Peringatan Pertama
Achiel mengemasi barang-barangnya ke dalam koper
dan tas-tas yang dia miliki. Buku-bukunya sudah
dimasukkannya ke dalam kardus. Dia ingin pindah dari
perkampungan itu agar bisa fokus kuliah dan sembari
membantu Casandra di cafenya. Nasehat Pak Muchtar
terngiang di telinganya. Sekarang dia menjadi bertambah
semangat untuk segera lulus kuliah dengan nilai terbaik
dan membangun bisnisnya sendiri.
Achiel pun meraih foto Emaknnya di dinding lalu
memandangnya sesaat sebelum dia masukkan ke dalam
kardus. Dia pun mencium foto itu lalu memasukkannya ke
dalam kardus. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu. Achiel heran lalu mengintip orang yang mengetuk pintu itu dari tabir jendela kontrakannya. Dia terkejut melihat Nita berdiri di depan pintu kontrakannya dengan wajah sedih.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Achiel yang tidak ingin membukakan pintu untuknya.
"Buka pintunya, Chiel. Gue pengen jelasin sesuatu ke elo!"
"Nggak ada yang perlu dijelasin lagi! Semua udah
selesai!" tegas Achiel.
"Gue mau minta maaf!"
"Maaf soal apa?" tanya Achiel heran.
"Gue akui gue salah!"
"Salah bagaimana?"
"Gue salah nilai keputusan elo selama ini! Gue kira elo
pengecut, ternyata semua ini karena perbuatan Bapak gue!
Maafin Bapak gue yang udah bikin elo babak belur, Chiel!"
Achiel terkejut mendengar suara Nita yang seperti
terisak di luar sana. Dia terdiam bingung.
"Chiel! Gue minta maaf! Gue emang udah nerima
Lukas sebagai pengganti elo! Tapi kalo lo mau ngasih
kesempatan kedua, gue bakal mutusin dia dan gue akan
menunggu elo sampai waktu yang tepat seperti yang
pernah elo bilang ke que waktu itu!" isak Nita di luar sana.
Achiel pun masih terdiam bingung.
"Chiel! Jawab pertanyaan gue!" desak Nita.
Achiel menarik napas berat lalu menghembuskannya.
Setelah itu dia berkata pada Nita yang berada di luar sana.
Kita udah selesai, Nit. Mulai sekarang anggap yang dulu
pernah terjadi pada kita nggak pernah ada! Kita temenan
aja dan selamanya bakal jadi temen!"
"Nggak, Chiel! Gue nggak mau kita cuman temenan aja
!" isak Nita di luar sana. "Gue janji besok bakal mutusin
Lukas! Gue bakal nunggu lo kapan pun itu biar kita bersama"
"Elo Pulang! Gue nggak bisa kayak dulu lagi!"
Setelah itu Achiel tidak mendengar suara Nita lagi di
luar sana. Dia pun mengintip di balik tirai, ternyata Nita
sudah pergi dari sana. Dia pun menyandar di dinding
sambil mengatur napasnya.
Dan malamnya, Achiel meminta bantuan Boni dan
teman-temannya untuk membantunya pindah dari sana ke
kontrakan baru di dekat kampusnya. Boni dan
teman-temannya pun menggunakan motor membantu
Achiel membawa barang-barangnya.
Kini kontrakannya cukup luas. Terdapat satu kamar
dan ruang tengah. Kontrakan itu sudah dilengkapi berbagai peralatan. Gajinya membantu Casandra di cafe sudah lebih dari cukup untuk membayar kontrakan itu setiap bulan. Kini dia bisa berjalan kaki saja menuju kampusnya. Namun untuk ke cafe, sementara dia akan menggunakan angkutan umum.
Saat teman-temannya sudah pergi dan di sana hanya
ada Achiel dan Boni yang sedang duduk di teras
kontrakannya ditemani dua gelas kopi, Achiel heran
melihat perubahan Boni yang tampak bersih dari biasanya
dan sudah mengenakan pakaian baru.
"Lo ke salon? Cowok kok ke salon?" tanya Achiel heran.
"Gimana pun juga sekarang gue udah dapet gaji UMR
Jakarta, Chiel. Udah kagak jadi kuli lagi. Apalagi kerjanya di cafe yang tiap hari ketemu orang-orang baru, penampilan itu penting, Chile," jawab Boni.
Achiel hanya menghela napas mendengarnya. Boni
pun memperhatikan wajah Achiel yang masih terlihat
lebam dan ada luka itu.
"Lo juga kalo didandanin, kalah tuh bintang film sama
model-model terkenal, Chiel!" celetuk Boni.
"ltu nggak penting." tegas Achiel.
"Penting, Chiel! Apalagi lo udah kuliah! Gue yakin kalo
lo ganti semua pakaian lama lo dengan yang baru
sekaligus suka cuci muka, cewek-cewek di kampus lo pasti ngejer-ngejer lo!"
"Lo kira gue nggak suka cuci muka?"
"Cuci mukanya pake sabun sih! Gimana mau bener!" tawa Boni.
Achiel hanya menghela napas mendengarnya.
Dan esok paginya, saat Achiel keluar dari gerbang
kontrakannya. Dia terkejut melihat di depan gerbang dua
bodyguard setia Casandra berdiri di dekat mobil yang
dikenalnya itu. Ya, Achiel yakin itu mobil Casandra. Dia
heran dari siapa Casandra bisa tahu kontrakan barunya?
Dia yakin pasti Boni yang memberitahunya. Dua bodyguard itu langsung menghampiri Achiel sambil tersenyum.
"Non nunggu elo di dalem mobil," ucap Bodyguard itu.
Achiel mengernyit. "Ngapain?"
"Kita nggak tahu." jawab Bodyguard. "Katanya naik aja
ke dalem mobil, duduk di depan biar barengan ke
kampusnya."
Achiel semakin heran. "Gue bisa jalan kaki."
"Katanya ada yang mau diomongin soal kerjaan,"
jawab Bodyguard itu lagi. "Dia nggak ada waktu, soalnya
abis pulang kuliah entar, non mau langsung shooting dan
nggak bakal ke cafe nanti malam."
Mendengar itu, Achiel pun akhirnya berjalan menuju
mobil lalu membuka pintu depan lalu duduk di sebelah
Casandra yang duduk di bangku setir. Casandara pun
langsung melajukan mobilnya, meninggalkan dua
bodyguardnya di sana.
"Kenapa mereka ditinggal?"
"Jangan ajak ngomong gue dulu sebelum elo jelasin
kenapa semalem lo nggak masuk kerja?" ucap Casandra
kesal yang sejak tadi enggan menatap wajah Achiel.
"Gue ada urusan," jawab Achiel.
"Kenapa handphone lo dimatiin? Apa karena udah
dapet gaji, terus elo seneng-seneng karena belum pernah
dapet duit sebanyak itu? Gue pikir elo profesional, tapi
taunya otak aja yang pinter, profesional kagak!"
"Berenti!" pinta Achiel dengan emosi. Moodnya belum
stabil sejak diculik oleh anak buah Suripto kemarin.
Casandra terbelalak mendengar Achiel berteriak kesal
lalu menoleh pada Achiel. Seketika dia terkejut melihat
kening Achiel dan wajahnya tampak lebam dan ada bekas
luka. Casandra pun langsung menepikan mobilnya lalu
berhenti dengan terkejut.
"Muka lo kenapa Chiel?" tanya Casandra berubah khawatir.
Achiel hendak membuka pintu namun Casandra masih
menguncinya.
"Buka!" pinta Achiel.
"Gue nggak bakal buka pintunya kalo elo nggak jelasin
ke gue! Elo abis digebukin orang?! Apa karena ini elo nggak bisa masuk kuliah sama kerja? Udah dibawa ke dokter belum?!" Casandra pun hendak memeriksa wajah Achiel dengan menyentuhkan tangannya ke wajah Achiel. Achiel segera menangkap tangan Casandra.
"Gue nggak kenapa-napa," ucap Achiel.
Casandra tersadar karena naluri khawatirnya
mendadak keluar begitu saja hingga tangannya tidak tahan untuk memeriksa bekas luka dan lebam di wajah
managernya itu. Casandra pun bergegas melepas
tangannya.
"Jangan salah sangka!" ucap Casandra menyimpan
salah tingkahnya. "Gue cuma penasaran aja kenapa wajah
lo bisa kayak babak belur gitu! Lain kali kalo ada apa-apa,
lo kasih tahu gue biar gue nggak mikir negatif ke elo!"
Casandra kembali melajukan mobilnya. Achiel heran
karena Casandra tidak mau menurunkannya.
"Kok malah jalan?"
"Elo kan belum jelasin kenapa wajah lo bisa bonyok
begitu?" jawab Casandra. "Sekarang lo jelasin ke gue."
"Bukan urusan lo," sahut Achiel. "Kalo urusan kerjaan
gue bakal jawab semua pertanyaan lo."
"Heh! Lo itu karyawan gue! Gue perlu tahu lo kenapa,
karena bakal berhubungan sama pekerjaan lo ke depannya? Apa lo mabok di diskotik terus gangguin pacar orang dan lo digebukin sama pacarnya di sana?"
"Gue nggak doyan minum dan gue nggak suka ganggu
pacar orang!"
Casandra pun malah belok kiri tidak belok kanan ke
arah kampusnya. Achiel heran.
"Kok malah ke kiri? Kampus kan ke kanan?"
Casandara diam saja. Achiel heran.
"Gue mau lo bawa ke mana?" tanya Achiel.
Casandra pun tidak menjawab pertanyaannya.
Ternyata Casandra membawanya ke klinik. Achiel
terbelalak saat mobilnya diparkir di parikan depan klinik.
"Ngapain ke sini?"
"Luka lo harus diobatin! Kalo elo biarin diobatin pake
obat rumahan aja dan nggak diperiksa sama sekali oleh
dokter, nanti bisa infeksi dan lo nggak tahu apa di kepala
elo ada luka delem atau nggak! Gue nggak mau apa yang
udah elo mulai di cafe gue mendadak nggak dilanjut hanya karena elo kenapa-napa... dan jangan mikir macam-macam ... ini gue lakuin karena elo pegawai gue..."
"Tapi gue harus kuliah! Kemaren gue nggak sempet
izin!" protes Achiel.
"Udah gue izinin sama Kepala Juruan dan lo aman!"
jawab Casandra. "Dan soal hari ini juga lo bakal aman kalo
nggak masuk juga! Karena kemaren gue bilang elo sakit!
Dan jangan salah sangka, ini gue lakuin karena elo
karyawan gue dan gue nggak mau disalahin pihak kampus karena udah ngerekrut elo jadi karyawan gue yang seharusnya lo fokus kuliah!"
Achiel terbelalak. "Perasaan karyawan elo yang lain
nggak digini-giniin amat?"
Casandra terkejut. "Kalo elo nggak mau yaudah! Kita
ke kampus sekarang! Jangan kegeeran, ya?!"
Achiel pun membuka pintu lalu berjalan meninggalkan
Casandra memasuki lobby klinik itu. Casandra tersenyum
senang lalu bergegas meraih tasnya dan menyusul Achiel
ke lobby klinik itu.
"Heh! Kok bos lo ditinggal sih?" kesal Casandra lalu
bergegas menyusul Achiel yang sudah menghilang ke
dalam klinik sana.
***
Achiel keluar dari ruang dokter sambil membawa
kantong khusus dari klinik yang berisi segala macam
obat-obatan. Wajahnya dan luka-luka di tubuhnya tampak
sudah ditangani pihak klinik. Casandra langsung berdiri
saat melihat Achiel keluar.
"Kok obat olesnya banyak banget? Pake segala harus
wajib cuci muka pagi dan menjelang tidur, terus wajib
diolesi krim pagi siang dan cream malam. Emang seribet
ini ya?"
Casandra tertawa mendengar kepolosan Achiel.
"Itu namanya skincare! Lo pake nanti pas luka dan
lebam di wajah lo itu sembuh total! Tadi sengaja gue suruh
dokter buat sekalian periksa juga jenis kulit lo apa dan
cocoknya pake perawatan apa, ini biar wajah lo kinclong!"
jawab Casandra. "Dan lo wajib rutin ke sini karena lo udah
gue daftarin jadi member!"
Achiel terbelalak. "Lo mau suruh gue pake bedak
kayak artis-artis korea itu?! Kagaaak!" Achiel pun
menyerahkan skincare itu pada Casandra.
Casandra enggan menerimanya lalu melotot ke Achiel.
"Otak lo emang cerdas! Tapi urusan penampilan, gue
juaranya!" tegas Casandra. "Kampus Nusantara itu dibuat
untuk melahirkan calon-calon direktur masa depan! Dan
seorang pebisnis, bukan cuman otak aja yang harus
digunakan, tapi penampilan juga penting! Suatu saat nanti
elo bakal ketemu sama klien-klien penting yang akan
mendukung perusahaan elo! Hal pertama untuk
meyakinkan mereka adalah dengan penampilan! Kalo
wajah lo buluk dan nggak meyakinkan, bagaimana mereka
yakin buat narok duit ke perusahaan elo kalo elonya aja
kayak orang susah? Kalo lo elo udah dinilai orang susah,
berarti elo dinilai nggak bisa makmurin perusahaan elo
karena buat ngerawat diri aja nggak punya modal!"
Achiel terdiam mendengar itu dan hendak berjalan menuju kasir.
"Udah gue bayar!" ujar Casandra.
Achiel terbelalak. "Gue udah ada duit, ngapain dibayarin?"
"Emangnya gratis? Enak aja! Bakal gue potong dari gaji
lo bulan depan! Mau potong langsung atau dicicil juga
terserah sih," jawab Casandra.
Achiel menghela napas dan karena malas berdebat
dia pun akhirnya pergi meninggalkan Casandra menuju
mobilnya. Casandra langsung tersenyum puas lalu
bergegas menyusul Achiel keluar sana.
Saat mereka sudah berada di dalam mobil, Achiel
menoleh ke Casandra.
"Gue harus ke kampus," ucap Achiel.
"Gue udah izinin elo ke kepala jurusan dan lo jangan
dulu kuliah sampai bener-bener sembuh," sahut Casandra.
"Meski kayak gini gue masih bisa belajar."
"Lo nggak denger tadi apa kata doker? Luka-luka kecil
itu kalo nggak istirahat bisa menyebabkan demam! Dan
kalo udah demam kondisi lo makin parah! Dan ingat, gue
ngomong gini bukan karena gue khawatir dan peduli sama
kesehatan lo, tapi karena elo karyawan gue! kalo lo sakit,
siapa yang mau ngurus konsep elo yang terlanjur gue
terapin di cafe gue dengan modal nggak sedikit itu?"
Achiel kembali menghela napas lalu mengalihkan
pandangannya ke kaca jendela. Kali ini dia semakin
terkejut ketika menyadari Casandra membawanya ke
sebuah toko pakaian langganannya.
"Lo mau minta gue nemenin lo beli baju?" tanya Achiel
heran. "Gue bukan bodyguard lo dan meskipun gue kerja di
cafe lo, jangan anggap gue pembantu di kampus! Lo nggak ada hak buat nyuruh-nyuruh gue di luar cafe kecuali urusan cafe!"
"Bukan buat gue, tapi buat elo!"
Achiel kian terbelalak. "Gue nggak perlu beli pakaian
baru! Pakaian gue masih banyak!"
"Lo itu udah kerja, udah dapet gaji pertama di tempat
gue! Saatnya lo ganti pakaian lo di rumah yang buluk itu
dengan yang baru dan enak dipandang mata! Biar elo
nggak semakin diremehin di kampus!"
"Gue nggak peduli sama omongan orang-orang!"
"Tapi ini penting buat lo! Seperti yang udah gue jelasin
tadi di klinik! Biar lo terlatih berpenampilan menarik! Nggak
perlu banyak! Walau sedikit pakaian yang elo punya, tapi
sedikit itu berkualitas dan elo nggak akan keliadan udik lagi "jelas Casandra.
Karena mendengar alasan demi mempersiapkan
bisnisnya di masa depan itu, akhirny Achiel mengalah.
