10. Pergumulan
Malam terasa sunyi. Kabut putih mengambang mendatangkan dingin yang merasuk ke dalam pori-pori tubuh. Tak ada nyanyian serangga malam. Rembulan pun absen entah ke mana.
Bunyi air terdengar dari aliran air penggerak generator di samping pondok. Cahaya lampu menerangi di sekitar pondok dan juga jalan desa. Sesekali terdengar gelak tawa di kejauhan dari pos penjaga keamanan.
Pondok Sunyi malam itu tak lengang. Ada tiga manusia yang bermalam di sana. Mereka baru saja masuk setelah lama mengobrol di teras ditemani api unggun dan kopi panas serta makanan kecil.
"Dik, kamu tidur di bawah, ya!" ujar Farhan kepada Ratih.
"Iya, Mas."
Ratih sudah mengambil posisi duduk di karpet ruang depan pondok. Di sana ada dua bantal besar yang bisa dipakai menyandarkan kepalanya untuk tidur. Di dalam pondok tidak terasa dingin. Pondok itu berdinding dua lapis yang bisa menghadang dingin malam masuk ke dalam.
Farhan menapaki tangga menuju ke kamar loteng diikuti Kirana. Mereka belum berniat mengakhiri malam. Mereka justru baru akan mulai bercinta menyalurkan hasrat berahi.
Sepasang suami-istri itu sudah menanggalkan semua yang melekat di tubuh mereka. Desah napas mulai terdengar dari pasangan yang sedang saling melumat bibir dengan penuh semangat. Mereka bertarung dalam posisi duduk berhadapan di atas kasur.
Suara desahan Kirana terdengar jelas di dalam pondok ketika Farhan mulai mencumbui leher jenjangnya. Dagunya terangkat dan mulutnya terbuka. Rambut panjangnya yang dikuncir satu menggantung di belakang punggungnya yang melengkung menikmati sensasi yang diberikan suaminya.
"Aaahh ...." Desahan Kirana terdengar lepas tak tertahan saat Farhan melahap buah dadanya yang membusung menantang.
Ratih terkesiap mendengar desahan Kirana. Dibukanya matanya sedikit dan pandangannya diarahkan ke kamar loteng. Sisi depan kamar loteng yang hanya dibatasi railing tanpa dinding membuatnya bisa dilihat dari bawah. Ratih bisa melihat pertarungan sepasang suami-istri itu. Dia cukup leluasa mengamati dari bawah karena penerangan lampu di tempatnya berbaring sudah dimatikan dan hanya penerangan yang berasal dari ruang bagian dalam pondok yang masih dibiarkan menyala.
Farhan mendorong tubuh Kirana hingga terlentang di kasur. Dia mengangkangi kepala istrinya dalam posisi terbalik hingga tepat di selangkangannya. Kirana meraih kejantanan Farhan yang sudah tegang lalu dielus-elusnya lembut. Sementara itu, Farhan mendekatkan kepalanya ke selangkangan Kirana. Lidah Farhan mulai menjelajahi area sekitar selangkangan istrinya.
Kirana menjilati seluruh permukaan batang kejantanan Farhan sambil menggenggam bagian pangkalnya. Dengan semangat dipermainkannya lidahnya di kepala batang kejantanan suaminya. Lidahnya berputar-putar di sana sambil sesekali mengulum benda itu.
Farhan tak mau kalah dengan aksinya. Ujung lidahnya bermain di belahan selangkangan Kirana dan menyapunya dari bagian atas ke arah bawah belahan itu. Perlahan ujung lidah itu menerobos masuk membelah bibir kewanitaan istrinya dan menjilatinya. Pinggul Kirana bergerak-gerak merasakan geli yang nikmat akibat ulah suaminya.
"Aaawww ...." Kirana terpekik saat lidah Farhan menyentuh tonjolan kecil di celah kewanitaannya.
Serangan Farhan di titik pusat kenikmatannya membuat Kirana semakin bersemangat memainkan batang keras suaminya. Dimasukkannya batang itu sejauh mungkin dalam mulutnya lalu disedot-sedotnya. Ditariknya batang itu keluar dari mulutnya perlahan sambil disedotnya. Setelah kepala batang itu sampai di bibirnya, didorongnya lagi batang itu masuk ke mulutnya berulang-ulang.
"Oooohhh ...." Farhan mengerang perlahan merasakan ngilu dan nikmat akibat perlakuan Kirana.
Ulah Kirana membuatnya kelonjotan merasakan sedotan yang seakan memancing spermanya tersedot keluar. Farhan membalas ulah istrinya dengan menyerang pusat sensitifnya menggunakan ujung lidahnya. Tonjolan itu ditekan dan diputar-putarnya hingga pinggul Kirana bergerak liar kegelian.
Pertarungan saling oral sepasang suami-istri itu semakin membara. Mereka berdua sibuk melancarkan serangan untuk mengejar puncak yang sudah hampir mereka capai.
"Mmmmhhh ...." Jeritan Kirana terhalang batang yang menyesaki rongga mulutnya.
Pinggulnya terangkat dan tubuhnya mengejang. Sambil menikmati orgasmenya, dipercepatnya kocokan mulutnya pada batang kejantanan Farhan yang sudah terasa berkedut-kedut hendak memuntahkan sperma. Tak butuh waktu lama, orgasme Farhan pun tercapai.
Tubuh Farhan mengejang. Sperma memancar berkali-kali dari lubang batang kejantanan dalam mulut istrinya. Kirana hanya menampung sperma yang banyak itu dalam mulutnya. Setelah semburan sperma itu usai, dikeluarkannya batang itu dari mulutnya. Ditahannya sperma agar tak tumpah dengan menutup mulutnya.
Saat Farhan membaringkan tubuhnya sendiri ke samping istrinya, Kirana bangkit lalu berjalan menuruni tangga dalam keadaan telanjang bulat. Mata Ratih masih setengah terbuka mengamati Kirana yang berjalan menuju kamar mandi.
Tak lama kemudian, Farhan menyusul menuju kamar mandi. Sama seperti istrinya, Farhan juga tak mengenakan apa pun di tubuhnya. Darah Ratih berdesir saat Farhan tak langsung menyusul istrinya ke kamar mandi melainkan mendekatinya. Cepat-cepat dipejamkannya mata.
Farhan jongkok di samping tubuh Ratih. Dia tahu kalau gadis itu belum tertidur. Napasnya tak nampak lemah teratur seperti orang yang sedang tidur.
"Kamu gak usah pura-pura tidur," ujar Farhan.
"Aku tahu kamu pasti menonton permainan kami tadi," lanjutnya lagi.
Ratih kaget. Dia tetap berpura-pura tidur sampai dia merasa ada tangan yang menggerayangi selangkangannya.
"Selangkanganmu sudah basah," ujar Farhan sambil tertawa kecil.
Dia lalu bangkit meninggalkan Ratih dan menyusul istrinya ke kamar mandi.
Ratih tak mengerti mengapa justru dia mendambakan tangan itu meraba-raba selangkangannya lebih jauh. Ada rasa yang butuh untuk dipuaskan. Pengalaman bersama Farhan sore tadi membuatnya ketagihan untuk merasakannya lagi bahkan lebih jauh. Dia penasaran ingin merasakan batang keras yang tadi mengisi rongga mulutnya untuk memasuki rongga kewanitaannya.
"Ah ... ah ... ah ...." Desahan Kirana terdengar jelas di telinga Ratih.
Perlahan dia bangkit dari tidurnya lalu mengendap-endap mengintip ke arah kamar mandi. Matanya terbelalak melihat tubuh Kirana digenjot Farhan dari belakang. Pemandangan itu dengan jelas bisa disaksikannya melalui pintu kamar mandi yang terbuka. Ratih terangsang melihat persetubuhan Farhan dan Kirana.
Farhan dengan ganas menyodokkan kejantanannya ke milik Kirana yang dipeluknya dari belakang. Tangan istrinya itu bertumpu pada dinding kamar mandi. Desahan-desahan nikmat meluncur dari mulutnya. Kirana merasakan kenikmatan yang berbeda karena batang suaminya terasa menggosok titik sensitif dalam rongga kewanitaannya dengan posisi itu. Sensasi itu ditambah lagi dengan remasan-remasan gemas di kedua buah dadanya.
Kontraksi rongga kewanitaan Kirana yang menyedot-nyedot keras kejantanan membuat Farhan mempercepat genjotannya. Dia tahu istrinya sudah hampir mencapai orgasmenya. Sedotan-sedotan itu membuat batangnya sendiri sudah tak tahan ingin menyemburkan spermanya.
"Aaaahhh ...." Mereka mendesah kuat hampir bersamaan.
Keduanya mencapai klimaks mereka. Farhan menekan batangnya sedalam mungkin dalam kewanitaan istrinya. Kedua tangannya meremas keras buah dada Kirana. Sementara itu Kirana mengejang. Rongga kewanitaan Kirana berkontraksi sejadi-jadinya sampai kemudian melemah dan tubuhnya pun lunglai dalam pelukan Farhan.
Ratih mengendap-endap kembali ke posisi tidurnya. Jantungnya berdegup kencang. Dia belum pernah melihat persetubuhan di depan matanya. Dulu waktu dia kecil, dia pernah tak sengaja melihat bapak dan ibunya bersetubuh di malam hari saat dia terbangun dan masuk ke kamar orang tuanya yang hanya tertutup gorden. Saat itu dia belum tahu apa yang orang tuanya lakukan. Dia hanya melihat bapaknya menindih ibunya dalam selimut sambil bergoyang-goyang. Setelah remaja dia baru tahu bahwa itu persetubuhan.
Ketika Farhan dan Kirana melewatinya saat naik ke kamar loteng, dia memejamkan matanya pura-pura tidur. Jantungnya masih berdebar. Selangkangannya terasa berdenyut-denyut. Dia tak sempat merabanya dengan tangannya, tetapi dia bisa merasakan selangkangannya basah.
Kirana sudah membaringkan tubuhnya di kasur. Pertarungannya dengan Farhan di kamar mandi barusan membuatnya lelah dan ingin segera tidur. Belaian tangan suaminya di rambutnya membuatnya nyaman dan segera terlelap. Bunyi napasnya terdengar lebih keras yang menandakan dirinya sudah tidur dengan nyenyak.
Dalam keadaan masih telanjang, Farhan terlentang di kasur menatap langit-langit. Berbeda dengan istrinya yang dengan mudah bisa tertidur lalu tak akan terbangun sampai subuh, Farhan agak susah untuk mulai tidur. Biasanya dia juga dua atau tiga kali terbangun di malam hari.
Dia teringat Ratih yang pura-pura tertidur dengan selangkangan yang basah. Farhan sangat yakin gadis itu mendengar desahan-desahan mereka di kamar mandi atau mungkin juga melihat apa yang mereka lakukan melalui pintu yang sengaja tak ditutupnya tadi. Kejantanannya menegang membayangkan tubuh gadis itu. Dia ingin melihat bentuk tubuh gadis itu dalam keadaan tanpa busana.
Pelan-pelan dia bangkit dari kasur. Dia yakin istrinya tak akan terbangun dari tidurnya. Istrinya takkan mendengar apa-apa tanpa alat bantu dengar yang sudah dilepasnya sendiri sejak sebelum bertarung dengannya tadi. Sambil menuruni tangga, Farhan melihat ke arah tubuh Ratih yang terlentang di lantai bawah. Sebelah kaki gadis itu menekuk dengan telapak kakinya menjejak karpet. Posisi itu membuat daster batiknya tersingkap. Celana dalam gadis itu yang berwarna putih terlihat di keremangan.
Farhan mendekati tubuh gadis itu. Tampaknya dia sudah mulai tertidur. Disingkapkannya daster longgar gadis itu ke arah atas tubuhnya sampai buah dadanya terlihat. Ternyata BH-nya sudah dilepasnya sebelum tidur tadi. BH itu tergeletak di karpet di sebelah tubuhnya.
Ratih terkaget ketika celana dalamnya terasa dipeloroti dari pantatnya. Dia terbangun dari tidurnya yang belum nyenyak. Matanya membesar melihat tubuh lelaki telanjang di hadapannya. Mulutnya hanya menganga tanpa suara.
Setelah celana dalam itu berhasil dilucuti Farhan, selanjutnya dipaksanya tubuh gadis itu duduk sambil dilucutinya dasternya. Ratih hanya menurut tanpa protes. Dia bak kerbau dicocok hidung. Tubuh berukuran sedang dengan dua buah dada mengkal itu sudah telanjang bulat.
Farhan mendorong tubuh gadis itu perlahan hingga kembali terlentang di atas karpet. Dinaikinya tubuh gadis itu lalu bibirnya melumat bibir gadis itu. Tak lama rasa canggung gadis itu hilang lalu mulai membalas lumatan di bibirnya. Pahanya merenggang mempersilahkan kedua paha Farhan masuk mengisi celah di antaranya.
Setelah puas melumat bibir gadis itu, Farhan merambah seputar dada mengkal gadis itu dengan mulutnya. Kecupan-kecupan menjelajahi sekitar buah dada itu lalu mengarah ke ketiaknya.
"Aaaahhh ...." Ratih berteriak tertahan merasakan kegelian.
Tubuhnya menggelinjang-gelinjang karena Farhan terus mencumbui ketiaknya. Darahnya berdesir dan napasnya memburu. Hasrat berahinya meluap. Kewanitaannya berkedut-kedut. Cairan kewanitaannya semakin membasahi selangkangannya. Ternyata itu titik sensitifnya.
Desisan dan desahan meluncur dari mulutnya. Farhan sadar bahwa dia telah menemukan kelemahan gadis itu. Dia yakin gadis itu pasrah menerima segala perlakuan terhadapnya.
Tangan Farhan memegang bagian ujung kejantanannya lalu mengarahkannya ke celah kewanitaan gadis itu. Dibukanya bibir kewanitaan yang rapat itu sambil memasukkan bagian kepala dari batang kejantanannya. Meski celah itu masih sempit belum pernah dimasuki sesuatu, kondisinya yang basah dan licin membuat kepala kejantanan Farhan bisa masuk tanpa halangan. Setelah bagian kepala itu masuk seluruhnya, terasa rongga kewanitaan itu menyedot-nyedotnya. Meskipun demikian, batang kejantanan Farhan terasa tertahan untuk masuk lebih jauh.
Dicabutnya sedikit kejantanannya itu lalu ditekannya lembut sampai mentok. Begitu seterusnya dilakukan Farhan dengan hati-hati dan perlahan. Dia tak ingin merenggut keperawanan gadis itu.
Ratih mendesah-desah menikmati kepala dari batang kejantanan itu keluar masuk di muara kewanitaannya. Benda itu menggesek-gesek klitorisnya yang menimbulkan sensasi nikmat yang luar biasa baginya. Tubuhnya sampai bergetar merasakan rangsangan yang menderanya.
Ada rasa kecewa saat Farhan mencabut kejantanan itu dari mulut kewanitaannya. Ingin rasanya Ratih memohon agar benda itu ditancapkan lebih dalam di rongga kewanitaannya, tetapi dia malu mengatakannya. Dia hanya pasrah menunggu aksi selanjutnya.
Farhan menempatkan sisi bawah batang kejantanannya searah dengan belahan kewanitaan Ratih sambil membuka bagian bibir kewanitaan itu. Separuh diameter batang kejantanan itu terbenam di bibir kewanitaan gadis itu. Dia lalu menggesek-gesekkannya maju-mundur. Perlakuannya itu membuat klitoris Ratih tergesek-gesek.
Ratih memeluk erat tubuh Farhan yang menindihnya. Meski batang keras itu tak mengarah ke lubang kewanitaannya. tetapi gesekan di bibir kewanitaannya dan klitorisnya cukup enak dirasakannya. Rasa geli yang nikmat membuatnya seakan melayang.
Bibir Farhan mencumbui leher jenjang gadis itu. Tangannya meremas-remas buah dada itu dari samping tubuh mereka yang berhimpitan.
"Enak?" bisik Farhan nakal.
"He eh ...," jawab Ratih sambil mengangguk pelan.
Gerakan Farhan yang mempercepat genjotannya membuat Ratih semakin sering mendesah keenakan. Rasa geli pun semakin menyerang klitorisnya. Rasa ingin pipis kembali menyerangnya. Dia sudah tahu rasa itu tandanya dia akan mencapai klimaksnya.
"Aaaahhh ...." Ratih menjerit tertahan. Pinggulnya menekan batang kejantanan Farhan yang menggesek bibir kewanitaannya dan klitorisnya.
Ekspresi kenikmatan Ratih membuat Farhan semakin terangsang. Ditambahnya kecepatannya menggenjot batangnya di bibir kewanitaan gadis itu. Berahinya memuncak tak tertahankan lagi. Spermanya muncrat berkali-kali membasahi perut mereka berdua.
Tubuh Farhan lemas.Dia kelelahan setelah mengalami ejakulasi berkali-kali sejak sore. Tak sadar dia tertidur masih dalam posisi menindih tubuh Ratih.
