Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 : Kau Gagal, Gio!

Gio pun memutar otak untuk mencari cara, bagaimana membuat Adrian menderita.

"Hmm, aku rasa mulai dari hal kecil dulu!" gumamnya tersenyum culas.

Gio bukannya sibuk bekerja tapi malah sibuk memikirkan orang lain.

Benar-benar tidak patut ditiru!

Lalu Gio pun melihat Bimo dan Adrian yang sedang berada di salah satu sudut ruangan.

Di mana Bimo sedang memperkenalkan apa-apa saja bagian yang ada di tempat kerja mereka.

Mereka berdua terlihat sangat serius sekali, jadi Gio akan menggunakan kesempatan ini untuk melancarkan aksinya.

Gio pun menatap sekeliling dan memastikan bahwa tidak ada orang yang memperhatikannya saat ini.

Dia mengambil sesuatu dari dalam laci dan dengan cepat memasukkan ke dalam saku celananya.

"Nah, setelah ini aku yakin kau pasti akan dibenci banyak orang!" gumamnya seorang diri.

Sudah selesai melakukan itu, dia pun kembali untuk fokus bekerja.

Siangnya…

Jam makan siang selesai, semua karyawan pun kembali memulai aktivitas mereka.

Lalu Pak Robby mengambil sesuatu dari dalam di laci .

Dia pun sangat terkejut karena tidak menemukan benda itu.

"Kemana perginya kunci itu?" ucapnya panik.

Pak Robby pun memeriksa sekali lagi dan setelah memastikan beberapa kali kunci itu benar-benar hilang dari sana.

Dia pun memanggil karyawan yang bertugas untuk menjadi kasir hari ini.

Karena penjualan mereka khusus pada mobil jadi sangat penting mungkin uang hasil penjualan itu sangat banyak.

Di sana juga mengutamakan keamanan uang dan juga semua transaksi di tempat itu.

"Dimana kunci untuk kotak uang kita?" dia bertanya pada karyawan yang baru saja tiba.

Dia pun terlihat bingung dan menautkan kedua alisnya.

"Bukankah ada di tempat biasa, Pak? Hari ini saya belum mengambilnya sama sekali!" jelasnya jujur.

Pak Robby pun menjadi panik mendengar itu.

"Apa kamu yakin? Apa ada seseorang yang datang kemari?" pria paruh baya itu bertanya sekali lagi.

"Saya tidak pasti, Pak. Karena dari tadi ada beberapa karyawan yang berlalu lalang di belakang saya," jawabnya yakin.

"Baiklah!"

Pak Robby pun mulai mencari lagi, tapi hasilnya nihil.

Satu persatu semua pun datang berkumpul di ruangannya.

Dia bertanya pada semua karyawan yang bertugas hari ini.

"Apakah kalian melihat kunci brankas uang kita?" tanya Pak Robby memulai pembicaraan.

"Tidak, Pak!"

"Saya tidak tahu, Pak!"

Pak Robby pun memijat keningnya yang tiba-tiba pusing.

"Apa kalian tahu? Kalau sampai kunci itu hilang, maka kita akan celaka! Semua uang cash penjualan ada dalam lemari besi itu!" ucapnya sambil menatap mereka secara bergantian.

Bimo dan juga Adrian pun saling pandang.

Dan Adrian mengangkat kedua bahunya karena memang dia tidak tahu sama sekali.

Bahkan dia baru saja beberapa jam yang lalu bekerja di sini, tentu saja dia tidak tahu hal itu sama sekali.

Gio pun tersenyum lalu berkata, "Mungkin ada yang mengambilnya, Pak. Dia ingin mengambil uang itu secara diam-diam!" ujarnya memanasi keadaan.

"Apa? Tidak mungkin, Gio! Hanya aku yang bisa membukanya karena harus memakai kode sandi!" ucapnya lagi.

Gio pun memasang wajah pasrah seolah masa bodo.

"Saya terpaksa menggeledah barang-barang kalian!" ucapnya final.

Setelah memikirkan dengan matang, dia pun mengambil keputusan itu.

"Tapi, Pak! Coba cari dulu di tempat lain! Pasti terselip atau lupa menaruhnya?" protes Bimo tidak terima.

"Aku sudah mencarinya kemana-mana! Pemilik tempat ini akan datang dan kalau sampai aku melakukan kesalahan, maka aku akan dipecat!" ucapnya dengan meninggikan suaranya.

Dia sedikit melirik Adrian sekilas.

Meskipun yang dia maksud adalah Joseph, yaitu Asisten Adrian, tapi tetap saja dia harus bisa bersikap tegas sebagai seorang pemimpin.

Setelah melakukan penggeledahan ternyata kunci laci itu berada di dalam tas milik Adrian.

Pak Robby dan juga pegawai yang lain pun terkejut dan Bimo juga sampai melongo tidak percaya.

Apalagi Adrian, dia juga mendadak menelan ludahnya dengan kasar.

'Kenapa kunci itu bisa ada di dalam tasku?!' hatinya pun menjadi kalut.

"Tuh, kan? Apa aku bilang! Ternyata ada maling di sini! Ucapanku benarkan kalau pria ini tidak pantas untuk bekerja di sini!" ucap Gio membuat situasi semakin rumit.

Tentu saja!.

Dialah orang yang memasukkan kunci itu dalam tas Adrian.

Dia ingin Adria dipecat hari ini juga dari sana dengan begitu, Daniel pasti akan senang saat mengetahuinya.

"Ba-bagaimana ini Adrian? Apa maksudnya ini?" Pak Robby pun bingung.

Tidak mungkin dia memarahinya, karena sebenarnya Adrian adalah atasan yang sesungguhnya tapi karyawan lain tidak mengetahui itu, dia jadi bingung.

"Maaf, Pak. Aku juga tidak tahu. Aku bahkan belum hafal seluk beluk tempat ini!" jelas Adrian membela diri.

Pak Robby pun dengan cepat memutar otak dan yakin sekali kalau memang bukan Adrian yang mengambil kunci itu.

Dia mau tidak mau dia harus menyelesaikan semuanya agar tidak semakin berlarut-larut.

"Oh ya, mungkin tadi aku lupa menaruhnya karena buru-buru! Sehingga menaruhnya sembarangan? Iya kan Adrian?" ucapnya canggung.

"I-iya, Pak!" jawab Adrian terbata.

Dia sama sekali tidak mengerti.

'Apa dia membelaku?' batin Adrian bingung.

"Ayo, kita kembali bekerja! Masalah ini sudah selesai!" ucapnya sambil tersenyum canggung.

Dia akan membahas hal ini dengan Adrian nanti.

Karyawan yang lain pun merasa heran karena Pak Robby tidak marah pada Adrian.

"Pak, kenapa Bapak tidak memarahi Adrian? Padahal kunci itu dalam tasnya?" tanya Bayu mengajukan protes.

"Sudah! Aku tidak ingin masalah ini berlanjut yang penting kuncinya sudah ketemu! Ayo, kalian kembali kerja!" ucapnya sambil mengibaskan tangannya dan berlalu dari sana.

Gio pun merasa tidak puas karena apa yang sudah direncanakan tidak sesuai dengan keinginannya.

"Aneh sekali kenapa Pak Robby tidak marah? Apa dia pilih kasih pada Adrian si anak baru?! Jelas-jelas dia mencuri!" ucapnya pada Bayu.

"Iya, benar! Kali ini kau gagal tuh!" ejek Bayu.

Gio merasa tidak terima karena masalah ini selesai begitu saja. Teman-teman yang lain pun juga ikut santai dan kembali bekerja seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa.

"Sial! Awas kau!" umpatnya kesal sambil menatap Adrian tajam.

Adrian yakin sekali kalau ada seseorang yang memasukkannya ke dalam tasnya dan Pak Robby memilih melupakan masalah ini karena dia tahu siapa sebenarnya Adrian.

'Aku yakin sekali kalau kau orangnya! Tunggu saja!' batinnya kesal.

Setelah pulang kerja, Adrian pun memilih naik kendaraan umum.

Meskipun Bimo menawarkan tumpangan tapi dia menolak secara halus.

Adrian tidak mau kalau Baron melihat itu, dia belum siap Bimo bertemu keluarga istrinya sekarang.

Setelah sampai di rumah keadaan sedang sepi.

Cindy juga tidak terlihat ada di ruang keluarga, dia pun memutuskan untuk naik ke atas, Adrian langsung masuk ke dalam kamarnya.

Baru saja Adrian selesai mandi, tiba-tiba terdengar pintu kamarnya diketuk.

Setelah pintu terbuka, ternyata Clara sedang berdiri di sana.

"Bisa ikut ke kamarku sebentar?" ucapnya dengan tersenyum tipis.

"A-apa?!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel