Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4. Bersinar

Kalian mungkin bilang aku dungu tapi aku hanyalah tuna rungu. Tuna rungu bukan berarti dungu. Aku memang kadang ragu dan malu. Ragu yang membuatku hanya menunggu. Menunggu datangnya sang waktu. Waktu untuk menunjukkan apa yang kumampu. Kini kalian mungkin belum tahu. Nanti kalian lihat siapa diriku.

~ Kirana Ayudia ~

Purnama emas mengintip di puncak bukit. Satwa malam bernyanyi dalam sejuk dan embun. Namun, suaranya lenyap dalam hening. Malam bulan purnama adalah malam yang biasa digunakan oleh satwa untuk bercinta. Melepaskan hasrat berahi mereka. Kirana duduk sendiri di teras rumah ditemani pena dan kertas. Dia sedang menulis syair.

Saat-saat seperti itu biasanya Kirana membuat puisi atau syair. Dalam dirinya ada jiwa seni yang membuatnya bisa mengungkapkan perasaannya dengan caranya sendiri. Sebenarnya dia ingin belajar memainkan alat musik, tetapi pendengarannya tak cukup jelas untuk bisa mendengar dan membedakan nada-nada.

Sesosok tubuh tiba-tiba hadir berdiri di samping Kirana. Dia tak menyadari kehadiran sosok itu. Pikirannya khusyuk menyelesaikan syairnya. Sosok itu lalu berjongkok di hadapannya agar terlihat. Kirana kaget melihat Farhan jongkok di hadapannya.

"Kamu pintar menulis syair," ujar Farhan ketika istrinya menatapnya.

Kirana tersenyum lalu berkata, "Ha ... nya ... co ... ba ... co ... ba ...," ujarnya terbata.

Farhan jadi terpikir untuk mendatangkan guru privat agar Kirana bisa bicara dengan lebih lancar dan jelas. Dia yakin Kirana bisa menjadi lebih baik dalam berkomunikasi meskipun pendengarannya terbatas. Bisa jadi pendengarannya dibantu dengan alat bantu dengar agar bisa sedikit lebih baik, pikir Farhan.

Melihat Kirana sudah meletakkan kertas dan penanya di meja teras, Farhan lalu berdiri. Dia menarik tangan Kirana untuk mengajaknya berjalan-jalan. Kirana bangkit dari duduknya dan berjalan di sisi suaminya.

Malam itu tampak terang dengan disinari purnama. Sinar yang berasal dari lampu-lampu jalan dan lampu-lampu di depan rumah penduduk juga cukup terang. Desa itu sudah ada aliran listrik jadi tak sulit bagi Farhan untuk menggerakkan masyarakat desa untuk memasang lampu jalan di sepanjang jalan desa tentunya dengan restu dari kepala desa.

Satu-satunya kesulitan Farhan dan Kirana saat berjalan-jalan malam hari seperti itu adalah komunikasi. Mereka tak bisa ngobrol karena sulit bagi Kirana membaca gerak bibir Farhan saat berjalan bersisian di malam hari begitu.

Diam-diam sebenarnya Farhan sudah memesan untuk dibuatkan aplikasi ponsel pada seorang programmer di Solo ketika dua minggu lalu dia ke sana. Dia minta agar ide aplikasi komunikasi yang dirancangnya dibuatkan aplikasi.

Idenya adalah ketika dia jalan bersisian seperti itu dia bisa ngobrol dengan Kirana. Dia cukup ngomong di depan ponselnya lalu ponsel Kirana bergetar dan muncul tulisan di layarnya sehingga Kirana tahu Farhan ngomong apa. Untuk menjawab, Kirana tinggal jawab menggunakan suaranya seperti ngobrol biasa.

Sang programmer minta waktu satu bulan untuk membuatkannya. Farhan setuju. Kini dia sudah tak sabar menunggu dua minggu lagi aplikasi pesanannya selesai dibuat. Farhan ingin istrinya bisa selalu meningkatkan kemampuannya.

Desa itu sudah punya akses internet. Farhan mengusahakan agar desa itu dipasangi BTS karena sinyal telepon seluler di sana sebelumnya lemah. Dia mengajak kepala desa untuk mengurus itu ke kecamatan. Tujuannya adalah agar masyarakat desa bisa meningkatkan perekonomian dan pendidikan mereka menggunakan internet. Kebetulan usulan mereka disetujui dan diimplementasi.

Sudah seminggu BTS terpasang di sana dan sinyal ponsel menjadi lebih kuat sehingga akses internet jadi lancar. Farhan mengusulkan agar anak-anak muda di desa itu belajar menggunakan internet untuk berbagai hal yang membawa kemajuan di sana. Ibu-ibu dan bapak-bapak juga perlu belajar.

Farhan dan Kirana telah sampai di balai desa. Sambil jalan-jalan, mereka sekalian melihat orang-orang yang sedang menyiapkan balai desa untuk digunakan sebagai sarana bagi berbagai kegiatan desa yang digagas oleh Farhan. Dia berencana agar masyarakat desa belajar berbagai keterampilan baru untuk membuat perubahan di sana.

"Selamat malam, Pak Kades," sapa Farhan.

"Malam, Mas." Pak kades tersenyum melihat kedatangan Farhan dan Kirana.

"Wah, lagi pada sibuk ini, ya?" ujar Farhan.

"Ini anak-anak sedang bikin meja-meja untuk nanti belajar internet," jawab pak kades.

Farhan sebenarnya sudah tahu apa yang sedang mereka buat. Dia yang merencanakan semua itu. Tadi sore, anak-anak remaja sudah diarahkannya untuk membuat dua puluh meja pendek yang bisa digunakan sambil duduk lesehan di balai desa.

"Nanti kamu sama ibu-ibu juga belajar internet dan keterampilan di sini. Sekalian juga nanti belajar penanganan pasca panen dan pengemasan hasil kebun supaya bisa meningkatkan mutu dan harga jual hasil kebun."

Kirana mengangguk-angguk menyimak arahan suaminya. Dia kagum dengan pemikiran Farhan yang maju dan ingin memajukan kehidupan masyarakat di desanya. Kirana merasa antusias dan sangat ingin belajarnya segera dimulai.

"Nanti kalau kopi kita sudah berbuah dan siap panen, kita siapkan tempat pengolahan supaya nanti bisa kita kemas dan pasarkan dalam bentuk kemasan. Kita bisa kirim ke daerah-daerah lain atau bahkan kita ekspor."

"Ide yang ba ... gus," ujar Kirana menanggapi rencana suaminya.

"Nan ... ti ... bi ... ar ... aku ... yang ... a ... jak ... ibu ... ibu ... bela ... jar," lanjut Kirana dengan tampang antusias.

Farhan senang melihat istrinya bersemangat untuk belajar. Dia tahu bahwa Kirana adalah orang yang rajin dan cerdas. Dia membayangkan bahwa Kirana nantinya akan menjadi penggerak para perempuan desa untuk belajar dan bisa lebih produktif dengan sentuhan teknologi.

Farhan lalu mengajak Kirana melihat hotspot yang baru dipasang sore tadi di balai desa. Dia mencoba koneksi internet di ponselnya sambil mengajari Kirana bagaimana melakukan pengaturan wifi di ponsel untuk mengakses hotspot itu. Setelah Kirana mengerti dan mencobanya, Farhan lalu mengajari juga hal yang sama di laptop.

Kirana yang cerdas dengan cepat bisa mengerti dan melakukan apa yang diajarkan Farhan. Tak lama kemudian dia sudah mencoba akses internet untuk mencari video-video tentang keterampilan di Youtube. Dia nampak asyik seolah mendapatkan mainan baru.

Anak-anak remaja yang sudah selesai menyusun sebagian meja yang baru selesai mereka buat menonton Kirana yang sedang mengakses internet di laptop. Kirana malah dengan sigap mengajarkan ilmu barunya kepada mereka dan menyuruh mereka mencobanya satu per satu karena cuma tersedia satu laptop yang tersedia.

Farhan dan pak kades yang sedang ngobrol tak jauh dari situ tersenyum gembira melihat ulah Kirana yang mendadak jadi guru. Mereka berdua lalu membahas tentang rencana dan jadwal pelatihan yang bakal dilakukan terhadap para remaja, bapak-bapak, dan ibu-ibu nanti.

Kedatangan Farhan membawa semangat baru di desa itu. Dia punya impian besar agar desa itu maju. Bukan hanya dalam hal pertanian dan perkebunan, tetapi juga dalam hal bidang pariwisata karena desa itu terletak di kaki bukit yang indah. Pemandangan di sana yang bagus tentu dapat menarik orang untuk berwisata ke sana.

"Kamu tadi sudah mirip guru," kata Farhan pada Kirana ketika mereka sudah sampai di rumah.

"A ... ku ... su ... ka ... be ... la ... jarr ... daan ... me ... nga ... ja ... ri ... o ... rang," jawab Kirana.

"Nanti Mas datangkan guru dari Solo buat ngajari kamu supaya bisa ngomong lebih lancar. Kalau ngomongnya lancar, kan kamu lebih gampang mengajar," ujar Farhan.

Kirana mengangguk. Mukanya tampak sangat senang dengan rencana suaminya.

"Besok kita ke Solo. Mas mau ngajak kamu periksa telinga."

Sebenarnya Farhan sudah lama berencana memeriksakan kondisi pendengaran Kirana. Meski dulu kata Narto mereka sudah pernah memeriksakan kondisi pendengaran Kirana saat masih kecil, tetapi Farhan ingin memastikan lagi kalau ada yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendengaran Kirana.

Kirana tidak sepenuhnya tuli. tampaknya kalau mendengar suara yang keras, dia bisa mendengarnya. Itulah yang membuat Farhan berharap pendengaran Kirana bisa dibantu dengan alat bantu dengar. Meskipun tidak bisa mendengar seperti orang normal, setidaknya Kirana bisa mendengar kalau diajak bicara.

"Mas, ma ... u ... ma ... in?" tanya Kirana ketika mereka berdua sudah di kamar.

Farhan tersenyum senang melihat istrinya dengan tampang lugu menawarkannya untuk bercinta. Farhan lalu mulai mencium istrinya dengan mesra. Semakin lama ciuman mereka semakin panas. Sambil berciuman, mereka saling melepaskan pakaian pasangannya. Mereka lalu bercinta sampai kelelahan dan tertidur.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel