Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4. BERBUAH MALU

Jasmine menyenggol tangan Darren. "Apa ini jawabannya?" Tanya Jasmine tanpa sadar dengan suara yang sedikit keras sehingga terdengar ke semua orang.

"Ada apa ini?!" Tanya Bu Guru melihat ke arah Jasmine, begitupun dengan semua orang yang ada di ruang kelas.

Seketika wajah Jasmine langsung memerah karena malu. Dirinya tidak sadar jika ucapannya tadi terdengar ke seluruh ruangan.

"Jasmine, ada apa?!" Tanya Bu Guru melihat tajam ke arah Jasmine.

Darren menundukkan kepalanya dalam-dalam dengan wajah yang ditutup sebagian tangannya.

"Tidak ada apa-apa Bu. Maaf," jawab Jasmine pelan dengan wajah memerah menahan rasa malu.

"Kalau tidak ada apa-apa, kenapa kamu berisik?!" Tanya Bu Guru dengan wajah datarnya.

Jasmine tidak menjawab, kepalanya menunduk dalam-dalam dengan jantung yang berdetak kencang.

Bu Guru melihat semua anak didiknya. "Kalau ada yang berisik lagi, silahkan ke luar!!"

Tidak ada yang menjawab, semuanya kembali melihat ke lembar soal yang ada di depan mereka masing-masing. Suasana kelas kembali hening sampai tiba saatnya Bu Guru menyuruh mereka mengumpulkan lembar jawaban.

"Waktunya sudah habis anak-anak, kumpulkan semua lembar jawaban kalian ke depan," kata Bu Guru.

Hanya dalam waktu singkat semua lembar jawaban sudah terkumpul di meja Guru. Jasmine paling terakhir memberikan kertas jawabannya ke depan lalu dengan langkah gontai kembali duduk ke kursinya.

Tidak lama kemudian, terdengar bunyi bel tanda pelajaran berakhir. Bu Guru segera membereskan semua buku yang ada di mejanya.

"Baiklah anak-anak, pelajaran dari Ibu cukup sampai di sini. Kita bertemu dua hari lagi ke depan," kata Bu Guru. "Sampai jumpa lagi anak-anak." Bu Guru langsung melangkahkan kakinya ke luar dari kelas.

Begitu Bu Guru ke luar dari kelas mereka, semua terlihat menarik napas lega. "Akhirnya kita terbebas dari Guru killer," celetuk anak laki-laki dari belakang tempat duduk Jasmine.

"Hai, Anton! Aku kasih tahu ya, jangan minta tawar menawar dengan Guru killer seperti tadi. Kamu tadi tidak bisa berkutik bukan?" Ucap temannya dari ujung depan.

"Aku sudah tahu. Tidak ada salahnya mencoba tapi tetap saja tidak bisa," jawab Anton. "Aku tidak tahu bagaimana nasib lembar jawabanku tadi, asal saja aku mengisinya."

"Sama, aku juga begitu," jawab yang duduk disebelahnya.

Jasmine hanya diam saja mendengarkan temannya yang saling bersahutan membahas tes yang tadi diberikan Guru killer mereka. Begitu pun dengan Darren yang lebih tertarik menyangga kepala dengan keduanya tangannya melihat ke depan.

Jasmine melihat Darren yang sedang asyik melamun, hatinya masih kesal dengan Darren yang tidak memberikan isi jawaban dari tadi. Tapi lama di tunggu Darren tidak ada reaksi apapun, akhirnya membuat Jasmine membuka percakapan terlebih dahulu.

"Kenapa kamu tadi tidak menolongku?" Tanya Jasmine melihat Darren yang sedang melihat ke depan.

"Memangnya kenapa?" Tanya Darren tanpa dosa.

"Memangnya kenapa? Gara-gara kamu aku tadi malu!" Ucap Jasmine ketus.

Darren mengubah posisi duduknya, menghadap Jasmine yang sedang kesal. "Gara-gara aku?"

"Iya, gara-gara kamu! Andai saja, kamu tadi memberiku isi dari jawaban soal yang aku tanyakan, aku tidak mungkin memanggilmu terus-menerus," jawab Jasmine ketus.

"Kamu yang salah, kenapa aku yang disalahkan?" Tanya Darren. "Makanya punya otak itu dipakai, jangan hanya disimpan dalam kepalamu yang kecil itu!"

Jasmine tidak bicara lagi, dilihatnya Guru pengajar yang akan mengajar mata pelajaran sudah masuk ke kelas. Semua murid yang tadinya ramai mendadak menjadi hening.

"Selamat siang anak-anak," sapa Bu Guru tersenyum dengan wajah keibuannya.

"Siang Bu" jawab anak-anak senang karena Bu Guru yang berdiri di depan mereka bukan hanya sebagai Guru pengajar saja tetapi juga sebagai wali kelas mereka.

"Sepertinya hari ini kalian terlihat sangat senang," ucap Bu Guru melihat semua wajah anak didiknya.

"Bu Wati, kami sedang kesal," jawab Anton.

"Kenapa? Apa yang membuat kalian kesal?" Tanya Bu Guru.

"Tadi kami ada tes dadakan, tidak ada persiapan untuk menghapal terlebih dahulu. Mungkin saja nilai kami merah semua," jawab Anton mengadu dengan wajah kesal.

Bu Guru tersenyum. "Itu salah kalian sendiri. Kenapa semalam tidak belajar? Kalian ini sudah berada di kelas akhir, sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir Sekolah. Jadi untuk ulangan harian yang dadakan seperti itu, harusnya kalian sudah siap dan selalu siap."

Semua terdiam mendengarkan ucapan wali kelas mereka.

"Sekarang tidak ada waktunya untuk kalian bersantai lagi. Apa kalian ingin, semua waktu yang selama ini menuntut ilmu terbuang percuma, terbuang sia-sia?!"

"Tidak Bu," jawab semua murid serempak.

"Maka dari itu, mulai sekarang fokuskan diri kalian untuk belajar. Jangan sampai ada yang tidak lulus. Ingat!! Orang tua menyekolahkan kalian dengan susah payah mencari uang. Menggantungkan harapan setinggi tingginya pada kalian. Apa kalian tega membuat orang tua kecewa?!"

Semuanya terdiam, tatapan mereka semua melihat wali kelas yang berdiri di depan. Pikiran mereka mencerna dan membayangkan semua yang diucapkan oleh Gurunya.

"Sekarang kita mulai saja, mata pelajaran Ibu. Perhatikan baik-baik, Ibu hanya akan menjelaskan beberapa hal saja. Setelahnya kalian baca dan pelajari lagi nanti di rumah!"

Acara belajar mengajar pun terus berlanjut sampai tidak terasa waktu terus berjalan hingga akhirnya semua mata pelajaran telah mereka lewati. Bel tanda pulang pun akhirnya berbunyi seperti memberikan semangat untuk semua murid agar segera pulang setelah dari pagi belajar.

Darren dan Jasmine sedang memasukkan bukunya satu per satu ke dalam tas ketika Anton datang menghampiri mereka berdua.

"Kalian mau langsung pulang?" Tanya Anton yang sudah mengetahui persahabatan yang terjalin di antara Darren dan Jasmine bahkan semua siswa di Sekolah juga sudah mengetahuinya.

"Iya," jawab Jasmine tanpa melihat Anton karena sibuk merapikan tas gendongnya.

"Minggu depan aku akan mengadakan pesta kecil-kecilan di rumahku. Aku mengundang kalian untuk datang," kata Anton berdiri disamping mereka berdua.

"Kapan?" Tanya Darren.

"Minggu depan, tepatnya malam minggu jam tujuh malam," jawab Anton.

"Acara apa?" Tanya Jasmine.

"Ulang tahunku," jawab Anton sumringah.

"17 tahun?" Tanya Jasmine.

"Iya, datang ya. Jangan lupa!" Ucap Anton sambil melihat jam yang melingkar di tangannya. "Aku duluan pulang. Ada janji dengan pacarku mau mengantarnya ke Mall."

"Iya, silahkan Tuan Anton. Tidak ada yang menahan kamu di sini," jawab Jasmine melangkahkan kakinya ke luar diikuti Darren dan Anton.

Jasmine berjalan paling depan di antara Darren dan Anton yang katanya tadi mau pulang duluan tapi sekarang malah berjalan bersama-sama.

"Hai, Jasmine," panggil seorang wanita dari arah samping.

Jasmine melihat ke asal suara yang memanggilnya. "Jesi."

Anton melihat Jesi datang langsung bertanya. "Kita jadi pergi ke Mall?"

"Iya," jawab Jesi tersenyum melihat Anton dan Darren. "Aku mau beli sesuatu. Apa kamu mau ikut?" Tanya Jesi melihat Jasmine.

Jasmine tidak menjawab, matanya langsung melihat Darren yang sedang berdiri disamping Anton.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel