Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 04.

Bab 04.

Suara ketukan di pintu terdengar, Hi Shin menutup kitab yang dibacanya, ia kemudian berjalan ke depan untuk melihat siapa yang datang.

Pintu dibuka.

Tampak olehnya dua pemuda yang sebelumnya bersama tetua Wei Da yang datang ke kediaman tersebut.

“ Kalian, ada apa kemari?” tanya Hi Shin datar.

Keduanya tak menjawab, mereka menatap ke atas meja di mana makanan sebelumnya disajikan.

Melihat makanan di atas meja belum tersentuh, mereka pun saling menatap untuk beberapa saat.

Tak lama setelahnya, pemuda bernama Song He kemudian angkat bicara, “ Aku diperintahkan oleh Tetua untuk menemuinya di Aula belakang,” ujarnya dengan datar.

Hi Shin menatap Song He dan Qin Dong sejenak, setelah beberapa saat, ia pun menjawab. “ Baiklah!” jawabnya dengan datar.

Mereka pun pergi dari sana, Song He dan Qin Dong memimpin jalan untuk Hi Shin.

Hi Shin memperhatikan sepanjang jalan, jalan yang mereka lalui merupakan jalan setapak dengan kedua sisi diapit oleh hutan kecil.

Hi Shin merasa aneh dengan jalan yang mereka lalui, meski terlihat ada sebuah paviliun yang searah dengan jalan yang mereka ambil. Namun, perasaan dan instingnya merasa ada yang salah dengan ini.

“Apakah ini jalan yang benar?” tanya Hi Shin datar.

“Tentu saja, kenapa kau bertanya seperti itu? Apa kau lupa, kami adalah murid Akademi Bunga Emas ini?” jawab Song He dengan nada mencibir.

Hi Shin tak berkata lagi karena alasan yang mereka kemukakan adalah hal yang tidak bisa dibantahnya.

“Meski perkataan mereka benar tapi aku tidak bisa mengabaikan instingku, aku tetap harus hati-hati dengan mereka berdua!” batinnya.

Tak lama, mereka tiba di sebuah tebing di mana ada sebuah sungai mengalir di bawahnya.

Song He pun berkata, “ Disini adalah tempat di mana Putri Master Akademi terjatuh. Namun, rumor mengatakan jika ia tidak terjatuh tapi sengaja melompat ke sana.” 

Qin Dong menimpali, “ Apa kau tahu tentang immortal legendaris dari Benua Timur? Rumor mengatakan jika guru sang legenda berasal dari Akademi Bunga Emas ini, sayangnya ia mati bunuh diri dengan cara melompat ke pusaran air di bawah sana,” jelasnya yang membuat Hi Shin terkejut mendengarnya.

“Master dari Liu Xin? Bukankah itu Master Sun? Aku pernah mendengar cerita ini dari Liu Xin langsung, ternyata ini adalah tempatnya!” batin Hi Shin.

Ia pun berjalan ke tepi tebing untuk melihat tempat tersebut. Sesampainya di sana, ia melihat ke arah sungai yang ada di bawahnya, tampak olehnya ada pusaran air besar di area tersebut.

“Benar, ini seperti yang digambarkan Liu Xin pada saat itu!” batinnya.

Tanpa Hi Shin sadari, Song He dan Qin Dong menunjukan senyum jahatnya, keduanya saling melirik sejenak, setelahnya, keduanya kemudian bersama-sama memukul tepian tebing sehingga batuan yang menjadi pijakan Hi Shin retak.

Shin menoleh ke arah belakang, tampak kedua pemuda tersebut menunjukan senyum jahat padanya.

“Apa maksud kalian melakukan ini?” tanya Shin dengan datar.

“Orang yang akan mati jangan terlalu banyak bertanya! Salahkan saja kesialan dirimu karena datang ke tempat yang salah!” seru Song He dengan angkuh.

“Aku akan berbaik hati padamu untuk memberitahukannya, ini kulakukan agar kau tidak menjadi arwah penasaran,” 

“Kudengar kau akan diberikan hadiah yang bagus karena telah menyelamatkan Putri dari Master Akademi dan kau akan menjadi tunangannya. Tentunya hal itu tidak akan kami biarkan terjadi!” serunya dengan nada penuh ejekan.

Hi Shin akan berkata. Namun, batuan tebing yang dipijaknya telah terbelah sehingga dirinya pun terjatuh dari tempat tersebut.

Shin tercebur ke sungai, pusaran air yang menjadi tempat jatuhnya segera menyeretnya ke dalam pusaran tersebut.

“Sial, sepandai-pandainya aku berenang pasti tidak akan bisa keluar dari pusaran air ini!” batinnya.

Ia berpikir cepat karena ia harus berpacu dengan waktu sebelum ia kehabisan nafas.

Mengambil resiko, sebuah ide terbesit di kepalanya.

Ia menyelam, dari sana ia mengikuti arah pusaran untuk menuju ke tengah pusaran yang ada.

Tentunya ia melakukan itu berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

Ia terhisap lebih dalam ke dalam sungai, meski begitu, ia tetap yakin atas apa yang dilakukannya.

“Sudah kuduga!” batinnya saat menatap ke pusat pusaran.

Tampak ada sebuah lubang besar di dasar sungai yang menjadi sumber pusaran.

Saat tubuhnya mendekati pusat pusaran segera ia terhisap ke dalamnya.

Kesadarannya perlahan menghilang karena ia menahan nafas terlalu lama, meski begitu tidak ada penyesalan di dirinya karena ia tahu jika pusaran itu akan membawanya ke satu tempat yang akan membuatnya selamat.

Dua batang dupa berlalu.

Uhuk uhuk!

Hi Shin bangun dari ketidak sadarannya, ia terbatuk dan memuntahkan air yang masuk kedalam paru parunya. Setelah ia bisa bernafas dengan baik ia pun membaringkan tubuhnya untuk menenangkan dirinya.

Matanya menatap ke arah atas, tampak batuan tajam menempel di dinding batu yang gelap.Baru setelahnya ia tertegun, ia baru menyadari jika ia berada di sebuah tempat asing.

“ Aku berada dimana?” Ujarnya sambil menatap sekelilingnya.

Pikirannya kembali pada saat kejadian sebelumnya, ia teringat jika dirinya menyelam ke dasar sungai untuk menghindari tenggelam dalam pusaran.

Hal itu membuatnya terbawa deras air sungai dan akhirnya kehilangan kesadaran diri karena arus bawah sungai menariknya.

Hi Shin kemudian menatap sekelilingnya, ia meyakini jika dirinya kini berada di dalam sebuah gua kecil, dari sana ia bangkit dari posisinya, dengan penerangan yang sedikit membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas. Ia kemudian  berjalan perlahan sambil tangannya meraba raba sekitarnya.

Hi Shin terkejut ketika tangannya menyentuh sesuatu, apa yang disentuhnya sangat familiar di pikirannya. Segera ia mengarahkan tangannya ke arah lain, kembali tangannya menyentuh sesuatu yang dikenalnya.

Ia pun segera bergerak kembali, kali ini ia membawa benda yang disentuhnya yang merupakan batu api lalu setelahnya ia meraba raba permukaan tanah untuk mencari rumput dan kayu kering yang ada disana.

Crash … Crash ….

Huuuf

Batu api yang digesekan diantara rumput kering dan ranting itu menimbulkan titik api, segera Hi Shin meniup rumput kering yang terbakar itu agar api membesar.

Hi Shin tersenyum lebar saat api mulai membesar, segera ia menambahkan banyak ranting untuk membuat api menjadi besar. Api mulai menerangi isi gua sekaligus menghangatkan tubuhnya yang kedinginan, sambil menghangatkan tubuhnya dirinya menatap ke sekelilingnya.

Hi Shin terkejut, dirinya mundur kebelakang sambil merangkak, bagaimana tidak? Apa yang disentuhnya  pertama kali ternyata sesuai dengan dugaannya.

Apa yang disentuhnya ternyata kerangka manusia yang hanya menyisakan tulang belulang saja, tampak tengkorak tersebut masih mengenakan pakaian dan duduk bersandar di salah satu dinding gua.

Hi Shin kemudian berusaha menenangkan dirinya, matanya menatap kembali ke arah lain untuk melihat situasinya.

Banyak perabotan kayu rusak di dalam tempat tersebut, dari apa yang dilihatnya Hi Shin menduga barang barang yang ada di gua kecil  tersebut merupakan barang yang terbawa air sungai.

“Sebenarnya aku berada dimana? Dan ini … tampaknya tempat ini berada di bawah sungai, aku pernah membaca jika kadang ada gua terbentuk dibawah sungai.” Ujarnya bermonolog.

Hi Shin kemudian berjalan ke arah tengkorak yang ada di depannya, ia memberikan penghormatan dengan cara bersujud tiga kali sebelum berkata.

“ Tuan, sepertinya kau adalah pemilik tempat ini, karena kau sudah tiada maka aku mohon izin untuk menggunakan tempat dan barang barang yang ada untuk aku gunakan.”

“Sebagai ucapan terima kasihku aku akan menguburkan kerangkamu dengan layak.” ujarnya diakhiri dengan melakukan sujud terakhir pada kerangka tersebut.

Hi Shin terkejut saat dahinya menyentuh tanah, ia merasakan permukaan tanah gua tersebut berbeda, tidak keras dan terasa seperti kayu yang lapuk.

Dari sana ia kemudian segera menggali area tempatnya bersujud dengan kedua tangannya, setelah beberapa saat akhirnya ia menemukan sebuah peti kayu yang terkubur di dalamnya.

Hi Shin membuka kotak kayu berukuran satu kali  tiga meter itu dengan perlahan, di pikirannya kotak kayu tersebut tampak seperti peti mayat sehingga ia berpikir kemungkinan ada kerangka lagi di dalamnya.

Peti tersebut ia buka, tampak ada ketegangan di wajahnya saat membuka peti tersebut. 

Matanya membulat saat dugaannya ternyata benar adanya, tampak seperempat isi peti tersebut adalah kerangka manusia yang disusun dengan rapi, sedangkan sisanya berisikan tumpukan kitab dan gulungan surat. 

Kitab dan gulungan surat itu terlihat usang dan sebagian rapuh namun masih terjaga dan bisa digunakan.

Tanpa ragu dia memindahkan semua kitab, gulungan dan benda yang ada di dalam peti ke atas sebuah meja yang ada di sisi gua, setelahnya ia kemudian memindahkan kerangka yang duduk bersandar di dinding gua dan memindahkannya ke dalam peti, baru dari sana ia menutup peti kembali dan menguburnya.

Sambil menghangatkan tubuh dan mengeringkan pakaiannya yang basah ia mulai membaca satu persatu kitab yang ditemukannya, senyum tersungging di wajahnya saat membaca salah satu kitab yang ada, bagaimana tidak? Isinya merupakan resep pembuatan ramuan, pil dan teknik pengobatan.

“ Luar biasa, isi dari kitab ini sejalan dengan apa yang kupikirkan! Sepertinya orang yang menulis kitab ini mengetahui banyak mengenai pengobatan dan anatomi tubuh manusia!” ujarnya sumringah.

Ia kemudian mengambil kitab lainnya, tampak kitab yang diambilnya sangat lusuh dan telah rusak di bagian sampulnya.

“Ini … bukankah ini kitab pelatihan tenaga dalam yang telah lama hilang? Benar - benar keberuntungan dari langit!” seru Shin dengan sumringah.  

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel