Pustaka
Bahasa Indonesia

SAMA-SAMA SELINGKUH

41.0K · Tamat
Ayu Wandira
44
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

21+ AREA DEWASA DI BAWAH UMUR MENYINGKIR (NOVEL INI SUDAH TAMAT) Sementara Dista membiarkan Brian melakukannya tanpa protes, ia seperti gadis binal yang haus akan belaian pria. Harusnya ia menendang tubuh Brian agar pria itu menjauh darinya, namun ia tak kuasa. Pikiran dan hatinya tidak sejalan, justru ia menikmati sentuhan Brian. Ia merasakan bibir Brian menghisap lehernya lalu turun ke dada. Tangan Brian mengangkat tubuhnya dan mendudukannya di atas meja. Sementara roknya sudah tersingkap ke atas, ia memandang tatapan Brian, pria itu lalu memangut bibirnya. Awalnya kecupan itu sangat lembut dan dalam, lalu lama kelamaan kecupan itu ritmenya semakin cepat. Sementara tangan Brian semakin aktif menyentuhnya. Sentuhan itu membuat Dista semakin gila. Tangan Brian aktif masuk dan menelusup ke rok spanya. Dista melenguh, tubuhnya berdenyut dan bergetar.

RomansaMetropolitanPresdirBillionaireTuan MudaLove after MarriageCinta Pada Pandangan PertamaPernikahanMemanjakan

BAB 1

***

Kringgg …. Kringg .

“Dista, intercom lo bunyi tuh,” ucap Melanie, kepada Dista yang baru masuk dari ruangan marketing.

Dista lalu menoleh dan bergegas ke kubikelnya. Ia lalu mengangkat intercom itu.

“Iya halo,” ucap Dista.

“Pradista, saya ibu Mega. Tolong ke ruangan saya ya. Ada yang mau saya kasihkan untuk kamu,” ucap ibu Mega di balik speker intercom.

“Baik bu,” Dista lalu menutup interkomnya.

Dista bersandar di kursi, ia melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 10.10 menit.

“Dari siapa?” Tanya Melanie, ia memandang Dista mengenakan rok pensil berwarna hitam dan blouse chiffon berwarna nude, wanita tercantik di backoffice.

“Dari bu Mega.”

“Di suruh ke ruangan HR?” Melani memasukan snack Lays ke dalam mulutnya.

“Iya.”

“Gue ke sana dulu ya,” Dista merapikan rambutnya.

“Oke.”

Jujur ini tidak biasanya bu Mega menyuruh ke ruangannya. Ibu Meda adalah manager HR di Sheraton Bali Kuta. Semenjak kerja di hotel selama dua tahun ia menjabat sebagai accounting, ia tidak pernah sekalipun berhubungan dengan HR kecuali pengambilan ATK di ruang admin HR dan tanda tangan kontrak. Lagi pula ia jarang sekali bertemu dengan ibu Mega, karena mungkin office nya berbeda dan jaraknya juga cukup jauh.

Setiap divisi memiliki manager tersendiri. Bisa dikatakan bahwa divisinya adalah back office tersibuk dibanding yang lainnya. Manager accounting yang selalu kehabisan budget dan selalu ngomel-ngomel karena uang tidak turun dari pusat. Anak marketing yang sibuk dengan gethringnya namun dana tidak tercukupi. Anak F&B yang sibuk dengan weddingnya yang gila-gilaan dan tamu-tamu di restorn seakan tidak berhenti untuk dikasih makan. Apalagi chef selalu marah-marah karena kelalaian commis.

Sedangkan manager hotel selalu mengatakan “Saya tidak mau tau, semua harus beres.” Belum lagi para staff yang mencari muka di depan GM. Sekretaris GM yang koar-koar sok sibuk, padahal hanya menjadi kacung GM, pekerjaanya mengandalkan admin. Gosipnya sekretaris GM bermain dengan GM demi jabatan. Apalagi anak house keeping yang saling sikut-sikutan karena dimarahi oleh executive house keeping, karena room tidak bersih.

Dista merapikan berkas-berkas laporannya di meja yang berantakan. Ia menaruh berkas itu di laci dan mengklip kwitansi yang sudah ia imput ke system. Dista juga menaruh map kosong di laci, ia melihat mejanya sudah rapi. Setelah itu ia beranjak dari kursinya.

“Kamu mau ke mana Dis?” Tanya Ben, membawa laporan untuk Dista.

“Mau ke ruang bu Mega. Kamu mau anter laporan?” Tanya Dista ia melihat Ben membawa berkas seperti biasa.

“Iya.”

“Tanda tangan kontrak?”

“Enggak, baru bulan kemarin tanda tangan kontrak. Ya kali tanda tangan lagi,” ucap Dista mencoba mengingat, itu juga ia tanda tangan kontrak di ruang admin HR.

“Oiya Ben, letakin aja laporan kamu di meja saya, buru-buru soalnya.”

“Oke.”

***

Ben menatap Dista dari kejauhan dan yang masuk ke dalam lift. Dista memencet tombol 1 pada tombol . Beberapa detik kemudian lift membawa Dista ke lantai dasar. Dista melangkah melewati lobby, ia menatap beberapa tamu sedang menunggu di sofa.

Dista meneruskan langkahnya menuju ruang bu Mega yang letakknya di koridor dekat ballroom. Dista memandang pintu kaca yang tertutupi oleh gorden berwarna putih. Inilah ruangan bu Mega. Dista memberanikan diri mengetuk pintu.

“Masuk,” ucap suara wanita dibalik ruangan.

Dista membuka pintu yang tidak terkunci, ia mengedarkan pandangannya kesegala penjuru ruangan yang di dominasi warna cream. Dista memandang lukisan bergambar gadis Bali berukuran setinggi manusia. Di lemari kaca tersusun foto-foto sang pemilik hotel bersama para staff. Ruangan ini sangat rapi menurutnya. Berbeda sekali dengan kubikel karyawan dengan setumpuk pekerjaanya.

“Hai Dista,” ucap ibu Mega, menyadari Dista datang ke ruangannya.

Dista tersenyum lalu mengikuti langkah ibu Mega. Ibu Mega membalas balik senyuman itu.

“Silahkan duduk Dis,” Ibu Mega mempersilahkan Dista duduk di kursi kosong.

“Baik bu,” Dista duduk dengan tenang.

Mereka saling berpandangan beberapa detik, Dista menatap ibu Mega tersenyum lagi kepadanya. Jujur ia tidak tahu arti senyum itu.

“Ada apa ibu manggil saya?” Tanya Dista tenang.

“Begini Dis, saya rekomendasikan kamu untuk di mutasi ke Jakarta.”

Dista mengerutkan dahi, “Mutasi bu?”

“Iya.”

“Saya ada masalah apa bu?”

“Enggak ada masalah apa-apa. Masalahnya cuma ada di kantor pusat,” ucap ibu Mega.

“Terus, apa hubungannya dengan saya bu?”

Sejarah hidupnya selama ia bekerja di sini, ia tidak pernah tahu tentang urusan kantor pusat. Ia juga tidak pernah mengenal orang-orang di sana. Ia hanya sebagian karyawan kecil yang mengais rejeki di sini. Ia tidak tahu apa hubungan dirinya dan di kantor pusat.

“Kamu sudah dua tahun bekerja di sini, dan ini untuk kamu,” ucap ibu Mega menyerahkan amplop berwarna coklat kepada Dista.

“Ini apa bu?”

“Ini sudah promosi jabatan untuk kamu. Kamu sebagai kandidat terbaik dari hotel ini untuk di promosikan naik jabatan di Jakarta.”

“Beneran untuk saya bu?”

“Iya untuk kamu. Coba kamu baca.”

“Baik bu.”

Dista lalu membuka amplop itu dan ia lalu membacaranya.

SURAT KEPUTUSAN

NO. 001/SPJS/III/2021

Tentang : Promosi Jabatan Sementara

Menimbang : Dalam rangka menindaklanjuti pengganti sekretaris Presiden Direktur/ Chief Executive Officer, maka diperlukan pengganti sementara untuk melaksanakan tugas beliau.

Mengingat :

1. Adanya posisi jabatan yang diperlukan perusahaan.

2. Sistem dan manajemen perusahaan.

Menetapkan : Karyawan di bawah ini :

Nama : Pradista

Nomor Induk Karyawan : 11203

Jabatan : Staf Accounting

Departemen : Accounting

Dipromosikan dengan posisi sementara sebagai berikut :

Jabatan : Sekretaris Presiden Direktur/ Chief Executive Officer

Efektif kerja tanggal 1 Mei 2021

Demikian keputusan ini dibuat untuk dilaksanakan dengan baik dan dapat ditinjau kembali jika diperlukan.

Denpasar, 26 April 2021

Dista tidak percaya apa yang dibacanya. Ia menatap lagi bu Mega, “Kok mendadak bu,” ia sebenarnya tidak terima atas hasil naik jabatan sementara ini tanpa memberitahunya terlebih dahulu.