9. Perawan
Farhan naik motornya melalui jalan desa menuju rumah mertuanya. Dia baru saja selesai mengarahkan warga memasang kamera CCTV di beberapa titik di desa untuk bisa memantau keamanan dari pos keamanan. Meskipun selama ini desa itu aman, tetapi Farhan memberi pengarahan kepada semua warga untuk selalu waspada. Dia sadar bahwa suatu saat desa ini akan makmur dengan kemajuan pertanian dan perkebunan serta peternakan yang sedang dirintisnya.
Kegiatan warga desa itu di malam hari belakangan semakin bertambah. Semula warga desa cuma tinggal di rumah atau nongkrong sambil ngobrol di malam hari, sekarang mulai berubah. Kegiatan belajar di balai desa mulai diramaikan oleh anak-anak remaja yang belajar berbagai keterampilan menggunakan teknologi. Setiap minggu, ada pengajar yang didatangkan oleh Farhan dari kota untuk mengajari anak-anak tersebut mulai dari membuat video sampai membuat blog.
Farhan ingin mereka bisa membuat berbagai video promosi tentang desa mereka. Ada rencana besar untuk mengundang wisatawan dengan menyediakan agrowisata dan juga wisata di alam kaki bukit yang indah di sekitar desa itu.
Ibu-ibu dan bapak-bapak lebih banyak belajar tentang cara bertani, berkebun, dan beternak. Selain itu mereka juga harus mempersiapkan kemampuan jika nanti kebun kopi dan jeruk sudah menghasilkan. Nantinya diperlukan penanganan pasca panen yang tepat agar hasil perkebunan tersebut bermutu baik dan bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi.
Dengan ramainya kegiatan itu dan kunjungan orang-orang dari luar desa di masa datang, tentu membutuhkan antisipasi dalam hal keamanan. Untuk itu, pengawasan keamanan desa perlu didukung dengan teknologi CCTV.
Hari sudah pukul empat sore ketika Farhan tiba di rumah mertuanya. Kirana masih di Pondok Sunyi bersama Ratih. Farhan ingin langsung mandi agar tubuhnya segar.
"Sudah pulang, Mas?" Surti menyapa menantunya yang baru pulang.
"Iya, Mbak. Mas Narto mana?" Farhan menanyakan Narto karena rumah kelihatan sepi.
"Tadi katanya ke kecamatan. Mungkin pulang agak telat."
"Aku mau mandi dulu. Mau sekalian ikut mandi?" goda Farhan.
Surti hanya tersenyum menanggapi menantunya. Dia bisa menduga kalau itu bukan sekedar ajakan mandi biasa. Pasti yang dimaksud menantunya adalah mengajak mandi keringat.
Farhan jadi gemas dengan reaksi mertuanya. Ditariknya tangan Surti ke kamar paviliun. Perempuan itu menurut saja tanpa membantah ketika Farhan menariknya lalu menelanjangi tubuhnya. Dia hanya bisa mendesah-desah ketika menantunya menggerayangi tubuhnya.
Surti sudah mengerti apa yang harus dilakukannya ketika Farhan sudah membuka semua pakaiannya sendiri. Kejantanannya yang tegang itu lalu dielus-elusnya sebelum dijilat dan dikulumnya. Layanannya itu membuat Farhan mendesah keenakan.
Tidak ingin berlama-lama, Farhan menuntun Surti untuk berdiri lalu mengarahkannya menungging di pinggiran tempat tidur. Dengan sekali dorong, kejantanannya sudah menembus kewanitaan perempuan itu yang sudah basah.
Dia sudah sangat bernafsu sehingga membuatnya menggenjot kejantanannya dengan cepat di rongga kewanitaan perempuan itu. Buah dada montok Surti sampai terpental-pental dengan seksinya. Farhan lalu dengan gemas meremas-remas kedua buah dada itu sambil menggenjot dengan cepat dan menghentak keras.
"Aaaahhh ...." Surti tak sanggup menahan luapan hasrat yang ditimbulkan menantunya lalu orgasmenya tercapai.
Farhan sempat menggenjot cepat beberapa kali lagi sebelum spermanya terasa menjalar di dalam saluran kejantanannya. Dia tak sanggup menahannya lagi lalu kelonjotan memuntahkan spermanya di dalam rongga kewanitaan mertuanya. Tubuh Farhan ambruk menimpa mertuanya yang tersungkur di kasur tertimpa tubuhnya.
Farhan sebetulnya masih kuat untuk bertempur, tetapi dia tak melakukannya. Dia harus memberikan jatah pada istrinya nanti malam di Pondok Sunyi. Dia lalu mencabut kejantanannya yang masih tegang dan menuju kamar mandi.
Surti menyusul menantunya masuk ke kamar mandi untuk membersihkan selangkangannya yang becek oleh sperma. Di sana, tubuhnya sempat digerayangi oleh menantunya yang masih bernafsu.
* * * * *
"Wah, Mas sudah mandi," ujar Ratih saat Farhan muncul di teras Pondok Sunyi.
"Iya dong. Sudah wangi ini. Mau cium gak?" goda Farhan.
Ratih hanya tersipu malu menanggapi godaan Farhan.
"Mbakmu mana?" tanya Farhan.
"Mbak lagi pipis," jawabnya.
Farhan masuk ke dalam pondok dan menjumpai Kirana yang baru keluar dari kamar mandi.
"Waduh, aku lupa bawa makanan," ujar Farhan yang baru ingat mestinya tadi bawa makanan dari rumah.
"Biar aku yang ambil di rumah."
Kirana lalu mengambil kunci motornya di meja dan pamit pulang pada Farhan.
"Kamu temenin Masmu ya. Mbak pulang sebentar sekalian mandi," pesan Kirana ketika bertemu Ratih di teras pondok.
Kirana lalu naik ke motornya. Sekejap dia sudah berlalu mengendarai motornya pulang ke rumah. Dia tak sadar sedang meninggalkan mangsa pada seekor macan.
"Kamu gak sekalian mandi?" tanya Farhan ketika dia muncul di teras.
"Nanti aja, Mas. Gantian sama Mbak," jawab Ratih.
"Atau kamu mau aku mandiin di sini?" goda Farhan.
"Iiih ... Mas ini genit," ujar gadis itu malu.
Farhan tertawa melihat keluguan gadis itu. Pikiran nakalnya muncul untuk mengerjainya mumpung istrinya pulang.
"Ayo masuk. Tolong pijitin kakiku." Farhan mulai memasang jeratnya.
Ratih hanya menurut. Dia tidak curiga kalau tubuhnya sedang diincar untuk dijadikan mangsa. Diikutinya Farhan yang menaiki tangga ke kamar loteng.
Dengan tekun dipijitinya kaki kanan yang dijulurkan Farhan. Dia duduk di tepi kasur. Gerakan tubuhnya tampak seksi di mata Farhan. Belahan bagian atas buah dadanya terlihat dari bagian atas kebaya yang dipakainya saat tubuhnya menunduk.
Buah dada itu tak montok, tetapi tampak mengkal alami. Farhan mulai nakal. Dia memancing reaksi gadis itu dengan menyentuh buah dadanya. Ratih sempat kaget ketika buah dadanya disentuh, tetapi dia diam saja melanjutkan pijitannya.
Melihat gadis itu tanpa perlawanan, serangan Farhan meningkat. Diremas-remasnya buah dada kiri gadis itu. Gadis itu terdiam sejenak tak melanjutkan pijitannya, tetapi tak meronta menolak diperlakukan begitu. Dia hanya tertunduk tanpa melawan.
Remasan-remasan tangan Farhan membuat darah Ratih berdesir. Buah dadanya baru pertama disentuh lelaki dan itu terasa nikmat baginya. Napasnya mulai tak teratur. Dirinya mulai dijalari hasrat birahi.
Tangan Farhan semakin jauh bereksplorasi. Dengan lembut tangan itu menyelinap ke balik kebaya Ratih menjamah buah dadanya yang terbungkus BH tipis.
"Aaaahhh ... geli, Mas." Ratih mendesah pelan ketika Farhan memainkan putingnya.
"Buka bajumu," perintah Farhan.
"Ndak, ah, Mas. Aku malu," ujar Ratih.
"Gak usah malu," rayu Farhan.
Ratih menggelengkan kepalanya sambil tertunduk. Farhan lalu menariknya hingga terlentang di kasur. Ditindihnya tubuh gadis itu sambil dilumatnya bibir merahnya. Kedua tangannya ditahan Farhan di samping kepalanya. Gadis itu pasrah dan mulai merasakan sensasi kuluman bibir Farhan. Perlahan gadis itu mulai membalas lumatan itu.
Menyadari mangsanya mulai hanyut, tangan Farhan bergerak melepaskan ikatan kain yang diselipkan di pinggang Ratih. Gadis itu sedang terhanyut dicumbui bibirnya hingga tak sadar kain tak lagi melilit tubuh bawahnya.
Ratih kaget ketika selangkangannya disentuh tangan Farhan.
Dia berusaha menahan tangan Farhan yang sudah menyusup ke dalam celana dalamnya. Tangan gadis itu memegangi pergelangan tangan Farhan namun dia tak berpengalaman untuk bisa menyadari bahwa satu jari cukuplah untuk menaklukkan kewanitaannya.
Jari tengah Farhan bermain dengan lembut di celah kewanitaan Ratih. Pinggul gadis itu menggeliat-geliat merasakan geli yang nikmat. Dia mulai pasrah diperlakukan begitu dan mulai menikmatinya. Tangannya tak lagi menahan tangan Farhan dan beralih meremas seprai.
Dengan lumatan di bibir, remasan di buah dada, dan elusan jari di titik sensitifnya, membuat Ratih terbang. Dia seperti berbaring di udara. Semakin liar ujung jari Farhan memainkan benda kecil menonjol di celah kewanitaannya, semakin liar pula pinggulnya menggelinjang.
"Maaaass ... aku mau pipis." Ratih merintih setengah mendesah.
"Pipis aja." Farhan makin liar mempermainkan klitoris gadis itu.
"Aaahh ...." Tubuhnya mengejang dan pinggulnya terangkat. Ratih mencapai orgasmenya.
Ratih terkulai lemas seolah tak sadarkan diri menikmati sisa orgasmenya. Dia setengah sadar saat Farhan melucuti celana dalamnya. Pinggulnya tanpa diperintah sedikit mengangkat saat celana dalam itu diloloskan dari pinggulnya.
Farhan dengan mudah merenggangkan kedua paha gadis yang sedang terkulai lemas itu. Dielus-elusnya paha mulus gadis itu lalu kepalanya mendekat ke selangkangannya.
"Aaaahhh ... geli Maaass ...." Ratih menjerit saat kewanitaannya disapu lidah Farhan.
Farhan bukannya berhenti melainkan malah bersemangat mencumbui celah rapat yang basah itu dengan mulutnya. Tubuh Ratih bergetar hebat mendapatkan serangan di ujung saraf paling sensitif di tubuhnya. Mulutnya mendesah-desah dan napasnya memburu dihajar berahi.
Tak lama kemudian dia kembali mengejang sambil melenguh panjang. Orgasme keduanya terasa lebih nikmat dibandingkan yang pertama. Kewanitaannya berkontraksi keras dan cairan kewanitaannya membanjiri liangnya.
Farhan membiarkan mangsanya terkapar menikmati sisa orgasmenya. Kejantanannya sudah sangat tegang melihat gadis perawan itu mendapatkan kenikmatan pertama dalam hidupnya. Dibelai-belainya rambut gadis itu.
Mata Ratih mulai terbuka dan menatap sayu. Wajah itu menampakkan kepuasan didera dua kali orgasme tanpa disetubuhi. Tubuhnya mulai mengenal pelampiasan berahi.
Farhan beranjak melucuti celananya sendiri. Ratih nampak kaget ketika benda tegang yang Farhan sodorkan di hadapan mukanya. Dia belum pernah melihat langsung kemaluan lelaki dewasa.
"Jilat!" perintah Farhan.
Dengan ragu-ragu Ratih menjulurkan lidahnya. Lidah itu mulai disapukan dengan kaku ke kejantanan Farhan. Dia belum berpengalaman melakukan itu.
"Jilati seperti kamu menjilati es krim!" Farhan mengajarkan Ratih bagaimana caranya menjilati kejantanannya.
Ratih tampaknya mulai mengerti. Dipegangnya pangkal benda keras itu dengan takut-takut lalu dijilatinya benda itu perlahan.
"Aaaahh ... iya .. begitu ...," desah Farhan merasakan lidah perawan di kejantanannya.
"Sekarang kamu kulum!" perintah Farhan setelah agak lama Ratih menjilati miliknya.
Dengan takut-takut, Ratih membuka mulutnya dan memasukkan benda itu dalam kulumannya. Mulutnya terasa penuh disesaki benda tegang milik Farhan.
Farhan memegangi kepala gadis itu lalu mulai menggenjot batang kejantanannya di mulut gadis itu. Ada sensasi yang nikmat menggagahi mulut gadis yang cuma pasrah tanpa melawan. Dipercepatnya genjotannya dan itu membuat Ratih kewalahan menerima hantaman penis yang memenuhi rongga mulutnya.
"Oooohhh ...." Farhan mengerang nikmat sambil memancarkan spermanya di mulut gadis itu.
Sebagian sperma Farhan tertelan tanpa sempat dibendung tenggorokan Ratih. Sisanya dia tampung di mulutnya.
Setelah puas menyemprotkan spermanya, Farhan mencabut kejantanannya yang masih tegang dari mulut Ratih. Gadis itu menutup mulutnya menahan tumpahan sperma agar tak tertumpah keluar. Dia lalu bangkit dari kasur dan menuruni tangga setengah berlari. Dimuntahkannya sperma itu di kamar mandi lalu disiramnya. Kemudian dia berkumur-kumur dengan air membilas sisa sperma yang tertinggal di mulutnya.
Dia sadar tubuhnya setengah telanjang. Bagian bawah tubuhnya tak terbungkus apa pun. Diambilnya air dengan gayung lalu dibasuhnya selangkangannya yang basah oleh cairan kewanitaannya yang bercampur ludah Farhan.
Farhan tersenyum saat gadis itu muncul di hadapannya dan memakai kembali celana dalamnya lalu melilitkan kain di pinggangnya. Dibiarkannya mangsanya bebas tanpa disetubuhinya.
Belum saatnya, katanya dalam hati.
