Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 : Ayo, Balas Dia!

Adrian pun terkejut dan juga bingung harus berbuat apa.

"Dari mana kamu tahu tentang hal itu?" tanya Adrian memberanikan diri.

Lalu Gio pun tersenyum jahat dan mengatakan hal yang membuat Adrian semakin terperanjat.

"Tentu saja aku tahu! Karena mantan dari istrimu itu adalah temanku! Daniel, mantan tunangan Clara adalah temanku! Dia yang memberitahuku hal itu!" jelasnya dengan gaya yang angkuh.

Iya, tentu saja Adrian tidak bisa menebak hal itu.

Jadi dia benar-benar merasa kecolongan.

Adrian pun mengatupkan rahangnya karena kesal. Seharusnya dari awal dia tidak melayani pria di hadapannya ini yang bermulut besar.

Bayu pun tidak mau kalah dan berkata, "Oh, jadi ini orangnya? Kenapa Clara bisa menikah dengannya? Seleranya benar-benar sungguh rendah!" lagi-lagi pria itu menghina Adrian.

Bimo yang tidak tahan melihat mereka pun berusaha untuk membuat suasana menjadi lebih baik.

"Sudahlah! Untuk apa diperdebatkan. Itu kan masalah pribadi, kita tidak perlu ikut campur! Sekarang ini kita ada di tempat kerja, jadi hal pekerjaan saja yang kita bahas! Oke, teman-teman?" ucapnya sambil menatap Gio dan Bayu secara bersamaan.

Gio tentu saja tidak akan melepaskan Adrian dengan mudah.

"Baiklah, aku tidak akan mengganggu urusan kalian, tapi sangat disayangkan sekali ya? Akhirnya kamu keluar juga dari kandang emasmu itu!" ejeknya penuh teka teki.

Adrian ingin sekali memukul wajah Gio dan melemparnya keluar dari tempat ini!

Tapi dia masih harus tetap bersabar karena ini adalah hari pertamanya bekerja, jadi tidak mungkin dia langsung membuat onar.

Adrian akan membalas Gio dengan cara yang lebih elegan nanti.

"Aku sangat berterima kasih atas perhatian kecilmu padaku, Gio! Tapi aku rasa seorang pria sebaiknya tidak bagus bergosip seperti wanita. Benar kan, Bimo?" ucap Adrian tersenyum tipis.

Gio yang mendengar itu merasa emosinya tersulut karena secara tidak langsung Adrian menyamakannya seperti wanita yang suka membicarakan masalah orang lain.

"Apa kau bilang? Apa maksudmu bicara seperti itu?!" ucapnya tidak terima.

Bimo yang melihat mereka kembali berdebat, sudah tidak tahan lagi.

"Sudahlah, Gio. Saat ini aku harus mengajari Adrian banyak hal. Sebaiknya kalian berdua segera pergi dari sini sebelum Pak Robby melihat kita!" ucapnya sedikit meninggikan suaranya.

Gio yang mendengar itu pun mau tidak mau mengalah kali ini.

"Oh, ya? Kalau begitu sekalian saja kita tes dia!" ucapnya tiba-tiba.

Bimo dan juga Adrian yang baru saja ingin pergi dari sana pun menghentikan langkahnya.

"Apa maksudmu?" tanya Bimo bingung.

‘Dia kan baru bekerja di tempat ini, jadi aku yakin pengetahuannya pasti sangat minim!' pikirnya dalam hati.

Gio pun mengajukan sebuah pertanyaan untuk mengetes Adrian.

"Oke, kalau memang kamu merasa percaya diri untuk bekerja di sini. Coba kau sebutkan harga mobil yang ada di sana!" ucap Gio sambil menunjuk sebuah mobil sport berwarna hitam dengan merk yang terkenal.

Kemudian Adrian pun tersenyum dan dengan santainya menjawab.

"Mobil itu seharga satu miliar dan kecepatan mesinnya sangat baik, tapi kalau kau tidak lihai mengendarainya maka kau akan celaka!" jawabnya tepat.

Mereka bertiga pun melongo mendengar itu.

Penjelasannya sangat singkat namun tepat sasaran.

Bimo sampai bertepuk tangan.

"Wow hebat sekali!" pujinya merasa tidak percaya.

"Aku yakin itu hanya sebuah kebetulan! Bagaimana mungkin seorang pria biasa dan pengangguran yang kerjanya hanya makan tidur saja di rumah, bisa mengetahui hal itu?! Aku akan mengetesmu lagi!" protes Gio tidak terima.

"Silahkan!" jawab Adrian santai.

Lalu dia pun beralih pada deretan mobil selanjutnya.

"Kalau memang kamu merasa hebat! Coba sebutkan tahun berapa mobil itu dibuat dan kenapa harganya bisa begitu mahal?!"

Dia memberikan pertanyaan yang sulit dan sengaja melakukan itu, karena kalau pertanyaan standar saja dia yakin siapa saja pasti mengetahuinya.

Lalu Adrian berpikir sebentar.

Meskipun dia sudah lama meninggalkan perusahaannya tapi hanya dengan melihat sekilas saja dia sudah tahu.

"Mobil itu keluaran lima tahun yang lalu dan harganya berkisar satu sampai satu setengah triliun, kalau aku tidak salah. Kenapa mereka sangat sulit didapat? Karena hanya diproduksi dua ratus unit saja di seluruh dunia!" jawab Adrian mantap.

Dan lagi-lagi mulut mereka bertiga pun membulat mendengar jawaban Adrian barusan.

'Bagaimana mungkin seorang pria biasa dan juga hidup dalam kekangan keluarga mertuanya bisa mengetahui hal-hal seperti itu?!' batin Gio kesal.

Karena setahu Gio, bahwa suami Clara itu hanya tinggal di rumah keluarga Baron sepanjang hari tanpa melakukan aktivitas apapun.

Dia merasa Daniel berbohong atau memang pria itu yang tidak mengetahui keluarga ini sepenuhnya.

Akhirnya Bimo pun menyudahi permainan Gio.

"Sudah ‘kan? Kau lihat sendiri Adrian sangat layak untuk bekerja di sini! Aku rasa sebentar lagi dia bisa menjual beberapa unit mobil di sini dengan mudahnya! Para pelanggan pasti akan puas jika ditangani langsung olehnya!" pujinya sambil merangkul pundak Adrian dengan bangga.

Gio pun menatap Bayu dan memberikan tanda isyarat untuk pergi dari sana.

"Baiklah, hari ini kau berhasil menang, tapi lihat saja aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah!" ancamnya lalu mengajak Bayu meninggalkan mereka berdua.

Adrian pun menghembuskan napas lega, akhirnya pengacau itu pergi juga dari hadapannya.

Bimo pun memberikan semangat pada Adrian.

"Sudahlah! Jangan hiraukan dia, lebih baik kita fokus saja pada pekerjaan kita hari ini! Let's go!"

"Oke, aku siap!" jawab Adrian tersenyum senang.

Setelah perdebatan sengit tadi, Gio pun pergi ke toilet untuk melakukan sesuatu.

Dia pun dengan cepat mengambil ponsel di saku celananya dan menelpon seseorang.

"Halo, Daniel! Kau pasti tidak akan percaya siapa yang aku temui barusan!" ucapnya dengan sedikit berbisik.

Meskipun di dalam toilet tapi dia takut juga kalau ada yang mendengar pembicaraan mereka.

["Siapa yang kau maksud?" tanya Daniel sambil memutar bola mata malas.]

"Adrian! Dia suami Clara kan? Gila! Dia bekerja di tempat yang sama denganku hari ini!" adunya bersemangat.

["Apa?! Bagaimana bisa?!" Daniel terlonjak kaget mendengar hal itu.]

"Aku tidak tahu! Yang pasti dia bisa menjawab semua pertanyaanku dengan mudah! Lalu apa kau akan diam saja sekarang?" tanya Gio memanasi temannya.

Daniel tampak berpikir sebentar, dia juga bertemu kemarin dan masih merasa kesal atas sikap Adrian yang tidak merasa takut padanya meskipun dia sudah menghina dan mengintimidasi pria itu.

Daniel pun menyeringai karena sebuah ide langsung muncul di kepalanya.

["Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku? Bisa ‘kan?" pintanya.]

"Apa? Katakan saja? Aku juga kesal padanya karena sudah membuatku malu di depan Bimo dan juga Bayu tadi!" akunya.

Kalau tidak ada Bimo mungkin dia sudah membuat Adrian tidak berkutik.

Ya, setidaknya itu yang ada dipikirannya sekarang.

["Aku ingin kau membuatnya menderita terlebih dahulu! Buat dia merasa terhina dan permalukan dia di depan umum! Kau pahamkan maksudku?" ujarnya dengan kekehan kecil.]

Mendengar itu pikiran Gio pun terlintas melakukan hal yang bisa membuat Adrian merasakan apa yang dia rasakan tadi.

"Aku mengerti!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel