Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 3 CEWEK BERBAJU MERAH

Jalan yang membelah gedung induk kampus terlihat lenggang. Hanya sedikit mahasiswa yang terlihat berlalu-lalang. Kadang terdengar suara jerit teriakan, kemudian disusul suara tawa berderai yang berasal dari salah satu sudut bangunan rektorat.

Disana ada sekelompok mahasiswa-mahasiswi yang lagi asyik bercengkerama sambil bersenda-gurau.

Setelah membalas sapa temen-temennya walau hanya sekedar say hallo ataupun lambaian tangan, Langga pun melanjutkan langkah kakinya yang gontai tertutup sneakers merah menuju ke perpustakaan.

Dia berjalan membelah taman kampus yang cukup rindang dengan pohon-pohon yang berdiri gagah seakan menantang pancaran cahaya sinar matahari, untuk melindungi siapa saja yang berteduh dibawah rindangnya sang pohon.

Bunga-bunga yang mekar elok penuh warna dari tanaman hias pun bener-bener memukau siapa saja yang melihatnya. Angin yang berhembus lumayan kencang, mampu menerbangkan daun-daun pohon yang telah menguning dan kering. Mereka tersapu terbang jauh oleh Sang Bayu.

Hmm.. Hari yang indah bagi jiwa yang sepi..

***

Setelah sesampainya di perpustakaan kampus tercinta, Langga segera menuju ke tempat rak buku, untuk mencari sebuah buku referensi yang ingin di bacanya. Ketika sedang asyik memilih buku, Langga pun tidak sengaja menyenggol sejumlah tumpukan buku, dan ...

"BRAAKK!!"

Suaranya terdengar sangat keras di dalam ruang perpustakaan yang hening, sehingga sejumlah orang yang sedang asyik membaca atau menulis pun tersentak kaget.

"Jangan berisik ahh!"

"Huu.. Rese kamu bikin kaget aja!!"

"Ati-ati dong!"

"Sssstttt!!!"

Dan berbagai kecaman langsung menyerang sosok Langga dari segala arah delapan penjuru mata angin. Tak terkecuali kedua gadis yang langsung berbisik-bisik sambil melirik Langga yang tampak sibuk merapikan kembali buku-buku yang berserakan.

Langga tau jelas, kalo dirinya sedang digunjingkan oleh kedua gadis yang duduk didekat kaca jendela. Langga menatap kedua gadis itu.

"Wuih, cewek yang berbaju merah cantik bangeett. Anggun, Rambut lurus berkilau sepertengahan punggung, wajahnya berkulit putih cerah, matanya bening, hidungnya bangir, bibir mungil yang tipis kemerahan, dan.. daan.. Amboi, lesung pipit itu duhai menawan, dan....." gumam dalam hati Langga pun buyar, ketika terdengar suara dehem dari mulut mungil cewek baju merah itu, dan pelototan mata beningnya.

"Ehemm! Ehemm!! Apa genderuwo boleh masuk di perpustakaan ini ya, Res?" gumam cewek berbaju merah menyindir dengan suara agak keras biar terdengar oleh Langga.

"Ga tau nih, mungkin iya dan mungkin juga tidak ..." jawab temennya dengan mengangkat kedua bahu.

"Soalnya ada yang serem gitu.. Hiii" imbuh cewek berbaju merah sesekali melirik kearah Langga dan sesekali pula pandangan mata mereka berdua ketemu.

"Aseem! Aku dibilang kaya genderuwo, kurang ajar. Tapi gapapa lah, yang bilangkan cewek cakep." kata Langga dalam hati.

"Ssstt! Ssttt!! Liat Res, liat ... Dia garuk-garuk kepala tuuh. Pasti dapetnya kecoak yaa. Hihihi.." cewek berbaju merah dan temennya itu terus aja usil menggunjing Langga sambil terkikik, karena mengetahui Langga lagi menggaruk kulit kepala yang sebenarnya tidak gatal, melainkan lagi buntu memikirkan satu mata kuliah yang ga lulus-lulus.

Padahal Langga yakin kalo mampu mengerjakan ujian maupun kuis. Ditambah persoalan dengan Karen yang semakin membikin otaknya kram.

Langga jelas keki disindir oleh kedua cewek kampus itu. Tiba-tiba, berlagak seolah sedang membaca buku yang dipegangnya, Langga pun menyeletuk.

"Hmm.. Ternyata ada teori yang menyatakan, jika ada seseorang yang suka menggunjing orang lain, dan itu menjadikan sebuah kepuasan atau kesenangan sesaat dari orang yang menggunjing orang lain tersebut, maka seseorang itu dikategorikan berjiwa sakit secara psikologi ..."

"Hahaha.. kena kan kamu ..." ucap Lannga dalam hati sambil tertawa puas, kemudian melirik kearah mereka berdua.

Cewek berbaju merah tampak kaget dan terbengong mendengar seloroh Lannga. Temannya cuma terkikik sambil menyikutkan sikunya kearah rusuk cewek berbaju merah.

"Makanya gasah aneh-aneh kamu ... Meskipun gondrong dan berpenampilan metal tapi ternyata smart juga orangnya. Hmm.. Ganteng juga lho, Fauzi mah jauuh... Hihihi", ujar temen si cewek berbaju merah sambil melirik menggoda.

"Apaan sih kamu ... Huuu!"

Sementara itu, Langga terlihat berpikir serius.

"Mmm.. Aku harus menulis berbagai planning, harus ngapain aja dalam menghadapi the killer lecture itu. Masak cuma gara-gara mata kuliahnya, aku gagal meraih gelar kesarjanaan?? Hmm ... Kemudian aku juga harus bikin tulisan mengenai rencana-rencana impian aku. Oke, Siip!!" gumam Langga pelan tapi bersemangat.

Langga mengambil kertas dan bollpoint. Dia menulis angka 1 di kertas. "Sret" kok ga keluar? Dicobanya lagi menulis. "Srett" waduh masih ga keluar juga. Sekali lagi dicoba menggoreskan bollpoint nya,"Shrett" tetep aja ga keluar tintanya alias macet.

"Aaaah!!! Sial! Pake acara macet segala. Baru mau menulis rencana impian menuju kesuksesan aja udah terhambat, gimana menjalaninya??.. Huuft!!" rutuk Langga kesal.

Tiba-tiba aja Langga teringat dengan makhluk cakep yang tadi selalu menyindirnya. Langga pun berjalan kearah dua gadis itu.

"Maaf, boleh pinjem bollpoint nya? Sebentar kok." ucap Langga ramah.

"Ehh.. Mmhh.. g.gimana yaah.. emhh ..." cewek berbaju merah terlihat gugup dan grogi dipandang oleh mata elang Erlangga.

"Udah pinjemin ajaa gapapa ... Tapi jangan lama-lama ya mas!" ucap si temen cewek berbaju merah pada Langga seraya menyerahkan bollpoint.

Si cewek berbaju merah cuma terbengong, ketika temennya merebut bollpoint parker yang sedang dipegangnya, dan segera di pinjamkan kepada cowok ganteng berambut dreadlock itu.

"Makasih yaa, tenang aja aman kok ... Hehehe" kata Langga ramah sambil menebarkan ranjau senyuman mautnya.

Langga kembali duduk di kursi panjang yang saling berhadapan dengan kedua gadis yang duduk di depannya. Dia mulai menggoreskan bollpoint diatas kertas.

Cukup lama juga Langga sibuk menguas dan menggores kan tinta bollpoint parker itu. Kadang tersenyum sendiri, tapi kadang juga alisnya berkerut tajam berpikir serius, terus terdiam sesaat, udah gitu tiba-tiba langsung garuk-garuk kepala, kemudian melanjutkan lagi aktifitasnya yang kalo orang lain melihatnya pasti akan tersenyum simpul oleh tingkahnya.

"Balik yuuk, udah siang nih..", ajak gadis berbaju merah.

"Bollpoint kamu gimana?"

"Kamu ambil dong, kan kamu yang minjemin ..."

"Tapi kan punya kamu ..." Kata temannya.

"Yeee, ga bisa gitu kali, orang kamu tadi yang langsung ngerebut bollpoint dari tangan kok kok!" sahut cewek berbaju merah dengan galak.

"Iyaa-iyaaa, tapi aku takut mintanya. Liat, dia senyum-senyum sendiri kan? Jangan-jangan, gila nya kumat. Hii ..."

"Aah sialan kamu, kalo gitu kita samperin aja berdua ..."

***

Langga pun memandang hasil coretan pada kertasnya, dan kemudian menepuk jidatnya sendiri.

"Bego!! Kok aku malah gambar sketsa wajah cantik cewek baju merah itu sih? Padahal kan mau bikin planning impian aku? Aah, ternyata ada hambatan kedua lagi deh." kata Langga dalam hati, kemudian dia melihat kedua cewek itu berjalan kearahnya dengan ragu-ragu.

Langga pun langsung tanggap dan menyerahkan bollpoint parker punya cewek baju merah seraya berujar.

"Makasih yaa, sorry lama. Eeh ni pada mau pulang? Bareng yuuk ..."

"Iya mau pulang. Ayok aja kalo mau barengan." sahut temen cewek berbaju merah.

Cewek cantik yang berkesan anggun itu terlihat selalu diam selama berjalan meninggalkan perpustakaan kampus. Langga pun asyik menyensorkan mata kearah tubuh semampai cewek berbaju merah.

"Gila jack! Kulit pinggangnya putih bangeett, depannya juga mantap lumayan nyembul meski bajunya ga ketat. Dahsyat man!!" batin Langga, demi melihat baju merah cewek cantik itu tersingkap dan memperlihatkan sedikit akan keelokannya.

Mereka bertiga berpisah di sebuah perempatan. Cewek berbaju merah belok kanan memasuki jalan kampung xxx, temennya jalan lurus, dan Langga sendiri belok kiri menuju rumah kost nya.

Bersambung ...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel