3. JASMINE AURORA SUBRATA
"Tapi buktinya kita tidak terlambat," jawab Darren tidak mau kalah. "Kecuali kalau kamu mau terus mengajak berdebat denganku di sini, aku jamin kita berdua bakalan terlambat masuk ke kelas."
Jasmine baru sadar ternyata mereka masih berada ditempat parkir. "Ya Tuhan, kenapa tidak bilang dari tadi?!" Teriak Jasmine langsung berlari pergi meninggalkan Darren.
"Tunggu Jasmine!" Teriak Darren ikut berlari dengan tawa berderai keluar dari bibirnya.
Jasmine sampai di depan pintu kelasnya, berhenti sejenak membungkukkan badannya untuk mengatur napasnya yang naik turun karena berlari cukup kencang.
Terlihat masih ada beberapa anak murid lain yang berada di luar kelas melihat ke arah mereka.
"Kalian berdua kenapa? Balapan lari?" Tanya teman mereka yang kebetulan berpapasan dengan Jasmine.
"Tidak, aku takut terlambat masuk. Jesi, di dalam sudah ada Guru atau tidak?" Tanya Jasmine dengan napas yang masih naik turun.
"Mana aku tahu. Kita itu beda kelas tapi dari tadi aku tidak melihat ada Guru yang masuk" Jawab Jesi tersenyum melihat Darren yang sedang berdiri mengatur napasnya yang naik turun karena berlari mengejar Jasmine.
"Mudah mudahan belum ada Gurunya," ucap Jasmine melihat Darren yang berdiri dibelakangnya.
"Kenapa kalian takut sekali sudah ada Guru atau belum? Terlambat juga baru beberapa menit, aku saja masih di luar. Kalian lihatlah masih banyak anak-anak yang baru datang," tunjuk Jesi ke arah teman-temannya yang lain.
"Ini ceritanya berbeda! Jam pelajaran pertama kita, Gurunya killer," jawab Jasmine.
"Kamu mau mengobrol atau masuk?!" Tanya Darren melihat Jasmine. "Sudah terlambat malah ngobrol lagi!"
"Iya, cepatlah masuk! Aku juga mau masuk kelas," ucap Jesi mendengar Darren mengatakan itu lalu segera meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri di depan pintu kelas.
"Cepat ketuk pintunya!" Ucap Darren menyuruh Jasmine.
"Tunggu sebentar, berisik!" Jawab Jasmine menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
Tiba-tiba dari arah belakang mereka berdua terdengar suara seorang wanita. "Kenapa masih berdiri di luar?! Sudah tahu terlambat, tidak cepat-cepat masuk kelas!"
Jasmine dan Darren langsung membalikkan badan melihat ke belakang. Terlihat Bu Guru yang mereka kira sudah ada di dalam kelas ternyata berdiri tepat di depan mereka sekarang.
"Ibu belum masuk kelas?" Tanya Jasmine kaget.
"Menurutmu yang berdiri di depan kalian ini siapa?!" Ucapnya balik bertanya dengan alis yang sedikit terangkat.
Darren dan Jasmine beberapa detik terdiam melihat Gurunya tapi kemudian. "Maaf Bu." Darren segera menarik tangan Jasmine dan langsung membuka pintu kelas yang tertutup untuk segera masuk.
Di dalam kelas terlihat beberapa murid sedang asyik mengobrol, mereka terbagi menjadi beberapa kelompok langsung membubarkan diri, duduk di kursi masing-masing begitu melihat Darren dan Jasmine masuk diikuti Guru killer mereka.
Darren dan Jasmine langsung duduk di kursinya sendiri. Sementara Bu Guru dengan percaya dirinya berdiri di depan kelas menyapa anak didiknya.
"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Guru dengan wajah datarnya.
"Pagi Bu Guru," jawab semua murid serentak.
"Bagaimana pagi kalian?" Tanyanya lagi tanpa ekspresi.
"Baik Bu Guru," jawab murid serentak lagi.
"Bagus kalau kalian pagi ini semua baik-baik saja. Berarti tidak masalah bukan jika pagi ini, Ibu akan mengadakan tes kemampuan logika?" Tanyanya.
"Tes kemampuan logika?" Tanya beberapa murid terdengar kaget.
"Iya, kenapa? Apa ada masalah?!" Tanya Bu Guru lagi dengan wajah dinginnya.
"Tapi Bu, kita tidak ada persiapan sebelumnya," celetuk murid laki-laki dari arah belakang Jasmine.
"Apa setiap mau mengadakan tes, Ibu harus memberitahukan kalian terlebih dahulu?!" Tanya Bu Guru dengan tatapan tajam melihat semua murid yang ada di depannya.
"Bukan begitu Bu, maksudnya ---," jawab murid yang tadi bicara duduk di belakang Jasmine tidak meneruskan ucapannya karena Bu Guru langsung memotong.
"Kalian ini seorang pelajar, tahu bukan apa tugas dari seorang pelajar?!" Tanya Bu Guru melangkah maju dengan tatapan menyapu wajah seluruh anak didiknya.
"Tahu Bu," jawab beberapa murid.
"Sebagai seorang pelajar, siap atau tidak siap kalian harus selalu siap bila sewaktu-waktu secara mendadak diberikan tes tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Bukankah di malam hari kalian sudah belajar untuk mempersiapkan materi di hari ini?!" Tanya Bu Guru.
Tidak ada yang menjawab, semua menundukkan kepala begitu pun dengan Jasmine tetapi berbeda dengan Darren yang tetap santai mendengar Bu Gurunya sedang bicara.
"Kenapa tidak ada yang menjawab? Apa kalian tidak belajar semalam?!" Tanya Bu Guru menatap tajam semua wajah anak didiknya.
Semuanya terdiam, tidak ada yang berani menjawab satu orangpun.
"Jasmine!" Panggil Bu Guru.
"Iya Bu," jawab Jasmine kaget karena namanya dipanggil.
"Tolong bagikan ini kepada teman-temanmu," kata Bu Guru memberikan beberapa lembar kertas.
Jasmine segera bangun dari duduknya dan langsung berjalan ke depan untuk mengambil beberapa lembar kertas yang ada di tangan Gurunya.
"Kalian isi semua soal yang ada di lembar kertas itu. Ingat!! Jangan ada yang menyontek. Tidak boleh ada benda apa pun di atas meja kalian kecuali pulpen yang kalian pegang, paham!!" Ucap Bu Guru.
"Paham Bu!" Jawab semua murid dengan wajah yang kesal.
Jasmine selesai membagikan semua kertas ke seluruh teman-temannya langsung duduk kembali ke kursinya, sekilas dilihatnya Darren yang nampak duduk tenang disebelahnya.
Hening, tidak ada yang bersuara. Semuanya fokus melihat lembaran kertas yang harus mereka isi. Terlihat wajah-wajah dengan berbagai macam ekspresi yang berbeda-beda. Ada yang hanya diam membaca mengulang-ulang pertanyaan, ada yang mengernyitkan alisnya, ada yang menyangga dagunya saja dan ada juga yang mengetuk-ngetuk pulpen ke kepalanya sendiri.
Jasmine membaca satu per satu setiap pertanyaan, terkadang tersenyum bila ada pertanyaan yang dia ketahui jawabannya, sangat berbeda dengan Darren yang terlihat tenang mengisi semua pertanyaan di lembar jawaban.
"Darren," panggil Jasmine pelan.
Darren tidak menjawab apalagi menoleh pada Jasmine. Tangannya sibuk menulis di lembar jawaban.
"Darren," panggil Jasmine lagi.
Darren pura-pura tidak mendengar, tetap fokus menulis.
Karena tidak ada jawaban dan reaksi dari Darren, akhirnya Jasmine menyenggol tangannya. "Darren, sombong sekali."
Darren melihat sekilas, tersenyum. "Apa?" Jawabnya setengah berbisik.
"Apa ini jawabannya?" Tanya Jasmine pelan menunjuk ke kertas yang sedang dipegangnya.
Darren melihat sekilas. "Tidak tahu."
"Dasar pelit!" Ucap Jasmine berbisik. "Pelit!"
"Dasar bodoh," jawab Darren pelan sambil melihat ke Bu Guru yang ada di depan kelas.
"Pelit!!"
"Bodoh!" Balas Darren tidak mau kalah.
"Pelit!!" Jasmine cemberut.
Darren melirik sekilas ke Jasmine yang ada disampingnya, ingin rasanya dia tertawa terbahak melihat Jasmine sedang cemberut dengan wajah yang memerah karena kesal.
Jasmine menyenggol tangan Darren. "Apa ini jawabannya?" Tanya Jasmine tanpa sadar dengan suara yang sedikit keras sehingga terdengar ke semua orang.
