Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

DI-PRANK TETANGGA

Tok! Tok! Tok!

Dokter Megan mengetuk pintu rumah Yuli, tetangganya. Salah satu tangannya juga tampak membawa kotak berisi asinan buah buatannya. Begitu pintu dibuka, si pemilik rumah langsung bersorak heboh.

"Hei, Meggy! Ya ampun, asinan ku!!!"

Deg. Dokter Megan langsung tercengang. Sudah dua wanita yang ia temui hari ini, keduanya memiliki warna rambut blonde. Dan sekarang apa? Tetangganya ini pun rupanya juga memiliki rambut berwarna blonde juga.

Melihat Dokter Megan yang bengong tidak menyahut seruannya. Yuli pun merasa ada yang tidak beres, sehingga memanggilnya berulang kali.

"Meggy? Meggy! Megaaan!" sentak Yuli.

'Oh, iya. Ini asinannya," kejut Dokter Megan lalu memberikan kotak berisi asinan buah kepada Yuli.

"Masuk dulu, yuk!" ajak si empunya rumah.

Dokter Megan mengekor. Ia terus memerhatikan rambut Yuli. Seingatnya, tetangganya ini tidak pernah sekalipun mewarnai rambut. Akan tetapi, trend mode rambut blonde kali ini sepertinya berhasil mempengaruhi banyak wanita ibukota untuk mengubah warna rambut mereka.

"Aku membawa teh dari kampung. Kamu pasti akan menyukainya," kata Yuli sembari menyeduh teh untuk Dokter Megan.

"Yuli," sebut Dokter Megan.

"Iya," jawab Yuli.

"Di kampung kamu apa juga sedang trend rambut blonde?" tanya Dokter Megan.

"Kampung apa? Aku ngecat rambut di sini sebelum berangkat pulang kampung. Masa kamu nggak tahu?" jawab Yuli.

"Iya kah?" Dokter Megan berusaha mengingat lagi terakhir kali mereka bertemu sebelum hari ini. Dan seingatnya tidak pernah dilihatnya Yuli berambut blonde sebelumnya.

"Tapi emakku bilang aku kayak bule ireng. Nggak cocok, jadi rencananya nanti kalau udah ilang mager ku. Aku mau cat hitam lagi," lanjut Yuli.

"Oooh...."

Dokter Megan hanya mengangguk dan ber-oh saja. Ia masih kepikiran dengan sehelai rambut panjang berwarna blonde yang ia temukan di jaket suaminya. Antara Tante Kamila, Revi si sekretaris, atau Yuli? Tiga orang itu semuanya memiliki warna rambut blonde yang sama.

"Meggy, kamu nggak lagi kenapa-kenapa, kan?" tanya Yuli yang peka terhadap mimik wajah Dokter Megan tidak tampak seperti biasanya.

"Hari ini leherku sakit. Jadi Mas Baim memijit ku. Terus, pas aku mau berangkat ke rumah sakit, dia memakaikan jaketnya padaku," cerita Dokter Megan pada Yuli.

"So sweet ... Kalian memang —" sahut Yuli terpotong.

"Aku belum selesai," sambar Dokter Megan.

"Oke. Lanjutkan!" pinta Yuli.

"Sesampainya di rumah sakit. Aku melepaskan jaket itu dan aku menemukan sehelai rambut berwarna blonde," lanjut Dokter Megan.

"Apa kamu pikir...," terka Yuli menggantung.

"Entahlah," jawab Dokter Megan.

Keduanya saling tatap. Yuli tahu kalau Dokter Megan sedang curiga mungkin saat ini Baim sedang bermain curang dengan berselingkuh. Tapi, kecurigaan Dokter Megan itu justru dianggap hal konyol oleh Yuli.

Bagaimana tidak? Seluruh orang yang mengenal pasangan itu pasti tahu kalau Baim bucin setengah mati pada sang istri. Baim selingkuh? Orang-orang lebih percaya ada ayam jantan bertelur ketimbang harus mempercayai pria bucin seperti Baim bisa mengkhianati pasangan.

"Mungkin itu rambutku," celetuk Yuli saat masih saling tatap dengan Dokter Megan.

"Maksudnya?" Dokter Megan langsung membelalak.

"Maafkan aku, Meggy. Sebenarnya .... kami ... aku dan Baim. Kami saling mencintai. Jadi, mungkin rambut yang ada di jaket suamimu itu adalah milikku," ungkap Yuli.

Dokter Megan menelan saliva yang terasa begitu berat. Matanya terasa panas ingin menangis tapi ditahan.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Yuli, tetapi tidak dijawab sepatah kata pun oleh Dokter Megan. "Hahaha, ya ampun Meggy! Apa kamu percaya itu? Itu cuma prank, lihatlah dirimu! Kamu mengira itu sungguhan," kelakar Yuli yang ternyata hanya mengerjai Dokter Megan saja. Mengira itu adalah sebuah lelucon.

"Maaf, tapi aku sedang nggak pengen bercanda," jawab Dokter Megan dengan nada sewot.

"Oke, baiklah. Jadi, kamu serius dengan rambut yang kamu ceritakan?" tanya Yuli di sisa-sisa tertawanya.

"Iya. Itu pasti rambut seorang wanita," jawab Dokter Megan.

"Apa kamu nggak percaya pada Baim?" Yuli kembali bertanya.

"Aku percaya kalau Mas Baim adalah suami yang baik," jawab Dokter Megan.

"Kalau begitu kenapa kamu masih memikirkannya? Itu hanya sehelai rambut yang sangat ringan. Bisa jadi tertiup angin dan hinggap secara kebetulan di jaket suamimu," ujar Yuli memberikan pernyataan tentang kemungkinan yang paling mungkin sehingga Dokter Megan tidak perlu overthinking seperti sekarang ini.

"Bisa jadi," jawab Dokter Megan.

"Minum lah tehnya agar kamu tenang."

Yuli menyodorkan secangkir teh. Lalu, Dokter Megan menyesap cangkir berisi teh buatan Yuli tersebut. Yuli juga hendak menyesap cangkir berisi teh buatan sendiri. Akan tetapi, tiba-tiba ia meringis.

"Aww!"

"Kenapa?" tanya Dokter Megan.

"Sejak di kampung bibirku kering dan sakit banget," jawab Yuli.

Kemudian, Yuli meraih hand bag miliknya, lalu mengeluarkan sebuah pelembab bibir. Benda kecil itu tampak tidak asing lagi di mata Dokter Megan.

Ya, pelembab bibir wadah putih tutup pink aroma stroberi itu sama persis dengan milik suaminya. Hal itu menambah alasannya untuk overthinking dan mencurigai suaminya.

Hendak menanyakan soal pelembab bibir tersebut. Tiba-tiba pintu rumah Yuli ada yang mengetuk.

"Kamu tunggu sebentar, ya! Biar kubuka pintunya," kata Yuli.

Wanita berkulit sawo matang itu pun segera pergi ke pintu utama rumahnya. Dan begitu dibuka pintu tersebut, ternyata yang datang adalah pacarnya.

"Ngapain kamu ke sini?" ketus Yuli pada pria itu.

"Aku sangat lelah jangan berdebat. Biarkan aku masuk aku sangat merindukanmu," rengek Fachri. Keduanya memang sedang bersitegang. Ini dikarenakan Fachri yang tiba-tiba berubah pikiran tidak jadi pergi liburan dengan Yuli karena alasan pekerjaan.

"Diam! Ada Megan di dalam," ujar Yuli memperingati.

Yuli dan Fachri kemudian berjalan beriringan menuju dapur, tempat Dokter Megan berada.

"Oh, ada Bu dokter di sini rupanya," sapa Fachri membuat Dokter Megan terkejut sekaligus tidak enak berada di rumah temannya karena pacar temannya datang.

"Yuli, sudah malam aku harus pulang," ujar Dokter Megan hendak menghindari Fachri.

"Duduklah sebentar lagi. Aku bawa camilan, cobalah!" tahan Fachri.

"Oke, hanya sebentar."

Karena tidak enak hati akhirnya meskipun tidak nyaman, Dokter Megan memutuskan untuk tinggal sebentar lagi di rumah Yuli. Tampak Yuli yang langsung menyeduh teh untuk Fachri. Sementara pria itu sendiri tanpa canggung duduk di hadapan Dokter Megan.

"Kudengar kalian baru saja kembali dari liburan?" tanya Dokter Megan berusaha mengikis kecanggungan di antara mereka.

"Liburan apa? Itu hanya kampung halaman Yuli," elak Fachri.

"Kamu melamarnya?" tanya Dokter Megan.

"Aku nggak pergi dengannya," jawab Fachri yang langsung membuat Dokter Megan tercengang.

Ternyata Fachri tidak pergi bersama Yuli. Akan tetapi, Yuli tetap pergi meskipun tanpa Fachri. Dan yang mengusik pikiran Dokter Megan adalah suaminya kembali dari Surabaya di hari yang sama Yuli kembali dari kampung. Juga pelembab bibir yang sama serta warna rambut Yuli juga serupa dengan yang ia temukan di jaket suaminya.

"Hei, asinan mangga! Kelihatan segar sekali. Siapa di antara kalian yang membuatnya?" tanya Fachri yang langsung melirik ke arah Yuli.

"Kenapa melihatku? Itu Meggy yang bikin," jawab Yuli.

"Hmm, pantes segar seperti yang bikin," puji Fachri sembari mengunyah potongan besar asinan buah tersebut.

"Ayolah, kamu memuji wanita lain di depanku," komplain Yuli.

"Ini hanya soal asinan, sayang," jawab Fachri.

"Jangan makan terlalu banyak, nanti maag kamu kambuh," ujar Yuli memperingati pacarnya itu.

Alih-alih mematuhi peringatan sang pacar. Fachri malah terus-menerus mengambil potongan demi potongan asinan buah tersebut dan memasukkannya ke dalam mulut. Pria itu tampak sangat menyukai asinan buah buatan istri dari sahabatnya.

"Apa yang aku khawatirkan? Tetangga kita adalah seorang dokter. Dia akan menyembuhkan segala jenis penyakit. Dan yang terpenting Dokter Megan adalah pembuat asinan paling segar. Aku benar, kan?" oceh Fachri yang terus saja melontarkan pujian untuk Dokter Megan sehingga Dokter Megan malah merasa risih.

"Kalau begitu kalian makanlah. Aku akan pulang," ujar Dokter Megan, lalu bangkit dari tempat duduknya.

"Tunggu!" sergah Fachri.

"Ya?"

Fachri juga ikut bangkit dari tempat duduknya. Keduanya berdiri berhadapan tampak serius. Melihat hal itu, Yuli yang tadi sibuk menyeduh teh pun terpaksa mendekati keduanya.

"Apa kamu ingin tahu rahasia kecil suamimu?" tanya Fachri.

"Rahasia apa?" Dokter Megan langsung gugup.

"Jangan dengarkan dia, Meggy. Dia hanya akan bicara omong kosong," sela Yuli.

"Jangan menyela sayang!" protes Fachri pada pacarnya.

Sementara itu, Dokter Megan menunggu apa yang hendak disampaikan oleh Fachri. Mungkin ada hal yang selama ini tidak ia ketahui selama menjalani hidup bersama Baim. Yang ia tahu, Fachri ini adalah sahabat suaminya sejak kecil.

Bahkan, Fachri dan Baim sekolah di tempat yang sama dan memiliki bisnis yang saling berhubungan.

"Dokter Megan. Suamimu telah ....."

"Telah apa?"

Bersambung....
Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel