
Ringkasan
Seorang Pemuda yang hidup dengan bayangan kematian orang tuanya dan penghianatan orang yang dia sayangi dengan bayangan itu membuatnya jadi orang yang terkuat.
Bab 1 Pertarungan
Hey....! "Apa yang kalian inginkan?"
Tenang nona, "Kami hanya ingin bermain denganmu sebentar."
Jangan mendekat, "Saya akan menghubungi polisi jika kalian berani macam-macam."
Tidak ada gunanya nona, "Tempat ini jauh dari pusat kota, meskipun kamu menghubungi polisi, nona sudah selesai menari di bawah tubuhku."
Mendengar itu Monica semakin ketakutan, tangannya sudah gemetar menutup bagian dadanya, air matanya sudah mengalir deras di sudu matanya.
Di dalam hatinya, Monica sangat berharap ada seseorang yang bersedia datang menolongnya.
Merasa tidak ada jalan lain, Monica mencoba berlari menjauh dari tempat itu, namun kekuatannya untuk berlari tidak sekuat para preman yang sedang mengejarnya.
Salah preman itu mencoba memegang Monica dengan kuat, dan memang tidak butuh banyak usaha, preman itu bisa meringkus kedua tangan Monica.
Bawa dia ke gudang tua, "Biarkan kita bermain dengannya di sana."
"Baik bos." Kata preman yang memegang kedua tangan Monica.
Monica kemudian di giring ke gudang yang lokasinya tidak jauh dari tempat dia tangkap oleh preman itu.
Gudang itu berada cukup jauh dari pusat kota, sehingga yak jarang orang melewati tempat itu, kecuali beberapa orang yang biasa datang ke danau untuk memancing yang berada di belakang gudang tua itu.
Jangan lakukan ini kepadaku, "Saya akan memberikan uang, berapa pun yang kalian minta."
Gadis pintar, "Kami memang butuh uang, tetapi melihat kecantikanmu, Saya tidak bisa tahan untuk tidak menikmayi setiap inchi tubuh kamu nona." Kata Sandi pemimpin Preman itu.
Mnedengar itu, membuat seluruh tubuh Monica gemetar ketakutan, dia sudah tidak bisa lagi berpikir jernih, dia hanya memikirkan kesucian hang selama ini di pertahankan akankah di rusak oleh preman-preman yang ada di depannya itu, bahkan dia tidak memberikan kepada pacarnya meskipun sudah beberapa kali pacarnya itu merayu dan memberikan janji Manis kepadanya, namun dia selalu menolak dan tetap mempertahankan kesuciannya itu.
Kenapa tubuh nona gemetar, "Apakah ini yang pertama buat nona?" Tanya Sandi.
Tolong lepaskan saya, "Saya akan memberikan uang kepada kalian selama kalian melepaskan saya." Mohon Monica.
Nona tidak perlu mengiming-imingi kami dengan sejumlah uang, "Sebaiknya nona berhenti melawan dan menikmati kesenangan ini."
Tiba-tiba seseorang masuk dalam gedung tua itu dengan berjalan tidak stabil membawa botol minuman di tangannya.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya Adrian.
"Kamu siapa berani datang merusak kesenangan kami?" Tanya Sandi.
Saya Adrian, pemilik gedung ini, "Sebaiknya kalian tinggalkan tempat ini."
Sekarang gedung ini sudah menjadi milik kami, "Kamu mau apa sekarang?" Tanya Sandi mengancam.
Adrian orangnya pendiam ketika dia dalam keadaan sadar dan tidak suka berdebat itu, menundukkan sejenak kepalanya sebelum menyerang Sandi dan kawan-kawannya.
Meskipun dalam keadaan mabuk, Gerakan Adrian begitu lincah dan gesit sehingga tidak memberi kesempatan kepada Sandi dan kawan-kawannya untuk mengelak serangan itu.
Setelah melumpuhkan Sandi dan teman-temannya, Adrian duduk di atas meja yang sudah kusam itu, karena masih dalam kondisi mabuk dia menundukkan kepalanya sehingga membuat rambutnya sedikit menutupi penglihatannya.
Jika kemampuan kalian hanya sebatas itu, "Jangan pernah mencoba mencari masalah denganku." Kata Adrian sebelum melangkah pergi dengan langkah yang tidak teratur.
Monica yang masih terduduk di lantai dengan rasa ketakutan, melihat Sandi dan teman-temannya berhasil di kalahkan, dia pun berusaha berdiri dengan sisa tenagany dan mengejar Adrian untuk meminta perlindungan dengannya.
Tunggu aku, "Saya belum mengucapkan terima kasih kepada anda." Ucap Monica.
Namun Adrian tidak memperdulikannya, dia terus melangkah masuk ke sebuah ruangan yang sempit dalam gudang tua itu.
Sebelum kembali mengejar Adrian, Monica sempat menoleh ke arah Sandi dan teman-temannya.
Ketika dia melihat mereka sedara berusaha berdiri, Monica dengan cepat mengejar Adrian masuk ke dalam ruangan sempit itu.
Melihat gadis yang tadi masuk dengan pipih yang basah karena air mata, Adrian mengangkat kepalanya tanpa berkedip.
"Apa yang nona lakukan di sini?" Tanya Adrian.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan anda."
Tidak perlu berterima kasih padaku, "Saya melakukan ini karena mereka ingin mengori tempat ini."
Tapi saya masih harus tetap berterima kasih kepada anda, "Jika anda tidak datang tepat waktu, maka mereka akan merusak saya."
Apa yang kalian lakukan tidak ada urusan denganku, "Jika kalian ingin melakukan hal kotor, sebaiknya cari tempat lain saja, jangan di sini."
Anda jangan salah paham, "Apa yang anda lihat tidak seperti apa yang anda pikirkan, mereka mencoba menodaiku."
Jika tidak ingin terjadi apa-apa dengan nona, "Sebaiknya cepat tinggalkan tempat ini."
Tapi merrka masih ada di luar, "Saya takut metrka akan kembali memaksaku melayani mereka."
"Tidak ada urusannya denganku." Kata Adrian sambil berdiri.
Melihat Adrian berdiri, membuat Monica merasa takut dan memeluk etat dadanya sendiri.
Sementara Adrian tanpa memperdulikan adanya Monica, dia melangkah ke atas kasur dan merebahkan tubuhnya di atas kasur itu.
Melihat apa yang di lakukan Adrian, Monica melihat ke setiap sudut ruangan itu, barulah dia menyadari jika ternyata ruangan adalah tempat tinggal pemuda yang menyelamatkannya.
Meskipun Adrian terlihat berantakan, tapi karena telag menyelamatkannya, rasa takut Monica terhadapnya tidak besar.
Melihat pemuda di depannya tertidur pulas yang hanya di terangi dengan lampu pelita, Monica mencoba mengintip ke luar pintu ruangan itu, dia melihat Sandi dan teman-temannya masih berada di luar dan sedang mencari sesuatu sehingga membuat Monica tidak berani keluar dari ruangan itu.
Monica menutup kembali pintu itu dan ingin menguncinya, tapi ternyata pintu itu tidak memiliki pengaman kunci sama sekali.
Monica melihat ke sekeliling di ruang kamar itu untuk mencari apa yang bisa di gunakan untuk menahan pintu itu.
Melihat kursi dan meja, dia dengan cepat menggeser kursi dan meja itu untuk menahan pintu.
Setelah merasa cukup untuk menahan pintu, Monica mencari tempat untuk duduk.
Malam semakin larut, Monica sudah tidak bisa menahan rasa kantuknya, dia pun tidur duduk sambil menyandarkan kepalanya pada kedua lututnya.
Sementara di luar kamar, Sandi dan teman-temannya masih mencari keberadaan Monica di sekitar gedung itu.
Keberanian mereka timbul karena Adrian yang menghajar mereka sudah pergi tanpa memperdulikan keberadaan Monica.
Cepat kalian cari, "Saya yakin gadis itu masih berada di sekitar gudang ini." Kata Sandi.
"Tapi bagaimana jika orang tadi kembali bos."
Setelah menemukan gadis itu, 'Kita bawa dia ke tempat lain, sepertinya gembel itu marah karena kita berada di gudang yang menjadi tempat tinggalnya."
Mereka kemudian kemudian menyisir di sekitar gudang tua itu, namun pencarian mereka sia-sia.
Sepertinya gadis itu sudah pergi jauh bos, "Apa yang akan kita lakukan sekarang."
Gadis sialan itu berhasil lolos kali ini, "Lain kali jika bertemu dengannya saya pastikan tidak akan semudah ini lolos dari dekapanku."
"Apa perlu mencari wanita lain saja bos?"
Kita ke klub malam saja, "Malam ini sangat di sayangkan, padahal gadis muda itu adalah salah satu wanita tercantik di provinsi ini." Kata Sandi.
Sandi dan teman-temannya lalu meninggalkan tempat itu dan mereka berangkat ke suatu klub malam untuk melampiaskan apa yang tertunda dari mereka.
