Bab 11 : Semua Cocok Untukmu!
Flashback sebelumnya…
Adrian baru saja masuk ke dalam kamarnya.
Sementara itu Clara juga sampai di rumah.
Dia memutuskan pulang lebih dulu dari Papanya. Dia ijin untuk pulang lebih cepat karena ingin pergi ke suatu tempat.
Lagipula belum banyak yang dia lakukan saat ini karena masih dalam tahap pengenalan dengan perusahaan.
Clara menenteng dua kantor paper bag.
Dia baru saja belanja sesuatu.
Cindy yang baru saja masuk ke rumah setelah dari taman belakang, melihat dengan antusias saat ada yang dibawa putrinya, langsung penasaran dengan isinya.
"Apa ini, Sayang? Kamu habis belanja baju?" tebaknya benar dengan mata berbinar.
"Iya, Ma. Tapi ini bukan untukku. Ini untuk Adrian," jawabnya sedikit pelan.
"Apa?! Untuk apa kamu membelikan tukang kebun itu baju?!" pekiknya tidak terima.
Cindy merebut paper bag itu dari tangan Clara dan membukanya.
Ada beberapa pasang pakaian kemeja dan lainnya.
"Apa ini, Clara? Kamu sudah mulai simpati padanya? Dia bahkan belum memberimu apapun!"
Cindy melempar baju itu ke lantai dengan kesal.
"Mama! Kenapa dibuang?"
Clara pun mengambilnya dan kembali menyimpannya.
"Clara, ada apa denganmu? Berhenti bersikap baik padanya!" protes Cindy tidak terima.
Clara tidak ingin memperdulikan Mamanya dan memilih pergi.
Dia langsung menaiki tangga menuju kamarnya.
"Clara!" pekik Mamanya kesal.
Kembali ke waktu sekarang…
Setelah Adrian membukakan pintu, Clara langsung menyampaikan niatnya.
Adrian merasa ada yang salah dengan pendengarannya.
'Apa dia baru saja memintaku ke kamarnya?'
Pikiran Adrian langsung melalang buana kemana-mana.
Dia pria normal!
Tentu saja, sebenarnya itu hal yang wajar karena mereka adalah suami istri yang sah.
Tapi keadaan mereka berbeda dari pasangan pada umumnya.
"Maaf, Clara. Ada apa ya? Apa kamu butuh bantuan?" tanya Adrian tetap terlihat biasa saja.
Adrian berusaha menyembunyikan rasa bahagianya, tidak mungkin juga dia memasang wajah sumringah karena hal sepele seperti itu.
Padahal dia sudah sangat senang, karena akhirnya Clara mengajaknya duluan ke kamarnya.
"Aku ada kejutan untukmu. Semoga kamu suka," jawabnya kalem.
Clara pun berjalan terlebih dahulu, Adrian pun mengikuti istrinya itu dengan perasaan berdebar.
Jantungnya seketika berdegup kencang!
Pintu kamar Clara sudah terbuka separuh.
Kamar Clara bercat cream muda sama seperti kamar Adrian. Bedanya hanya di dekorasi dan barang-barang yang lebih khas wanita, juga lebih besar dari kamar Adrian.
Clara tidak banyak meletakkan perabotan dan hanya memakai yang diperlukan saja sehingga ruangannya terlihat lebih luas.
Wangi lavender dari pengharum ruangan langsung menyapa indra penciuman Adrian.
Membuat suasana menjadi nyaman.
"Tunggu disini sebentar!" ucap Clara.
Hal itu membuyarkan lamunan Adrian.
Dia pun duduk di sofa panjang warna abu.
Clara mengambil paper bag tadi dan menyerahkannya pada Adrian.
"Ini untukmu!"
"Apa ini?" tanya Adrian heran.
Tentu saja dia bertanya karena ini baru pertama kali Adrian menerima sesuatu dari Clara.
Meskipun tadi dia berharap lebih namun tidak sesuai bayangannya, tapi hal ini sudah cukup membuatnya senang.
"Bukalah!" ucapnya datar.
Adrian pun langsung membuka kantong belanja yang pertama.
Ada tiga pasang kemeja lengan panjang dan celana yang berbahan bagus. Serta blazer dan kaos dalam polos.
Semua warnanya soft dan sesuai untuk Adrian.
"Apa benar ini untukku? Tapi kenapa? Maksudku, kenapa kamu repot-repot membelikan baju, Clara. Aku bisa membelinya sendiri," ucap Adrian merasa tidak enak.
"Ini hadiah untukmu. Pakailah untuk bekerja. Aku tahu kamu tidak punya banyak baju seperti ini," jelasnya dengan menunduk.
Gadis itu tidak sanggup menatap Adrian.
Hati Adrian menghangat mendengar pengakuan Clara barusan.
Meskipun sebenarnya dia punya banyak pasang baju di dalam lemari miliknya di rumah pribadi Adrian, tapi dia akan lebih senang lagi memakai pemberian dari Clara tersebut.
"Terimakasih! Aku akan mengganti uangmu nanti setelah mendapat gaji!" ujar Adrian dengan semangat.
Padahal dia sudah punya banyak uang tapi Adrian masih harus berpura-pura.
Clara pun menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu! Ambil saja untukmu!" jawabnya cepat.
"Baiklah. Sekali lagi, terima kasih banyak! Aku akan memakainya besok!" Adrian tersenyum sangat manis.
Clara menatap Adrian tanpa berkedip dalam beberapa detik.
Entah kenapa kali ini dia melihat senyuman Adrian sangat memikat.
Adrian pun membuka kantong kedua, isinya ada sepatu, beberapa kaos kaki dan tali pinggang.
"Kenapa tidak dicoba sekarang? Aku ingin melihatnya pas atau tidak," ucap Clara tiba-tiba.
"Dimana? Pakai di-di sini?" tanya Adrian gugup.
Clara menganggukkan kepalanya.
"Iya, nah coba yang ini!"
Clara memilih satu baju dan menyodorkannya di depan wajah Adrian.
Adrian pun bangkit berdiri.
Dia rasa tidak perlu membuka bajunya karena saat ini hanya memakai kaos oblong.
Dia takut Clara merasa tidak nyaman, jadi dia tidak akan melakukannya dan langsung saja memasang baju kemeja itu.
Entah karena gugup atau apa karena sedang diperhatikan oleh Clara membuat Adrian salah memasang kancing di tiga bagian atas, membuat baju itu terlihat aneh.
Clara yang melihat itu, tangannya refleks untuk membetulkan letaknya.
Adrian yang terkejut karena perlakuan Clara yang tiba-tiba seperti itu, langsung mencegahnya untuk melakukannya.
Adrian tanpa sengaja menggenggam tangan Clara dengan erat.
Clara yang tersentak, mau tidak mau mendongak.
Mata mereka pun bertemu dan saling beradu pandang.
Mata elang Adrian seperti menghujam Clara dengan tepat sasaran.
Hembusan napas Adrian bisa Clara rasakan di wajahnya karena jarak di antara mereka saat ini cukup dekat.
Adrian meneguk ludahnya kasar.
Dia pun mulai memberanikan diri untuk lebih mendekat lagi, baru saja dia ingin memajukan wajahnya, tiba-tiba terdengar suara seseorang dari depan pintu kamar.
"Apa yang kalian lakukan?!" teriaknya dengan suara nyaring.
Cindy pun dengan cepat melangkah masuk ke dalam.
Adrian dan Clara yang terkejut, masing-masing langsung melepaskan diri dan bersikap biasa saja.
"Sedang apa dia di sini?!" cibirnya sambil menatap Adrian sinis.
"Aku meminta Adrian untuk mencoba bajunya, Ma!" jelas Clara singkat.
"Huh! Biar saja dia pakai di kamarnya! Lagipula mau pakai baju apapun juga sama saja! Dia tetap tidak berguna!" Cindy masih saja ketus pada menantunya.
"Mama, jangan seperti itu! Clara melakukan ini juga demi keluarga kita! Orang diluaran sana akan melihat Adrian bagian dari keluarga ini, jadi kalau dia memakai pakaian bagus, nama keluarga kita juga jadi baik!" jelasnya lagi dengan penuh penekanan.
Adrian tertegun mendengar penjelasan dari istrinya.
Sementara Clara mengatupkan mulutnya dengan cepat karena merasa tidak enak pada Adrian.
Dia terpaksa mengatakan itu pada Mamanya agar berhenti usil dengan masalah baju yang sepele ini.
Dia sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan Adrian.
Clara harap Adrian bisa mengerti.
"Sudahlah! Heh! Cepat pergi dari sini! Merusak pemandangan saja!" usirnya dengan kasar.
"Mama!" protes Clara.
"Maaf, Nyonya. Kalau begitu, saya permisi!" jawab Adrian lesu.
Dia pun membawa semua pemberian Clara dan dengan cepat keluar dari sana.
Clara merasa Adrian pasti sedih atas ucapannya tadi, tapi dia tidak punya pilihan lain.
Cindy pun duduk di sofa dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Berhenti bersikap baik padanya, Clara! Ingat, kalian hanya menikah sementara! Setelah ini mama akan mencarikan pria yang lebih baik, lebih kaya dan segalanya dari pria itu!" tatapnya pada Clara dengan tajam.
"Mama! Aku tidak mau bahas hal itu sekarang. Kalau tidak ada yang penting, Mama bisa tinggalkan aku sendiri. Clara capek mau istirahat!" kilahnya sambil menatap ke arah lain.
Cindy pun berdiri dari duduknya dan menghentakkan kaki ke lantai karena kesal.
"Kamu ya! Dikasih tau orang tua malah ngeyel! Huh!"
Tanpa mereka sadari seseorang mendengar yang mereka bicarakan tadi dengan tangan mengepal erat.
Lalu dengan cepat melangkah pergi dari sana sebelum Cindy melihatnya.