Achiel berpikir apa yang disarankan Casandra ada
benarnya. Toh sekarang dia sudah kerja, yang penting tidak berlebihan dan berpura-pura kaya saja, pikir Achiel.
Achiel dan Casandra pun keluar dari mobil. Casand ra
langsung menarik tangan Achiel memasuki toko pakaian
langganannya. Achiel heran melihat keberanian Casandra
menarik tangannya sementara di kampus saja dia
melarang bisa empat mata padanya. Supervisor dan
pramuniaga di toko itu langsung menyambut dengan
ramah ketika melihat Casandra datang. Sementara para
pengunjung langsung heboh melihat kedatangan Casandra. Satpam penjaga toko itu pun langsung membantu melindungi Casandra dari para pengunjungnya.
"Tolong cariin pakaian yang cocok buat dia," pinta Casandra.
"Baik, Mbak," jawab Supervisor.
Supervisor itu pun langsung mengajak Achiel ke gerai
khusus pakaian lelaki. Supervisor yang mengerti pakaian
apa saja yang pantas di tubuh Achiel hanya dengan melihat warna kulit dan postur tubuhnya itu langsung menunjukkan koleksi pakaian terbaik di tokonya pada Achiel.
"Mas itu tinggi dan cocok jadi model!" puji Supervisornya.
Achiel diam saja, dia tahu supervisornya itu sedang
menggunakan strategi marketingnya.
"Nah, kalo pake pakaian dari koleksi merek ternama ini,
artis-artis terkenal itu bakal lewat!"
"Pilihin aja yang cocok buat saya, Mbak," tegas Achiel
yang malah mendengarkan segala strategi marketingnya
itu. Supervisor pun langsung sigap memilihkan berbagai
koleksi di tokonya yang pantas buat Achiel.
Tak lama kemudian, seorang lelaki berambut klimis
memasuki toko pakaian itu. Para pengunjung tampak
semakin heboh melihat kedatangan Bintang Film terkenal
yang kerap menjadi lawan main Casandra bernama
Jonathan itu. Cowok blasteran Indonesia Korea itua
tersenyum sambil melambaikan tangannya pada
pengunjung yang datang. Sementara Casandra terkejut
melihat kedatangannya. Ya, di media mereka sudah lama
digosipkan sudah berpacaran
.
"Lo ngapain ke sini?" tanya Casandra heran.
"Ya, mau lihat-lihat koleksi pakaian terbaru lah!" jawab
Jonathan. "Lo ngapain?"
"Gue nemenin manager di cafe gue beli baju," jawab
Casandra.
Jonathan mengernyit. "Hello, seorang Casandra
nemenin managernya beli baju?"
"Emang kenapa? Dia terkena musibah dan terpaksa
gue anterin ke klinik biar dia bisa segera ngurusin cafe gue
kalo cepet sembuh. Dan gue nemenin dia ke sini karena
kebetulan juga mau cari koleksi pakaian terbaru," jawab
Casandra.
Jonathan pun menoleh ke dalam sana. Melihat
Supervisor di toko itu sedang menunjukkan sepasang
sepatu pada Achiel, Jonathan yakin pria itulah manager
Casandra. Jonathan menatap Achiel dengan pandangan
cemburu.
"Jangan-jangan..." bisik Jonathan.
"Jangan-jangan kenapa? Lo ngira gue pacaran sama
dia? Sorry ya, elo aja nggak level sama gue, apalagi dia..."
kesal Casandra lalu bergegas pergi menuju Achiel dan
Supervisor itu.
"Udah, Bu?" tanya Casandra pada Supervisornya.
"Udah! Barang-barangnya sedang dibungkus, Mbak!"
Casandra langsung mengeluarkan kartu kreditnya ke
Supervisor sambil berkata. "Tolong anterin pakaiannya ke
mobil dan kartu kreditnya kalo sudah selesai. Kita tunggu
di mobil aja."
"Baik, Mbak."
Casandra pun mengajak Achiel keluar dari toko itu dan
menunggu di dalam mobil. Jonathan menatap wajah
Achiel dengan pandangan tidak suka saat mereka lewat di
hadapannya lalu keluar dari toko itu. Jonathan langsung
menghubungi seseorang.
"Tolong cari tahu siapa yang jadi manager di cafe baru
milik Casandra," ucap Jonathan lalu mematikannya dan
memasukkan handphone-nya ke dalam saku.
Achiel yang sudah duduk menunggu di dalam mobil itu
tampak heran.
"Tadi itu kan..." celetuk Achiel.
"Aslinya gue nggak pacaran sama dia," sela Casandra.
Itu siasat managemen kita aja biar terus-terusan di up di
media dan biar makin terkenal."
Achiel terbelalak. "Boongan?"
"Ya iyalah! Mana mungkin gue suka sama dia! Meski
blasteran korea, selera gue tinggi!"
"Lo nggak khawatir ada yang moto kita terus digosipin
yang nggak-nggak? Bukannya di kampus aja lo ngehindar
dari gue..." tanya Achiel.
"Nagapin gue khawatir? Kecuali lo itu ganteng,
kinclong dan pakaiannya yang menarik, baru bisa digosipin sama netizen! Kalo elo kayak gini.. paling mereka nialainya gue lagi sama bodyguard dekil gue!"
Achiel menghela napas menahan kesalnya mendengar
itu. Tak lama kemudian supervisor datang bersama tiga
pramuniaganya membawakan belanjaan yang dipilih Achiel tadi lalu menyimpan belanjaan itu ke bagasi mobil. Saat supervisor sudah menyerahkan kartu kredit ke Casandra, gadis itu menoleh pada Achiel.
"Inget ya, nanti dicicil bayarnya!"
"Bayar sekarang juga bisa kok!" sahut Achiel.
"Total semuanya 25 juta! Emangnya bisa?!!!"
Achiel terbelalak mendengarnya. "25 jutaaa?!!!"
Casandra tersenyum lalu kembali melajukan mobilnya
bersamaan dengan Jonathan yang menatapnya dengan
penuh kecemburuan di dalam toko sana. Sementara Achiel tampak kesusahan bernapas mendengar segitu banyaknya uang yang harus dia bayarkan ke Casandra.
***
Suripto duduk di ruang keluarga dengan bingung. Tak
lama kemudian istrinya Maharani datang dengan panik.
"Nita masih nggak mau keluar kamar juga, Pak," ucap
Maharani dengan khawatirnya.
"Emangnya dia ada masalah apa sih? Dia sakit?" tanya
Suripto heran.
"Nggak tahu, Pak. Tadi lbu denger dia kayak nangis
terus nggak berenti di kamarnya. Kayaknya ada masalah di
kampusnya," jawab Maharani.
"Yaudah, nanti Bapak tanyain ke dia ada apa."
Maharani mengangguk lalu bergegas masuk ke dalam.
Saat Pak Suripto hendak beranjak ke kamar Nita, tiba-tiba
anak buahnya datang membawa kantong plastik dan
menyerahkannya ke Suripto.
"Ini apa?"
"Paket buat Bapak," jawab anak buahnya.
Suripto pun langsung membuka paket itu. Dia terkejut
isinya sebuah flashdisk dan secarik kertas betulisan
ancaman untuknya.
KALO LO BERANI GANGGUIN GUE LAGI. GUE AKAN
SEBARIN REKAMAN INI BIAR ELO DIKEJAR-KEJAR POLISI.
Suripto heran di dalam falshdisk itu berisi rekaman
apa dan siapa yang mengirimkan itu padanya? Dia pun
bergegas ke ruangannya lalu membuka flashdisk itu di
leptopnya. Suripto terbelalak ketika melihat video rekaman
anak buah suruhannya yang sedang memukuli Achiel lalu
video terpotong dan memperlihatkan Achiel sedang
melawan anak buahnya itu. Lalu terlihat rekaman Achiel
menanyakan mereka disuruh siapa menculiknya ke sana,
tiba-tiba anak buahnya yang gondrong itu menyebutkan
namanya. Suripto geram melihat itu, dia pun mengangkat
leptopnya lalu menghempaskannya ke lantai penuh amarah. Dia yakin yang mengirimkan ancaman itu adalah Achiel.
