Casandra
Pagi sekali Pak Haji Muchtar sedang latihan silat
sendiri di belakang rumahnya yang cukup luas itu. Di
perkampungan tengah kota Jakarta yang dapat ditempuh
hanya dengan melewati ganggang sempit saja. Hanya
rumah Pak Muchtar dan Bos preman Suripto yang memiliki rumah dengan halaman yang cukup luas dan dibatasi pagar yang cukup tinggi, namun rumah-rumah mereka terlihat sederhana meski halamanya luas. Achiel datang sembari menyandang tas lusuhnya. Dia sudah mengenakan kemeja fanel dan celana jeans, lengkap dengan sepatu bolongnya. Pak Muhctar berhenti melakukan gerakan silat lalu memandangi Achiel dengan heran.
"Masalah Nita lagi?" tanya Pak Haji Muchtar dengan heran.
"Nggak, Pak Haji, tapi masalah lain," jawab Achiel.
Pak Muchtar menghela napas lalu mengajak Achiel
untuk duduk di bale-bale bawa pohon rambutan. Pak
Muchtar pun memanggil istrinya untuk menyajikan
minuman dan makanan untuk mereka. Saat dua gelas kopi dan sepiring singkong goreng sudah tersaji, Pak Muchtar menatap Achiel dengan penasaran.
"Emangnya ada masalah apa lagi?"
"Tapi Pak Haji janji nggak cerita ke siapa pun termasuk
sama Bibi dan anak-anak Pak Haji," pinta Achiel.
Pak Muchtar mengernyit. Dia tahu ada rahasia besar
yang ingin Achiel ceritakan padanya.
"Yaudah cerita aja," sahut Pak Muchtar.
"Beberapa hari yang lalu ada yang dateng nemuin saya
" ujar Achiel. "Dia mengatakan kalo saya ini anak kandung
Pak Brata, orang terkaya nomor tiga se Indonesia."
Pak Muchtar terbelalak mendengar itu.
Achiel pun kembali melanjutkan kata-katanya, "Dia
meminta saya tes DNA, setelah di tes DNA, dia nelepon
dan ngasih tahu kalo hasil tes DNA-nya akurat, tapi setelah itu dia ngilang dan sekarang ada kabar kalo Pak Brata dan Istrinya tewas karena kecelakaan,"
"Alasannya apa mereka sampe yakin kalo lo anak
kandung Pak Brata?" tanya Pak Muchtar yang kian
penasaran.
"Katanya di keluarga Pak Brata ada yang jahat, adik
kandungnya sendiri yang bernama Pak Diharja. Saat istri
Pak Brata lahiran, ada yang nuker bayinya dengan bayi
orang lain lalu membuang bayi kandungnya ke
perkampungan ini... Pak Brata nyuruh orang itu buat
mencari anaknya yang hilang itu dan mereka ketemu saya,
Pak Haji..."
Pak Muchtar terdiam tak percaya mendengar itu.
"Apa bener saya anak angkat Emak yang udah ngerawat saya selama ini?"
Pak Muchtar menarik napas lalu menghembuskan napas berat mendengar itu.
"Kalo soal itu saya nggak tahu, Chiel. Pas almarhum Emak kamu pindah ke sini, dia udah bawa kamu dan katanya kamu anak kandungnya..."
Achiel pun kian bingung mendengar itu. "Sekarang
saya mesti gimana, Pak Haji? Jujur saya nggak tahu harus
gimana, soalnya orang yang ngasih tahu tes DNA-nya
akurat itu sekarang ini nggak tahu ada di mana, nomornya
udah nggak aktif... dan pas terakhir kali dia nelepon, saya
ngeder kayak ada yang lagi gebukin dia sampe sambungan telepon terputus."
Pak Muchtar terkejut mendengar itu.
"Sekarang ini mending kamu fokus kuliah aja," pinta
Pak Muchtar. "Kamu selesaikan kuliah kamu sembari
menunggu orang yang nyari kamu itu. Siapa tahu suatu
saat dia bakal dateng nemuin kamu lagi buat menjelaskan
semuanya."
"Tapi kalo emang bener saya anak Pak Brata, saya
harus mencari tahu kebenarannya kayak gimana, Pak Haji.
Kalo bener begitu, gimana pun juga Pak Brata orang tua
kandung saya. Saya yakin dibelakangnya ada orang yang
berkhianat untuk merebut kekayaan Pak Brata dan saya
yakin kecelakannya itu karena unsur sengaja... dan saya
harus mencari tahu siapa dalangnya dan apa bener itu
semua ulah adik kandungnya Pak Diharja?"
"Astagfirullah... lo kagak boleh berburuk sangka, Chiel!
Dan lo jangan dulu gegabah, nanti lo malu sendiri kalo semuanya nggak bener!"
"Kalo bener gimana, Pak Haji?"
"Kalo bener lo harus tunggu waktu yang tepat!
Emangnya sekarang lo bisa nyeleseinnya? Sekarang lo
fokus kuliah dulu sampe lulus, sambil nunggu itu orang
dateng lagi nemuin lo dan ngebuktin kalo emang tes
DNA-nya akurat. Pak Haji yakin dia kagak kenapa-napa,
mungkin dia lagi nunggu waktu yang pas buat nemuin lo
lagi kalo emang semuanya bener."
Akhirnya Achiel mengangguk lalu berdiri.
"Ngopi dulu dan abisin dulu gorengan singkongnya!"
"Achiel udah telat, Pak Haji.
"Seruput dulu dan makanin dulu satu!"
"lya, Pak Haji."
Achiel pun duduk lalu menyeruput sedikit kopi dan
memakan satu gorengannya. Setelah itu dia buru-buru
pamit mau berangkat kuliah. Saat Achiel melangkah
menuju gerbang rumahnya, Pak Muchtar berlari
mengejarnya sambil membawa amplop.
"Achiel!"
Achiel berhenti melangkah lalu menoleh padanya
dengan heran. Pak Muchtar langsung memindahkan
amplop itu ke tangan Achiel. Achiel heran.
"Ini apa, Pak Haji."
"Buat tambahan jajan kuliah kamu! Pak Haji nggak bisa
bantu apa-apa! Pak Haji cuman bisa doain semoga kamu
bisa lulus di sana, terus sukses, terus cari pendamping deh biar ada yang ngurus kamu," ucap Pak Muchtar.
"Nggak usah, Pak Haji. Achiel masih ada simpenan
dari tabungan kerja di tokonya Ko Ahong." Achiel kembali
menyerahkan amplop itu pada Pak Muchtar.
Pak Muchtar pun langsung memasukkan amplop itu ke
saku celana Achiel.
"Kalo dikasih rezeki harus diambil! Biar Allah mau
ngasih lagi! Kecuali kamu minta-minta! Ini Pak Haji
bagi-bagi rezeki karena kontrakan Pak Haji tumbenan ful!
Biasanya suka kosong sampe lima pintu!"
Achiel pun akhirnya menerima pemberian dari Pak
Muchtar dengan tidak enak hati.
"Yaudah, terima kasih ya, Pak Haji."
Pak Muchtar pun tersenyum. Achiel salim sekali lagi
padanya lalu melangkah keluar dari gerbang rumahnya
untuk berangkat kuliah.
***
Saat Achiel sudah tiba di kampusnya, dia melihat
Lukas dan lbran bersama lima orang teman-teman
kuliahnya tengah mengelilingi seorang lelaki bertubuh agak gemuk dan menggunakan kaca mata besar itu. Lukas menarik kerah baju lelaki berkacamata besar itu dan meninju perutnya. Achiel tidak tahu lelaki berkacamata itu punya masalah apa pada Lukas. Beruntung Achiel sudah merekamnya yang akan dijadikannya bukti jika sesuatu hal buruk terjadi pada lelaki berkacamata itu dan dirinya.
Achiel pun mendekat pada mereka dengan geram.
"Sekarang ini udah zaman teknologi canggih! Bukan
lagi zaman perundungan kayak gini!" ucap Achiel menahan geramnya.
Lukas pun melepaskan tarikan tangannya pada kerah
baju lelaki berkacamata besar itu lalu mendekati Achiel
dengan geram.
"Lo lagi! Lo lagi!" teriak Lukas.
"Apa?" tantang Achiel. "Jangan mentang-mentang
kampus ini udah jadi milik ayah kamu, kamu bisa
seenaknya sama seluruh mahasiswa di kampus ini! Mereka semua di sini bayar! Dan gue dapet beasiswa pun nggak masuk gitu aja, butuh usaha keras!"
Lukas dan teman-temannya hendak menyerang Achiel.
Achiel pun langsung menunjukkan video rekaman itu pada
Lukas.
"Kalo berani macem-macem lagi sama gue dan orang
itu, gue bakal sebarin tingkah laku lo di kampus ini!" ancam Achiel.
Lukas terbelalak lalu mengajak teman-temannya pergi.
Achiel menarik napas lega lalu bergegas menuju kelasnya.
Lelaki berkacamata besar itu pun berlari mengejarnya.
"Tunggu!"
Achiel berhenti melangkah lalu memandangnya. "Kenapa?"
"Terima kasih udah bantu saya!"
"Lain kali nggak usah takut! Kalo mereka berani
gangguin lagi, laporin aja ke polisi!" ucap Achiel geram lalu
pergi meninggalkannya.
Dan saat Achiel sudah memasuki kelasnya,
orang-orang di dalam kelas itu tampak heran melihat
kedatangan Achiel yang tampak urak-urakan itu.
"Dia mahasiswa di sini bukan sih?" bisik Marcela pada
teman sebangkunya bernama Lola.
"Kayaknya tukang ojek online yang nganterin pesenan
makanan buat anak-anak kampus deh," jawab Lola.
Achiel yang mendengar itu hanya menghela napas. Dia
tidak mau berurusan dengan perempuan.
"Tapi kayaknya dia mahasiswa di sini deh," ucap
Marcela. "Kalo bukan, nggak mungkin dia bawa tas lalu cari tempat duduk di sini."
"lya juga sih!"
"Gue kira kaya-kaya semua yang kuliah di sini, ternyata
ada juga yang miskin kayak dia!"
"lya, nurunin pamor universitas Nusantara aja."
Achiel kembali menahan emosinya dan berpura-pura
tidak mendengar.
Tak lama kemudian seorang perempuan bernama
Casandra datang memasuki kelas. Dia berjalan dengan
anggunnya dengan riasan tipis di wajahnya. Rambutnya
tergerai panjang bergelombang mengenakan gaun
sederhananya dan menteng tas mahalnya. Semua
mahasiswa dan mahasiswi di sana tampak tercengang
dengan kedatangannya. Dia adalah aktris film yang filmnya kerap booming di Indonesia. Mahasiswa-mahasiswa yang berada di kelas itu tampak tercengang melihat kecantikannya. Mahasiswi-mahasiswi pun berlarian mendekatinya untuk meminta foto. Namun karena Casandra melotot ke mereka dan mengusir mereka, semuanya akhirnya kembali ke bangku masing-masing dengan kecewa.
Casandra mendekati Achiel dan berdiri di hadapannya.
Hingga aroma parfum mahalnya tercium ke hidungnya.
Achiel heran sendiri melihat gadis famous itu berdiri di
hadapannya.
"Minggir! Ini tempat duduk gue! Gue udah nandain dari
kemaren dan udah bilang ke semuanya kalo gue mau
duduk di sini!l" ucap Casandra dengan wajah juteknya.
"Bangku kosong lainnya kan banyak?!" ujar Achiel.
Casandara kian melotot kesal padanya.
"Bang Juprii!!" teriaknya.
Dua lelaki kekar datang dari luar mendekatinya.
Mereka seperti bodyguard pribadi artis sombong itu.
"Kenapa, Non?!"
"Tolong usir cowok dekil dan kampungan ini dari
tempat duduknya! Gue mau duduk di sana!" jawab
Casandra.
Mahasiswa dan Mahasiwi di sana malah
mendukungnya dan ikut kesal melihat Achiel tidak mau
pindah.
"Heh lo! Pindah!! Lo kagak tahu siapa dia?!!" teriak
mahasiswa baru lain pada Achiel.
Achiel malah mengeluarkan buku di dalam tasnya lalu
meletakkannya di atas meja dengan santai. Dia tidak
peduli atas sikap orang-orang padanya di kelas itu.
"Maaf, Bung. Mendingan kamu cari tempat lain aja, toh
masih ada bangku kosong lain di kelas ini," ucap
Bodyguard si artis sombong itu padanya.
Achiel pun tidak menggubrisnya. Casandra malah
menepis buku yang dibaca Achiel hingga terlepas dari
tangannya dan terjatuh ke atas lantai. Achiel menahan
emosinya lalu berdiri sambil menatap Casandra tanpa
takut sama sekali.
"Mau lo artis, orang terkaya se Indonesa, atau anak
pejabat sekali pun, lo nggak ada hak buat ngusir gue di
tempat duduk yang duluan gue dudukin ini! Kecuali lo
mintanya dengan sopan, tentu gue bakal dengan senang
hati pindah secepatnya dari sini," tegas Achiel.
Casandra kian kesal melihat Achiel. Bodyguardnya pun
tampak kesal melihat ratunya di hina.
"Heh! Kampus ini jadi makin terkenal gara-gara gue!
kalo bukan kerena sering gue post di sosial media gue
yang followersnya jutaan itu, kampus ini nggak bakal
terkenal kayak sekarang!" teriak Casandra.
"Gue nggak pedulii!" teriak Achiel.
Casandra pun mengajak dua bodyguardnya itu keluar
dari ruang kelas itu. Achiel pun menarik napas berat lalu
menghembuskannya. Orang-orang di dalam kelas itu
menatap Achiel dengan kesal. Mereka ikut kesal melihat
artis idola mereka diperlakukan seperti itu olehnya. Tak
lama kemudian Casandra datang membawa kepala jurusan di kampus itu lalu berjalan mendekati Achiel yang kembali sibuk membaca. Achiel terkejut melihat kedatangan Kepala Jurusan yang sudah diketahuinya itu bersama Casandra.
"Ngapain dia bawa kepala jurusan segala?" tanya
Achiel dalam hatinya dengan heran.
