Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 : Aku Tahu Identitasmu!

Clara pun menggelengkan kepalanya karena terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.

Dia merasa Adrian terlalu berambisi untuk membuktikan ucapannya.

"Adrian, kamu kerja saja dulu dengan baik dan benar. Gunakanlah kesempatan yang Papa dan Mama berikan untukmu! Tidak perlu memikirkan soal aku, kamu paham kan?" ucap Clara dengan ekspresi yang tidak terbaca.

Adrian pun mengatupkan mulutnya karena tidak menyangka Clara akan mengucapkan hal itu.

Ternyata istrinya itu belum bisa menerima dia sepenuhnya.

Sikap baik Clara padanya memang karena sifat gadis itu yang baik, bukan karena simpati padanya.

Andrian pun juga merasa ini terlalu cepat dan mungkin bisa membuat mereka semua terkejut, jadi dia akan pelan-pelan bergerak.

Karena tidak mungkin juga Adrian langsung membeli mobil ataupun menunjukkan kalau mempunyai uang, sedangkan dia baru saja bekerja.

Adrian pun tetap memasang senyuman manisnya.

"Iya, aku minta maaf. Maksudnya aku akan membelikanmu mobil setelah aku bekerja keras dan mendapatkan uang yang banyak. Aku ingin membuktikan pada Papamu kalau aku bisa menjadi suami yang berguna. Aku juga berharap pernikahan kita bukan hanya sekedar kontrak, Clara!" ungkapnya berani sambil menoleh ke arah Clara.

Clara hanya terdiam, hati dan pikirannya bingung, bagaimana untuk menanggapi perkataan Adrian barusan.

"Nanti saja kita bahas hal itu. Sekarang fokuslah ke jalan! Aku sedang tidak memiliki mood pagi ini," jelasnya lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela.

"Baiklah,"

Adrian akhirnya mengalah dan kembali menatap lurus ke depan.

Suasana pun kembali hening sampai mereka tiba di tempat kerja Adrian.

Setelah Adrian turun Clara pun segera melajukan mobilnya menuju ke perusahaan Papanya.

Pemuda bermata coklat gelap itu menatap mobil Clara yang semakin menjauh dengan nanar.

Dia benar-benar merasa harus berjuang ekstra untuk mendapatkan hati istrinya tersebut.

Karena bukan saja mengalami patah hati karena dikhianati kekasihnya tapi juga bersamaan harus memenuhi keinginan orang tuanya dengan menikah secara dadakan.

Tentu saja hal itu tidak mudah diterima olehnya begitu saja.

Adrian harus bisa mematahkan kerasnya hati Clara yang masih membentengi dirinya.

Di Tempat Kerja…

Adrian tiba lebih awal dan di hari pertama dia sudah menunjukkan tanda karyawan yang baik.

Manajer yang bernama Pak Robby pun menghampiri Adrian.

"Pak Adrian? Sudah siap untuk hari pertamanya?" tanya pria berkacamata itu sopan.

Adrian pun mengisyaratkan jari telunjuk di bibirnya.

"Sssttt! Jangan panggil aku seperti itu, Pak. Ingat kalau aku adalah bawahanmu! Jangan sampai ada orang lain yang tahu dan dengar!" bisik Adrian sambil melihat ke sekeliling.

"Ah, maaf. Baiklah kalau begitu, setelah jam kerja dimulai saya akan mengenalkan kamu pada karyawan yang lain," ucapnya santai dan benar-benar terlihat seperti atasan Adrian.

"Ok, Pak!" jawab Adrian bersemangat.

Setelah semua karyawan datang dan sudah masuk jam kerja.

Pak Robby pun mulai mengenalkan Adrian pada karyawan yang lain.

"Selamat pagi semua. Perkenalkan teman kalian yang baru. Semoga kalian semua bisa bekerja sama dengan baik dan menjadi tim yang solid. Ayo, Adrian perkenalkan dirimu!" ucapnya tegas.

Lalu Adrian pun tersenyum tipis dan memulai dengan memberi salam kepada karyawan yang lain.

"Selamat pagi semua. Perkenalkan namaku adalah Adrian! Senang bertemu dengan kalian! Semoga kita bisa menjadi tim yang hebat!" ucapnya penuh percaya diri.

Sebagian diantara mereka pun ikut tersenyum dan menerima Adrian dengan tangan terbuka, tapi ada berapa orang yang tidak suka padanya karena menganggap Adrian hanya pria biasa yang beruntung bisa bekerja di sana atau merasa bisa menjadi saingan mereka untuk mendapatkan muka di depan Manajer.

Dimanapun kamu bekerja pasti akan selalu ada orang yang seperti itu!

Setelah perkenalan singkat, Pak Robby pun meminta Bimo, karyawan senior untuk menemani Adrian dan mengenalkannya apa saja yang harus dia lakukan selama bekerja di sini.

Tentu saja ini semua bagian dari prosedur dan Pak Robby tetap harus melakukannya meskipun Adrian sedang menyamar.

Setelah itu Pak Robby kembali ke ruangannya dan semua karyawan kembali bekerja di bagian masing-masing.

Kecuali beberapa orang yang masih penasaran dengan sosok Adrian.

"Hey, Bro! Kenalkan aku Bimo! Selamat bergabung! Santai saja, di sini kerjanya gampang kok!" sapanya ramah.

"Terimakasih, Bimo! Iya, aku juga yakin begitu, tapi ini tempat yang sangat bagus dan nyaman!" puji Adrian sambil mengedarkan pandangan ke sekitar.

Tiba-tiba terdengar suara seseorang.

"Hei, anak baru! Apa kau tidak punya pakaian lain?"

Pria itu berjalan menghampiri mereka berdua.

Dia adalah Gio, bersama rekan lainnya bernama Bayu, sedang memandang Adrian dari atas sampai bawah dengan tatapan mengejek.

"Maaf, memang ada yang aneh dengan pakaianku?" tanya Adrian bingung.

Gio pun melangkah mendekat dan melipat kedua tangannya di dada.

"Memang tidak ada yang salah, tapi itu lebih cocok jadi kain lap mobilku daripada dipakai bekerja! Iya ‘kan? Hahaha!" ledeknya.

Gio dan Bayu bersama-sama menertawakan Adrian.

Memang penampilannya sangat sederhana dan biasa saja, karena hanya itu pakaian yang Adrian punya, itu pun dia beli dengan hasil kerja kerasnya mengumpulkan uang dengan susah payah selama bekerja di rumah Baron.

"Gio, jaga bicaramu! Tidak boleh seperti itu! Dia masih rapi dan pantas kok! Mahal atau murah sama saja," Bimo mencoba membela Adrian.

"Alah! Aku yakin sekali dia bisa bekerja di sini karena meminta bantuan seseorang! Dia sama sekali tidak layak bekerja di sini!" ujar Bayu tidak mau kalah.

"Benar! Tidak ada lowongan pekerjaan tapi tiba-tiba ada karyawan baru. Sangat aneh bukan?" Gio tampak pura-pura berpikir sambil memegang dagu dengan tangan kanannya.

"Gio, sudahlah! Lebih baik kita segera bekerja daripada meributkan hal yang tidak penting!" Bimo berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

Baginya itu tidak penting, sekarang adalah waktu bekerja.

Bukan untuk mengurusi pribadi seseorang.

"Aku belum pernah melihatmu sebelumnya di kota ini. Apa kau pendatang?" ucap Gio tiba-tiba.

Dia tidak peduli sama sekali dengan yang diucapkan oleh Bimo barusan.

Adrian pun tersenyum dan menjawab dengan jujur, "Iya, aku baru beberapa tahun di kota ini. Tapi aku sudah menikah," jelas Adrian dengan semangat.

"Benarkah? Wanita mana yang mau menikah dengan pria sepertimu?!" ejeknya lagi.

Bayu sampai tertawa cekikian mendengar itu.

Karena mereka hanya melihat penampilan Adrian yang seperti pria miskin tidak punya apa-apa.

Sangat sederhana sekali berbeda dengan mereka yang memakai pakaian rapi, licin, sepatu mengkilap dan jam tangan mahal.

"Iya, aku baru menikah satu tahun. Semoga dengan bekerja di sini aku bisa lebih membahagiakan istriku," akunya singkat.

Ya, karena memang itu niat Adrian sesungguhnya.

Lalu Gio seperti teringat sesuatu, dia merasa tahu siapa sebenarnya anak baru yang ada di hadapannya ini.

Kemudian seringai jahat terbit di sudut bibirnya.

"Aku tahu kau pasti menantu dari keluarga Baron! Iya ‘kan?" ucapnya tiba-tiba.

"Hah? Da-darimana kau tahu?" Adrian mendadak gugup.

"Tentu saja! Hanya satu pria pengangguran di kota ini yang hidup menumpang di rumah istrinya. Siapa lagi kalau bukan kau? Iya ‘kan?" ungkapnya telak.

"Apa?!" ucap Bimo dan Bayu bersamaan.

Adrian terdiam tidak bisa membantah.

'Darimana pria ini tahu?!'

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel