Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. MANUSIA HANYA BISA BERENCANA

Jasmine tidak menjawab, matanya langsung melihat Darren yang sedang berdiri disamping Anton.

"Ikut tidak?!" Tanya Jesi lagi.

Darren melihat Jasmine langsung bicara. "Kamu ingin pergi dengan mereka?"

Anton langsung menjawab. "Kamu juga harus ikut! Kalau kamu tidak ikut, kami tidak bisa mengajak Jasmine. Aku tidak bawa mobil, hari ini bawa motor ke Sekolah."

"Tidak," jawab Jasmine. "Aku tidak mau ikut!"

"Kenapa? Tidak seru jika hanya kita berdua saja," tanya Jesi.

"Aku tidak bisa ikut, ada acara keluarga," jawab Darren melihat Jasmine.

"Acara apa?" Tanya Jasmine.

"Ibu minta diantar ke Butik," jawab Darren. "Dari Butik langsung pergi ke rumah saudara karena ada acara khitanan."

Anton melihat ke sekeliling yang sudah sepi. "Lihatlah! Sudah tidak ada orang di sini. Tanpa kita sadari, sudah lama kita berdiri dan mengobrol."

"Iya, betul. Sudah tidak ada orang," jawab Jasmine melihat sekitar yang tidak nampak seorang pun.

"Kalau begitu kita pergi duluan!" Anton menarik tangan Jesi untuk segera pergi.

"Sampai besok Jasmine!" Ucap Jesi mengikuti Anton pergi yang menarik tangannya.

"Iya, sampai bertemu besok lagi!" Jawab Jasmine.

"Ayo, kamu tidak mau pulang?!" Tanya Darren melangkahkan kakinya melewati Jasmine.

"Mau pulang! Tidak mungkin aku menginap di sini," jawab Jasmine mengikuti Darren dari belakang.

Matahari sangat terik ketika Darren melajukan motornya menembus macetnya jalan Ibukota. Jasmine dengan tenangnya duduk di belakang Darren tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Pandangannya sesekali melihat ke samping kendaraan lain yang melewati motor yang dinaikinya.

Hampir satu jam Darren melajukan motornya menembus jalan Ibukota. Sampai tiba di depan sebuah pintu pagar besi yang tertutup rapat.

"Kita sudah sampai. Terima kasih Darren!" Jasmine langsung turun dari motornya dan segera membuka helm yang dari tadi menutupi kepalanya.

Darren menerima helm yang diberikan Jasmine. "Maafkan aku tidak bisa mengantarmu ke Mall dengan Jesi dan Anton tadi."

Jasmine mengernyitkan alisnya. "Tidak apa-apa, mereka yang mau ke Mall bukan aku."

"Tapi aku tahu, kamu ingin ikut dengan mereka," ucap Darren.

"Kata siapa?" Tanya Jasmine.

"Kita ini sudah bersama-sama dari kecil. Jadi aku tahu, disaat kamu mau dan tidak mau," jawab Darren.

"Iya, aku sebenarnya ingin ikut bersama mereka walau hanya jalan-jalan saja," jawab Jasmine.

"Nanti kalau ada waktu senggang, aku akan mengajakmu pergi ke Mall," kata Darren.

Dari arah belakang mereka, terdengar suara klakson mobil beberapa kali dibunyikan sehingga membuat Darren dan Jasmine melihat ke belakang.

"Ibu?" Jasmine melihat seorang wanita yang sudah tidak muda lagi ke luar dari dalam mobil.

"Kenapa kalian berdua mengobrol di luar pagar? Kalian tidak masuk?" Tanya Ibu Jasmine tersenyum mendekati mereka berdua.

"Tante," sapa Darren sopan.

"Kenapa tidak masuk?" Tanya Ibu Jasmine.

"Tidak usah Tante, aku hanya sebentar. Tidak bisa lama karena mau mengantar Ibuku ke Butik dan ada acara di rumah saudara," jawab Darren sopan.

"Bagaimana kabar ke dua orang tuamu?" Tanya Ibu Jasmine.

"Baik, Ibu dan Ayah baik. Tante sudah lama tidak pernah datang ke rumah," jawab Darren.

"Tante banyak pekerjaan. Titip salam buat kedua orang tuamu. Kapan-kapan Tante main ke rumahmu."

"Iya Tante, nanti aku sampaikan," jawab Darren. "Kalau begitu aku pamit pulang Tante."

"Iya, hati-hati," jawab Ibunya Jasmine, sementara Jasmine hanya berdiri saja tidak bicara apa-apa.

Darren kembali memakai helmnya dan langsung menyalakan motornya. "Pulang dulu Jasmine."

"Iya, hati-hati," jawab Jasmine tersenyum.

Setelah mendengar jawaban Jasmine, Darren pergi melajukan motornya masuk ke jalan raya besar dan menghilang di antara pengendara yang lain.

"Sayang," panggil Ibu melihat Jasmine. "Sudah lama kalian mengobrol di sini?"

"Tidak. Baru beberapa menit kami sampai kemudian Ibu datang," jawab Jasmine.

"Ayo, kita masuk! Di sini panas sekali," ajak Ibu membuka pintu pagar lalu melihat ke arah mobilnya yang masih terparkir di luar. "Pak Sidik. Masukkan mobilnya!" Teriak Ibu menyuruh sopirnya untuk memasukkan mobilnya.

Ibu dan Jasmine setelah membuka pintu pagar lebar-lebar langsung masuk ke dalam rumah yang terlihat sangat asri dengan banyak pot bunga di setiap sudut rumah.

"Aku haus sekali," kata Jasmine setelah berada di dalam rumah.

"Suruh Bibi buatkan minuman untukmu," kata Ibu. "Berdiri di luar pagar yang panas begitu, tentu saja kamu pasti kehausan."

"Bibi!" Teriak Jasmine memanggil asisten rumah tangganya.

Dari dalam terlihat seorang wanita yang sudah berumur datang dengan terburu-buru mendekati Jasmine yang sedang berdiri dengan tas gendongnya. "Iya Nona."

"Aku haus Bi, tolong buatkan aku jus jeruk tapi jangan terlalu manis. Antarkan ke kamar."

"Iya Nona, nanti Bibi antarkan ke kamar," jawab Bibi.

Setelah mendengar jawaban dari Bi Iyem, Jasmine langsung pergi menuju kamarnya.

"Bibi," panggil Ibunya Jasmine.

"Iya Nyonya," jawab Bi Iyem.

"Apa tadi ada tamu yang datang?" Tanyanya.

"Tidak ada siapa-siapa Nyonya," jawab Bi Iyem.

"Ya sudah," Ibunya Jasmine langsung pergi menuju kamarnya.

Bibi bergegas pergi ke dapur, berpapasan dengan suaminya yang juga sopir di rumah itu.

"Ada apa? Kenapa kamu tergesa-gesa begitu?" Tanya suaminya.

"Nona Jasmine minta dibuatkan jus jeruk. Sepertinya dia haus baru pulang Sekolah," jawab Bi Iyem langsung masuk ke dapur.

"Iya, dia baru pulang dari Sekolah. Tadi aku bertemu dengan Nona Jasmine di depan pintu pagar," jawab suaminya ikut dari belakang.

"Pasti dengan Tuan Darren," kata Bi Iyem sambil membuat jus pesanan Jasmine.

"Iya, mereka sedang mengobrol di bawah terik matahari. Nyonya sampai kesal melihat mereka berdua."

"Sebenarnya Nona dengan Tuan Darren itu pacaran atau tidak?" Tanya Bi Iyem.

"Aku lihat sepertinya mereka hanya bersahabat saja. Nona Jasmine dan Tuan Darren sudah saling mengenal dari mereka masih kecil, mungkin dalam hati mereka sudah seperti saudara," jawab suaminya.

"Padahal kalau mereka berjodoh pasti sangat cocok. Nona Jasmine dan Tuan Darren akan menjadi pasangan yang sangat serasi," ucap Bibi.

"Nona itu sangat cantik, wajahnya lebih mirip ke Ayahnya. Dan Tuan Darren juga sangat tampan," kata suaminya.

"Iya, jika mereka kelak punya keturunan pasti anaknya akan cantik dan tampan. Tapi namanya juga jodoh, tidak ada siapapun yang tahu dengan siapa kita akan berjodoh," ucap Bibi.

"Iya, betul. Jodoh itu rahasia Tuhan. Kita manusia hanya bisa berencana, semuanya Tuhan pula yang menentukan," jawab suaminya.

"Sudah selesai jusnya dan ini masih ada sisa sedikit. Kalau kamu mau, minum saja," kata Bi Inah. "Aku mau mengantar ini ke kamarnya Nona Jasmine."

"Aku pasti mau, lihat jus jeruk segar begini," jawab suaminya langsung mengambil gelas jus jeruk yang hanya terisi setengahnya saja.

Di dalam kamar, Jasmine baru saja ke luar dari kamar mandi ketika Bi Iyem mengetuk pintu.

"Nona, ini jus jeruknya!" Teriak Bi Iyem dari luar kamar.

"Masuk Bi, tidak dikunci," jawab Jasmine.

Bi Iyem perlahan membuka pintu, masuk dengan hati-hati karena tangannya membawa nampan yang berisi gelas jus jeruk.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel