Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Tak Menyangka

Di gudang tua, Matahari telah terbit dan menghangatkan isi bumi, Monica yang terbangun tiba-tiba merasa kaget dan memeriksa tubuhnya dan berusaha mengingat apa yang terjadi tadi malam.

Dalam ingatannya, dia hanya bisa mengingat ketika duduk dan mulai terlelap dan tidak ingat selanjutnya.

Monica kemudian mencari sosok pemuda yang menyelamatkannya tadi malam tetapi tidak menemukannya.

Dia kemudian menoleh ke arah pintu dan ternyata kursi dan meja uang dia jadikan penghalang pintu sudah tidak ada lagi dan kembali ke tempatnya semula.

Melihat ke luar ruangan, sudah tidak orang sama sekali, Monica pun berjalan pelan dan waspada untuk meninggalkan tempat itu.

Ketika tiba di rumahnya, dia di sambut oleh ayah dan ibunya yang sudah terlihat bermata panda karena tidak tidur semalaman.

Kamu dari mana saja? "Ponsel kamu tidak bisa di hubungi, apa kamu tidak tahu jika saya dan mamamu sangat khawatir denganmu."

Monica tidak menjawab pertanyaan dari ayahnya, dia berlari ke dalam pelukan ibunya sambil menangis.

Saya minta maaf mah, "Tadi malam saya hampir saja di rusak oleh beberapa preman, beruntung ada yang menyelamatkanku."

"Kenapa kamu tidak menghubungi ayah atau menghubungi polisi?" Tanya tuan Rafi.

Sudah pah, biarkan Monica masuk ke dalam dulu, "Setidaknya dia baik-baik saja sekarang."

Tuan Rafi masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.

Kamu jangan menangis lagi, "Sebaiknya kita masuk ke rumah."

Monica pun mengangguk dan masuk sambil menyandarkan kepalanya pada bahu ibunya.

Setelah mandi dan sarapan, Monica kembali ke kamarnya untuk istirahat.

Sekarang kamu jelaskan kepada kami, "Apa yang terjadi semalam?" Tanya tuan Rafi.

Tadi malam ketika saya pulang dari kantor, mobil saya di cegat oleh sekelompok preman, "Saya bahkan di culik dan di bawa ke gudang, jika pemuda itu terlambat datang, mungkin saya tidak ingin hidup lagi."

Sekarang kamu katakan, "Berapa yang di minta oleh pemuda itu sebagai balas jasa karena menyelamatkanmu?"

Monica geleng-geleng kepala pelan sambil berpikir. "Dia tidak meminta balas jasa ayah."

"Apa mungkin justru orang itu yang telah melecehkanmu?"

"Tidak ayah."

Terus kenapa dia tidak meminta balas jasa kepadamu? "Ayah yakin orang pasti memiliki niat tersembunyi, dia tidak minta balas jasa pasti dia memiliki tujuan yang lebih besar kepadamu."

Kenapa ayah berkata demikian terhadap orang yang menyelamatkan putrimu, "Ayah seharusnya berterima kasih bukan malah menuduhnya memiliki dia jahat." Kata Monica sambil menangis.

Kamu juga pah, "Kenapa berpikir seperti itu?"

Mami tahu sendiri, "Putri kita adalah wanita tercantik di provinsi ini, dengan latar belakang yang berasal dari keluarga menengah tentunya banyak yang melakukan segala cara untuk bisa mendapatkannya."

Tapi ayah tidak pernah memikirkan perasaanku, "Saya masih merasa takut dengan kejadian tadi malam, tapi ayah malah berkata yang membuatku semakin sedih." Keluh Monica.

Jangan dengarkan ayahmu, "Oh iya, jika pemuda itu menyelamatkanmu, mengapa dia tidak mengantarmu pulang, atau kamu juga bisa pulang sendiri bukan?"

Saya juga ingin segera pergi dari trmpat itu mah, "Tapi preman itu maaih yerus berkeliaran mencariku."

"Kenapa kamu tidak meminta bantuan pemuda itu saja?"

Saya takut mah, "Pemuda itu menghajar preman itu karena membawaku ke gudang yang ternyata itu adalah tempat tinggalnya, dia bahkan tidak melihatku sama sekali, terpaksa saya bersembunyi di kamarnya."

"Tapi dia tidak melakukan apa-apa padamu kan sayang?"

Tidak kok mah, "Dia hanya tidur, dan setelah saya terbangun dia sudah tidak ada lagi."

Syukurlah kalau begitu, "Sekarang kamu istirahat saja dan tidak perlu masuk kantor beberapa hari ini."

Tuan Rafi kemudian mengajak istrinya meninggalkan kamar Monica supaya bisa istirahat."

Setelah cukup istirahat, Monica akhirnya kembali bekerja seperti biasanya, meskipun dalam hatinya masih ada rasa takut semenjak kejadian itu.

"Saya dengan kamu sedang kurang sehat ya Monic?" Tanya Wulan sahabat dan sekaligus teman kerjanya itu.

Iya Wulan, "Tapi sekarang saya sudah tidak apa-apa kok."

Maaf ya, saya tidak sempat menjengukmu, "Kamu tahu sendiri pekerjaanku bertambah karena kamu tidak masuk bekerja."

Saya mengerti kok, "Sekarang pekerjaan kamu sudah tidak banyak karena saya sudah masuk bekerja, berarti kamu sudah ada kesempatan bukan?"

Tapi sudah tidak di perlukan lagi, "Kamu kan sudah sehat."

"Tapi kamu harus menebusnya?"

"Apa maksud kamu?"

Karena kamu tidak datang menjenguk wkatu saya sedang kurang sehat, "Maka hari ini kamu harus traktir saya makan."

Baiklah kalau begitu, "Saya pasti akan traktir kamu, tapu jangan di tempat mahal ya, kamu tahu sendiri gajiku berapa."

Iya deh, "Setidaknya kamu traktir saya."

Mereka pun tertawa riang dan kembali fokus dengan pekerjaan masing-masing.

Setelah tiba waktunya istirahat, Monica dan Wulan keluar untuk makan siang di warung kesukaannya.

Meskipun Monica merupakan keluarga kaya menengah di provinsi itu, dia sering mengunjungi tempat atau pun warung biasa, dia tidak mesti harus makan di restoran berbintang.

Setelah tiba di warung makan, Monica dan Wulan memesan hidangan favorit mereka.

"Memangnya kamu sakit apa Monic?"

Saya bukan sakit, "Saya hampir saja di rusak oleh sekelompok preman."

Masa Monica? "Tapi mereka tidak melakukannya padamu kan?" Kata Wulan panik.

Saya masih beruntung Wulan, "Ada seorang pemuda yang menyelamatkanku tepat wakti."

Apa pemuda itu tampan? "Tuan muda dari keluarga mana yang menyelamatkanmu?"

Pikiranmu itu hanya yang tampan saja, "Saya tidak terlalu mengenali wajahnya, apa lagi dia dalam kondisi mabuk waktu itu."

Bagaimana dia bisa menyelamatkanmu jika sedamg mabuk? "Aku tahu, pasti tuan muda tampan itu memiliki banyak pengawal bukan?"

Jangan berpikir tuan muda tampan terus, "Pemuda bukan tuan muda tampan seperti yang kamu pikirkan, dia tinggal seoramg diri di  gedung tua dan tampangnya sangat berantakan."

"Tidak perlu di lanjytkan."

Kamu pasti kecewa bukan? "Ternyata yang menyelamatkanku bukan seorang tuan muda tampan dalam khayalanmu."

Saya sudah tidak tertarik lagi dengan cerigamu, "Tapi saya bersyukur kamu baik-baik saja."

Monica hanya tersenyum melihat sahabatnya dan timbul pikiran ingin menggodanya.

"Ngomong-ngomong, apa kamu sudah menemukan tuan muda tampan?"

Tidak semudah itu Monica, "Padahal saya sudah berusaha xengan sangat keras untuk mengambil hati tuan muda tampan di provinsi ini, namun belum ada yang berhasil."

Kenapa kamu tidak menggoda kakakku saja? "Kalau kamu berhasil bukankah kamu bisa menjadi kakak Iparku?"

Tidak mau, "Saya sudah menganggapnua seperti kakakku sendiri, apa lagi sekarang kak Rama sudah punya pacar cantik."

Masalah pacarnya kamu tidak pelru khawatir, "Saya bisa membantumu menyingkirlannya."

Sudah.... sudah....!!! "Jangan bahas itu lagi, saya menganggap kak Rama seperti kakakku sendiri."

"Hahahaha...!!!"

"Kenapa kamu malah tertawa Monica?"

Tidak apa-apa, "Saya hanya merasa kamu lucu dan polos saja."

"Kamu...!!!"

Wulan ingin membela diri, namun terhenti karena pelayan telah datang untuk menyajikan makanan.

Jangan bicara lagi, "Sebaiknya kita cepat malan dan kembali ke perusahaan." Kata Monica.

Setelah selesai makan siang, Monica dan Wulan ingin kembali ke perusahaan, Namun langkah Monica terhenti ketika melihat seseorang yang baru saja melintas tidak jauh dari mereka.

Dia pun mencoba mengejarnya untuk memastikan dia tidak salah lihat, namun ketika dia lebih dekat, ternyata orang itu bukanlah orang yang ada di pikirannya.

Monica kemudian berjalan kembali dengan perasaan kecewa lalu mengambil mpbil di parkiran dan kembali ke perusahaan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel