Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. Gemerincing

Terima kasih sudah membaca sejauh ini.

Jangan lupa masukkan dalam koleksi kalian dan beri komentarnya, ya!

--------

Gayatri terbangun. Dilihatnya jam tangan yang melingkar di tangan kirinya menunjukkan pukul sebelas kurang. Dia teringat belum menyuruh pembantunya untuk menyiapkan makan siang. Segera dia bergegas memakai pakaiannya. Dia biarkan Farhan yang masih tertidur di spring bed.

Kirana sedang duduk di ruang tengah ketika Gayatri muncul di sana. Pakaian Gayatri tak tampak rapi seperti sebelumnya. Rambutnya juga agak acak-acakan.

"Ma ... na ... Mas Far ... han ...?" tanya Kirana.

"Masih tidur kali," jawab Gayatri sambil tersenyum dan berlalu ke dapur.

Kirana menoleh ke arah kamar tempat Gayatri keluar tadi. Dari celah gorden yang dibiarkan Gayatri terbuka saat dia keluar kamar tadi, Kirana bisa melihat suaminya terbaring di spring bed dalam keadaan telanjang bulat. Dia cukup cerdas untuk menebak apa yang telah mereka lakukan.

Gayatri memeriksa persediaan bahan makanan di dapur. Tak ditemukannya bahan makanan yang bisa dimasak. Dia baru teringat kalau rumah itu sudah cukup lama tak ditunggu. Pembantunya paling-paling cuma datang untuk membersihkan rumah.

Langkah praktis yang bisa dilakukannya adalah mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi untuk memesan makanan secara online. Setelah memilih beberapa jenis makanan, Gayatri memesannya lalu menunggu sang driver melakukan konfirmasi pesanannya. Sementara menunggu konfirmasi, dia menyuruh pembantunya menyiapkan perlengkapan makan.

Kirana mengisi waktu dengan berjalan-jalan di halaman depan rumah. Dia melihat-lihat berbagai tanaman hias yang ada. Halaman depan itu cukup luas. Ada banyak tanaman hias dan rumput gajah mini yang ditanam rapi. Tanaman-tanaman itu nampak terawat.

Setelah melihat-lihat semua tanaman, Kirana duduk di teras memandangi lalu-lintas yang tak terlalu ramai yang berlalu-lalang di jalan. Rumah itu terletak di pinggir jalan yang tak terlalu besar, tetapi cukup banyak kendaraan yang lewat di sana. Sesekali terdengar sayup-sayup di telinganya bunyi sepeda motor berknalpot racing yang lewat. Bunyinya pasti besar sekali kalau sampai terdengar di telinga Kirana.

Kemampuan mendengar telinga Kirana sangat minim, itu pun cuma telinga kanannya. Telinga kirinya sama sekali tidak bisa mendengar. Kirana hanya sesekali mendengar bunyi sayup di telinganya. Sisanya sunyi.

Ada sepeda motor yang berhenti di depan rumah. Pengemudinya turun membawa bungkusan masuk ke halaman rumah. Gayatri keluar rumah dan mengambil bungkusan itu dari lelaki itu. Perempuan itu kembali masuk ke rumah dengan menenteng bungkusan di tangannya.

Kirana berpikir tentang pendengarannya. Dia sangat berharap hasil pemeriksaan pendengarannya nanti sore akan bisa membuatnya bisa mendengar dengan lebih baik. Tentu menyenangkan bisa mendengar, pikirnya. Dia sanggup melakukan apa saja demi pendengarannya bisa menjadi lebih baik.

Masalah pendengaran bagi Kirana belakangan ini kerap dipikirkannya. Dia berusaha keras untuk mendengar bunyi, tetapi keterbatasan telinganya membuatnya sangat jarang mendengar bunyi. Dunia ini selalu sunyi dan hening dalam persepsinya.

Kirana kaget ketika ada yang menepuk pundaknya. Seketika dia menoleh dan mendapati Gayatri sedang tersenyum padanya. Dari gerakan bibirnya, Kirana bisa mengerti bahwa perempuan itu mengajaknya makan siang.

Mereka berdua masuk dan menuju ruang makan tanpa saling bicara. Di ruang makan, Farhan sudah duduk menunggu mereka berdua. Sebentar kemudian, Gayatri sudah sibuk menyiapkan makanan dan mereka pun makan bersama.

* * * * *

Kirana menjalani serangkaian pemeriksaan pendengaran. Seorang dokter yang sudah paruh baya sedang memeriksa dan menguji pendengarannya. Farhan cuma duduk mengamati dokter yang sedang melakukan pekerjaannya.

"Istri Bapak termasuk tuna rungu berat. Hanya telinga kanannya yang bisa mendengar sedangkan telinga kirinya tidak bisa mendengar sama sekali." Dokter Bayu menjelaskan kondisi pendengaran Kirana pada Farhan.

"Apakah ada cara yang bisa membuat pendengarannya lebih baik, Dok?" tanya Farhan.

Dokter Bayu lalu menjelaskan lebih jauh tentang pendengaran Kirana beserta cara membantu pendengarannya. Telinga kanan Kirana memiliki tingkat pendengarannya kira-kira 20%. Pendengarannya bisa dibantu dengan dua cara. Yang pertama dengan menggunakan ABD atau alat bantu dengar dan yang kedua dengan menggunakan implan koklea.

ABD merupakan alat yang dipasang di bagian luar telinga penyandang tuna rungu, biasanya digantung di daun telinga. Alat itu bisa membuat suara dan bunyi terdengar lebih keras. Pada prinsipnya ABD itu pengeras suara yang bisa mengeraskan suara dan bunyi agar terdengar lebih keras di telinga penggunanya.

Implan koklea juga sejenis alat bantu dengar. Berbeda dengan ABD, alat ini ada dua bagian utama. Ada bagian yang dipasang di dalam rongga telinga dan ada bagian yang dipasang di luar yaitu di daun telinga.

Dokter Bayu memberi pilihan pada Farhan untuk memilih yang mana yang akan digunakan. Dia juga menjelaskan bahwa tingkat keberhasilan pengguna berbeda-beda tergantung dari beberapa faktor. Dengan mempertimbangkan kondisi Kirana yang sudah bisa berbicara, meskipun belum sempurna, tingkat pendengaran, dan usianya, dokter Bayu menyarankan untuk mencoba ABD terlebih dahulu lalu menjalani terapi AVT (Auditory Verbal Therapy).

AVT merupakan suatu pendekatan terapi dengan mengajarkan penyandang tuna rungu untuk mengoptimalkan sisa pendengarannya menggunakan alat bantu dengar. Pendekatan ini mendorong penyandang tuna rungu untuk mendengar dan berbicara secara normal.

Akhirnya Farhan memutuskan untuk mencoba ABD dengan terapi AVT terlebih dahulu. Jika hasilnya tidak memuaskan barulah menggunakan implan koklea. Pertimbangannya bukan karena implan koklea jauh lebih mahal tetapi masalah kecocokan alat tersebut dipasang di dalam rongga telinga. Pada kondisi tertentu, pemasangan alat itu di dalam rongga telinga bisa menimbulkan dampak yang kurang baik meski secara umum sangat sedikit yang mengalaminya.

Dokter Bayu lalu memasangkan ABD dengan mutu terbaik yang tersedia di rumah sakit itu. Setelah melakukan pengaturan dan pengetesan pada telinga kanan Kirana, Dokter Bayu lalu mengajak Kirana ke ruangan lain untuk menjalani terapi AVT. Terapi itu dilakukan oleh seorang terapis dengan durasi selama satu jam.

Selagi Kirana melakukan terapi, dokter Bayu memberi arahan kepada Farhan untuk melatih Kirana membedakan bunyi dan suara yang bisa didengarnya. Keberhasilan upaya itu sangat tergantung dari bagaimana pasien dan keluarganya berupaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Setelah Kirana selesai menjalani terapi, Farhan mengatur jadwal terapi untuk dua hari berikutnya dan minta disediakan terapi yang bisa datang ke rumah untuk terapi lanjutan setiap minggu. Kirana tampak sangat antusias dengan apa yang diupayakan Farhan. Dia sangat berharap pendengarannya bisa jadi lebih baik.

Kirana mulai melatih pendengarannya dengan ABD. Dia perlu beradaptasi dengan alat itu. Pendengarannya jadi lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum menggunakan ABD. Telinga Kirana sudah bisa mendengar sebagian bunyi yang terdengar jelas bagi orang normal meskipun bunyi-bunyi itu masih asing di telinganya. Dalam sesi terapi AVT yang sudah dijalaninya, Kirana sudah diajarkan dasar-dasar untuk membuat pendengarannya lebih baik.

Sambil berjalan di koridor rumah sakit, dia mengamati seorang perempuan yang berjalan dan menimbulkan bunyi. Diamatinya sumber bunyi itu berasal dari mana. Akhirnya dia berkesimpulan bahwa sepatu hak tinggi perempuan itu yang menimbulkan bunyi yang didengarnya.

Saat di dalam mobil, Farhan menyalakan musik. Kirana tampak bingung seolah mencari-cari sumber bunyi yang didengarnya. Melihat gelagat Kirana, Farhan lalu mengecilkan volume lalu membesarkannya lagi sambil melihat reaksi Kirana.

Farhan membiarkan Kirana mengambil alih memainkan volume. Saat Kirana mencari-cari sumber bunyi, Farhan lalu menunjukkan speaker di dalam mobil yang jadi sumber bunyi. Pelajaran demi pelajaran dengan tekun dilakukan Kirana dalam waktu singkat.

Setibanya di rumah Gayatri tempat mereka menginap, Farhan mengajak Kirana ke ruang tengah dan menyalakan televisi. Volume televisi disetel agak keras agar bisa terdengar jelas oleh Kirana. Farhan lalu menjelaskan suara dan bunyi yang didengar dari televisi. Kirana begitu antusias dengan pelajaran barunya. Dia mengamati gambar yang muncul di layar televisi dan bunyi yang terdengar di telinganya.

Malam itu, Gayatri datang membawakan makan malam yang dibelinya di restoran. Gayatri langsung mengajak Farhan dan Kirana untuk segera makan. Setelah makan, Farhan dan Gayatri ngobrol di meja makan tapi Kirana malah kembali ke ruang tengah untuk menonton televisi lagi.

Melihat Kirana sibuk berkonsentrasi menonton televisi, niat nakal Gayatri muncul. Ditariknya Farhan ke kamar tempat mereka bercinta siang tadi. Gayatri sudah ingin bercinta lagi dengan Farhan. Nafsu birahinya yang tinggi menuntut untuk dipuaskan.

Begitu sampai di kamar, tanpa menutup pintu Gayatri langsung melucuti pakaiannya satu per satu sampai bugil. Farhan melakukan hal yang sama. Tak lama kemudian, mereka berdua sudah bergulat mengumbar hasrat mereka. Mereka berdua asyik saling mencumbu, melakukan oral seks, sampai bersenggama. Mereka baru berhenti setelah beberapa kali mengalami orgasme dan kelelahan.

Mata Kirana mulai mengantuk setelah cukup lama menonton televisi. Dia lalu masuk ke kamar karena di ruangan tidak menemukan siapa pun. Ketika masuk, kepalanya menyenggol sesuatu. Dia kaget mendengar ada bunyi yang terdengar di telinganya. Dilihatnya apa yang tadi tersenggol kepalanya. Ternyata kepalanya menyenggol gantungan angin yang tergantung di atas pintu. Hiasan itu bergemerincing ketika bergerak. Lalu tangannya menggoyang-goyangkan bandul yang menjulur dari benda itu sambil dia tersenyum mendengarkan bunyinya.

Di kamar, ternyata Kirana tak menemukan Farhan. Dia lalu keluar lagi menuju kamar sebelah. Disingkapkannya perlahan gorden kamar itu dan nampaklah suaminya tengah terbaring telanjang di atas spring bed. Di sebelahnya ada tubuh Gayatri yang juga telanjang.

Kirana kembali ke kamarnya untuk tidur. Matanya terpejam, tetapi dia belum tertidur. Pikirannya teringat pada dua tubuh telanjang di kamar sebelah. Kirana mencari-cari rasa cemburu di dalam hatinya, tetapi tak ditemukannya. Dalam hatinya dia bertanya, apakah dirinya mencintai suaminya?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel