Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 3

Beberapa saat kemudian, mobil Alphard mengarahkan tujuannya ke Sudirman Central Business District. Gedung-gedung tinggi yang ia lihat dari kejauhan tadi. Ia tidak akan pernah bermimpi akan memiliki office di sini. Namun mimpi-mimpi itu terwujud begitu saja. Ia melihat mobil berhenti di Prosperty tower. Ini merupakan gedung yang sangat menakjubkan menurutnya.

“Tower ini akan menjadi kantor ibu Dista nanti. Soalnya pak Brian ngantornya di sini,” ucap pak Joko memberitahu.

“Ini saya akan antar ibu ke kost ibu terlebih dahulu, kost ibu ada dibelakang kantor ini. Tepatnya dibelakang tower ini. Kalau pergi kerja tinggal jalan kaki aja bu,” ucap pak Joko.

“Baik pak.”

Pak Joko melanjutkkan perjalanannya menuju kost eksklusif yang tidak jauh dari tower tempatnya bekerja. Mobil itu berhenti di depan lobby kost. Kost itu berdiri lima lantai khusus untuk karyawan. Pak Joko membuka hendel pintu, ia mengeluarkan koper Dista dari bagasi.

“Ini kost ibu Dista, dan ini kuncinya,” ucap pak Joko menyerahkan kunci itu kepada Dista.

Dista memandang cuaca cerah dan cenderung panas, ia melihat pak Joko mendekatinya. Pria itu tersenyum ramah. Ia mengambil kunci itu dari pak Joko.

“Kamar ibu di lantai dua, nomor 203. Kost itu memang sudah di pesan untuk ibu beberapa hari yang lalu. Penjaga kost udah dikasih tau kalau ibu datang hari ini.”

“Iya pak.”

“Oiya, pesan pak Brian nanti ibu di suruh datang ke kantor jam satu siang. Nanti ke tower tadi yang saya tunjukin ya bu, di depan.”

“Nanti ibu kalau udah nyampe gedung, minta arahin security ke ruangan pak Brian. Soalnya ibu belum ada kunci akses untuk masuk ke office bapak. Bapak sudah titip pesan security untuk antar ibu ke office nanti.”

“Baik pak, terima kasih penjelasannya.”

“Yaudah kalau begitu saya pamit ya bu, mau ke hotel lagi.”

“Iya pak, hati-hati di jalan.”

Dista menatap pak Joko meninggalkannya di depan lobby kost. Ia menatap penjaga kost tersenyum kepadanya.

“Ibu Dista ya, penghuni baru sini.”

“Iya pak.”

“Mari saya bantu angkat kopernya ke dalam, soalnya lumayan kalau naik tangga.”

“Terima kasih pak.”

Dista tidak menyangka bahwa ternyata warga Jakarta sangat ramah-ramah dan murah senyum. Dista melangkahkan kakinya menuju tangga, ia naik ke atas mengikuti penjaga kost itu. Mereka melewati koridor kamar. Kost ini sangat bersih dan tempatnya bagus, di sini juga terdapat kolam di lantai dasar. Lebih mirip hotel menurutnya.

Pria itu berhenti di kamar nomor 203, dia tersenyum ramah kepada Dista, “Ini kamar ibu.”

“Terima kasih pak.”

“Iya sama-sama bu.”

Dista menempelkan kunci akses di depan daun pintu. Kunci kamar terbuka ia membuka hendel pintu. ia mengedarkan pandangannya kesegala penjuru ruangan kamar yang di dominasi warna putih. Tempat tidur berukuran queen size berdiri dengan anggunnya di sana. Kamar kost ini tidak terlalu besar namun cukup untuk dirinya.

Kamar ini lebih bagus dari pada kamarnya di rumah. Pertama ia masuk di sambut dengan kamar mandi, ia membuka kamar mandi shower yang dilengkapi dengaan pemanas. Jendela berkuran besar sebagai sirkulasi udara yang baik. Horden berwarna coklat keemasan dan cermin berukuran besar berada di dinding. Dan tidak lupa ada TV flat yang menempel di dinding dan Ac LG yang super dingin.

Secara keseluruhan ia puas dengan kamar kost ini. Ia meletakan kopernya di dekat lemari. Ia membuka kopernya dan menyusun pakaiannya. Dista juga menggantung jasnya. Ia menyun rok pensilnya dan blouse chiffonnya. Hampir semua pakaian yang ia bawa adalah pakaian kerja. Ia juga meletakan beberapa g-string dan bra nya.

Biasa ia di Bali terbiasa di pantai menggunakan bikini, namun di Jakarta ia mungkin tidak menggunakan ini lagi. Suara ponselnya bergetar, Dista mengambil ponsel di nakas.

“Mama Calling.”

Dista menggeser tombol hijau pada layar, ia lalu meletakan ponsel itu ditelinga kirinya,

“Iya halo ma.”

“Kamu udah nyampe Jakarta Dis?” Tanya mama.

Dista tersenyum, “Iya udah ma, ini baru nyampe kost.”

“Gimana di sana?”

“Kostnya bagus, mirip hotel. Terus di deket kost Dista depannya tower tempat kerja Dista. Kayaknya memang sengaja dicariinn yang paling deket.”

“Syukurlah kalau begitu,” mama Dista bersyukur bahwa anaknya tiba dengan selamat.

“Mama cuma ingatin, jangan lupa Minggu ibadah.”

“Iya mama.”

“Yaudah kamu istirahat dan jaga kesehatan.”

“Iya mama, salam buat papa.”

Sambungan telfonpun terputus begitu saja. Dista mengelurkan pelengkapan make up nya dan ia susun di meja dekat keca. Ia juga menaruh perlengkapan mandinya di dekat wastafel. Setelah semuanya tersusun rapi. Dista menggantung handuknya di drawer kamar mandi.

Dista puas dengan kamar ini, ia tidak menyangka bahwa ia diberikan fasilitas mewah. Untung saja kemarin ia menerima tawaran dari ibu Mega. Jika tidak ia akan menyesal nantinya. Dista membaringkan tubuhnya di sisi tempat tidur, ia memuka jam tangannya dan ia melirik jam analog itu menunjukan pukul 10.10 menit. Ia punya waktu 2 jam lebih untuk istirhat sebelum ke kanto. Ia perlu tidur sebentar agar ia fresh bertemu dengan pak Brian.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel