tidak suka melihat senyum Scarlett yang terkembang penuh kegembiraan saat kembali menyantap makan siangnya.

"Kekasih?" Tanya Marvel datar, Scarlett terdiam lalu hanya tersenyum tanpa menjawab apapun.

***

"Ok, all done for today." Seruan Jean-Paul membuat Scarlett menarik napas panjang, akhirnya ia bisa terbebas dari pekerjaannya hari ini. Ia memakai bathrobe yang dibawakan oleh Betty sambil melirik lagi-lagi pria itu berada di lokasi pemotretan. Marvel kembali ke mode bos yang diam saat mereka telah selesai makan siang, pria itu bersikeras mengantar Scarlett daripada membiarkan Scarlett pergi menggunakan taksi. Lalu pandangannya bersirobok dengan pria yang tengah berdiri santai di dekat tenda yang dipasang di sana. Senyum Scarlett mengembang, ia tidak memperdulikan Betty yang masih berbicara dengan langkah cepat ia menghampiri pria itu.

"Al." Seru Scarlett membuat dua pria menoleh menatapnya, satu dengan pandangan santai dan yang satu lagi dengan pandangan penuh rasa ingin tahu.

"I miss you." Sahut Scarlett lalu memeluk pria berambut coklat itu. Setidaknya itu yang dilihat Marvel dari tempatnya berdiri.

Jadi itu pria yang mendapat nama panggilan 'my baby Al'?

Marvel sudah tidak memperhatikan lagi orang yang tengah berbicara dengannya, fokusnya sekarang hanya tertuju pada sepasang pria dan wanita yang tengah berbicara santai. Marvel melihat pria itu memeluk pinggang Scarlett dengan posesif sebelum mengikuti wanita itu masuk kedalam tenda.

Yang ia tidak tahu disisi Scarlett, Al memeluk Scarlett sambil menggerutu kesal walau tidak menampakkan wajah kesalnya.

"Bisa tidak kau berhenti membuat diriku seperti anak bayi?" Tanya Al membuat Scarlett tertawa lebar. Hanya orang bodoh yang melihat Al sebagai anak bayi, pria itu menjelma seperti pria Inggris pada umumnya, tinggi dan mempunyai aura kesombongan tersendiri.

"Untuk apa kau kemari?" Tanya Scarlett sambil menggandeng Al masuk kedalam tenda yang beralih fungsi menjadi ruang gantinya.

"Aku ada pekerjaan disini dan tahu kau juga sedang berada disini." Sahut Al, Scarlett hanya mengangguk.

"Lalu apa yang kau butuhkan dari diriku?" Tanya Scarlett, Al berdecak.

"Tidak bolehkah aku menemuimu tanpa embel-embel membutuhkan bantuanmu?" Tanya Al tersinggung, Scarlett mengangkat bahunya tak peduli.

"Biasanya seperti itu." Sahut Scarlett membuat Al mendengus lalu duduk di kursi yang terdapat disana.

"Apakah kau free malam ini?" Tanya Al, Scarlett tertawa kencang.

"See." Ejeknya.

"Lupakan, memang salah aku meminta bantuanmu." Sahut Al membuat Scarlett makin terbahak.

"Baiklah, apa yang harus aku lakukan kali ini?" Tanya Scarlett.

"Temani aku ke theater okay." Sahut Al, Scarlett tampak menimbang lalu mengangguk.

"Baiklah, lagipula aku sedang tidak ada acara malam ini." Sahutnya lalu mengambil tasnya dan keluar dari tenda diikuti oleh Al. Langkahnya terhenti saat melihat Marvel tampak menghadang mereka sambil menatap penuh spekulasi.

"Kau sudah mau pulang?" Tanya Marvel, Scarlett mengangguk lalu menggandeng tangan Al, entah mengapa ia merasa butuh tameng Al untuk menghadapi Marvel.

"Dan ini?" Tanya Marvel sambil memandang Al yang hanya menatap diam tanpa ekspresi.

"Perkenalkan ini adalah Al." Sahut Scarlett, Al dengan cepat mengulurkan tangan.

"Hallo." Al berkata singkat lalu memandang Scarlett.

"Kita bisa pergi sekarang? Tidak punya banyak waktu." Sahutnya, Scarlett mengangguk dan memandang Marvel yang masih berdiri diam.

"Saya permisi monsieur." Sahut Scarlett lalu berlalu dari hadapan Marvel dengan tangan yang menggenggam tangan Al kuat-kuat.

"Itu tadi siapa?" Tanya Al setelah mereka menjauh, Scarlett menggelengkan kepalanya.

"Bukan siapa-siapa." Sahutnya singkat lalu menarik napas panjang seolah lega karena terbebas dari Marvel untuk hari ini. Yang ia tidak tahu hingga mobil yang membawa dirinya dan Al menjauh, Marvel tidak melepaskan pandangannya dari Scarlett sambil bertanya siapa pria yang bernama Al itu.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel