BAB. 8 LICIK
Runa duduk di tepi ranjang, merenungi pembicaraannya dengan Chad tadi.
"Jadi dia yang menculikku, dengan motif cemburu. Dia pikir, Tuan Alan jatuh cinta padaku. Dia pikir, Tuan Alan ingin berpisah darinya karena aku. Dan, dia juga sudah menuduh aku mencoba mempengaruhi keluarganya. Ya Tuhan ...."
Runa menggelengkan kepalanya. Ia tidak pernah membayangkan, keputusannya menerima tawaran untuk menyewakan rahimnya akan berakhir seperti ini jadinya.
"Bagaimana dengan Tuan Alan? Dia pasti sudah pulang. Dia pasti mencariku. Apa nanti yang akan dilakukan Tuan Chad kepadaku? Bagaimana adikku? Semoga Jerry tidak menceritakan apa yang terjadi pada Reina. Semoga aku bisa kembali secepatnya."
Terdengar pintu diketuk.
Lalu muncul Beatrix, dan Elisa di ambang pintu. Beatrix membawa sebuah kotak besar yang ia letakan di atas ranjang.
"Malam ini Nona harus turun ke lantai bawah, untuk makan malam bersama keluarga di rumah ini," tutur Elisa yang sudah berdiri di hadapan Runa.
"Aku makan malam?"
"Iya, Nona. Di dalam kotak itu ada gaun yang diberikan Nyonya Kate untuk Nona."
Kepala Runa menggeleng.
"Untuk apa? Aku ...."
"Tolong turuti saja keinginan Nyonya Kate, Nona. Kalau tidak, kami semua akan kena percikan amarahnya."
"Ooh ... Mommy Candy sangat pemarah ya?"
"Ya, tapi beliau juga sangat baik. Hak kami sebagai pekerja tidak pernah diabaikan."
"Ooh ...."
"Jam tujuh nanti kami kembali lagi, untuk membantu anda bersiap, Nona."
"Terima kasih, Beatrix, Elisa ...."
"Sama-sama, Nyonya. Kami permisi."
Kedua pelayannya sudah pergi. Runa kembali memikirkan tentang adiknya. Tentang Alan, dan keluarganya. Tentang kemarahan Chad padanya. Tentang kehilangan bayinya yang terasa menyesakan dada.
Runa menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Rasa sayang pada janin yang tumbuh dirahimnya sudah mulai ia rasa. Tapi, akhirnya ia harus merasakan kehilangan.
"Semua kesalahanku. Karena aku apa yang seharusnya berjalan sesuai rencana harus gagal jadinya. Tuhan, ampuni aku ...."
***
Runa sudah duduk di ruang makan yang sangat besar. Beberapa hari sudah ia tinggal di sini, baru kali ini ia turun dari lantai atas. Ingin menganggap dirinya sebagai tawanan, karena tidak boleh kemana-mana, tidak bisa menghubungi keluarganya, tapi ia diperlakukan dengan sangat baik. Ada dua pelayan yang siap melayaninya, makanan yang dihidangkan selalu istimewa, pakaian yang diberikan, selalu bagus bahan, dan modelnya. Runa jadi bingung sendiri akan posisinya di rumah itu.
"Chad sudah kembali ke kota. Harusnya dia ada di sini," gerutu Kate.
"Dia itu bukan pengangguran, Honey. Banyak pekerjaan yang harus dia lakukan."
"Ya, kalau dia sibuk bekerja itu bagus, Daddy. Kalau dia ke club tempat di mana ...."
"Honey ...."
"Daddy, usianya sudah tiga puluh lima tahun. Kapan lagi dia hidup normal seperti pria lainnya. Aku sangat menyayanginya, aku tidak ingin dia terus berada di sana. Kita harus menariknya ke luar, Daddy!"
"Tahan dulu marahmu, Kate. Kita makan dulu. Maaf ya, Runa. Mommy Chad ini orangnya terlalu berapi-api." Karen tersenyum pada Runa. Kepala Runa mengangguk sebagai balasannya.
"Apa kau merasa jauh lebih baik, Runa." Tanya Kate.
"Iya, Nyonya. Terima kasih."
"Ini Charles, Daddy Chad."
Runa mengangguk pada Charles, Charles membalas anggukan Runa. Menurut Runa, Chad sangat mirip dengan Daddy-nya.
"Silahkan menikmati makan malamnya, Runa. Maaf, kalau tadi dibuka dengan pertengkaran kecil." Charles melirik Kate yang tengah bicara dengan asisten rumah tangga yang menuangkan minum untuknya.
Runa yang bingung harus berkata apa, hanya tersenyum saja.
Menikmati makanan nikmat seperti ini, Runa jadi teringat adiknya. Reina tentu tidak akan kekurangan makan. Tapi, tentu dia belum pernah memakan makanan seperti yang sekarang ia makan. Runa berusaha menahan air matanya. Agar tidak menetes di pipi, dan terlihat oleh orang lain yang ada di sana.
"Setelah makan, banyak hal yang harus kita bicarakan, tepatnya banyak yang ingin aku tanyakan padamu, Runa."
"Baik, Nyonya."
"Honey, bagaimana dia bisa makan dengan tenang, kalau makan dengan beban pikiran akan apa yang ingin kau tanyakan."
"Maafkan aku ya, Runa. Aku memang sedikit tidak sabaran."
"Dia bohong, bukan hanya sedikit, tapi sangat tidak sabaran. Aku lambat melepas celana saja, dia langsung marah, dan langsung menerkam duluan."
"Daddy!" Mata Kate melotot gusar. Wajahnya terlihat merona. Charles, dan Karen tertawa. Runa menatap Charles dengan perasaan bingung, akan apa yang Charles ceritakan.
Kate, Karen, dan Charles menatap wajah bingung Runa. Tawa Karen, dan Charles kembali pecah, kali ini Kate ikut tertawa.
Runa duduk di sofa ruang kerja Charles bersama Kate, dan Karen.
"Kamu punya keluarga, Runa. Ya, meski Chad sudah bercerita, aku ingin mendengar dari mulutmu sendiri," tanya Kate tanpa basa basi lagi.
"Iya, Nyonya. Aku punya seorang adik, Reina namanya. Dia sedang sakit. Dialah alasanku menerima tawaran Tuan Chad, dan Tuan Alan."
"Di mana dia sekarang?"
"Dia tinggal bersama Nyonya Jacklyn, Mommy Jerry, supir pribadi Tuan Alan."
"Dia masih dalam masa pengobatan?"
"Iya."
"Aku ingin menawarkan suatu kerjasama padamu, Runa. Tepatnya, kami."
"Kerjasama apa, Nyonya?" Runa menatap Kate, ia tidak mengerti kerjasama macam apa yang ingin ditawarkan Kate kepadanya.
"Pertama, kami ingin kamu bersedia menikah dengan Chad."
"Apa?" Mata Runa membesar, ia merasa sudah salah dengar.
"Chad menculikmu, karena dia tidak ingin kau menikah dengan Alan. Dia cemburu, dia marah karena Alan memutuskan hubungan dengannya."
"Itu artinya Tuan Chad membenci saya, Nyonya."
"Kalau dia ingin, kau tidak menikah dengan Alan. Maka dia harus menikahimu. Kami sangat berharap, kau bisa membuat Chad normal lagi. Tentu saja, ada imbalannya bagimu. Kami akan menjemput adikmu. Kami akan membawanya ke rumah sakit terbaik."
Runa masih terlihat bingung.
"Satu lagi, setelah kalian menikah. Kau harus ke kantor Polisi untuk memberikan pernyataan, kalau kau tidak diculik. Tapi, memang sengaja ikut dengan Chad. Untuk menghindari orang yang ingin berbuat jahat padamu."
"Berbuat jahat padaku? Maaf, Nyonya, saya semakin bingung saja." Runa menatap Kate dengan kerutan dalam di keningnya.
"Ya Tuhan. Apa kau terlalu polos, Runa? Ooh ... tentu saja kau terlalu polos. Apa kau tidak berpikir kalau itu bukan kecelakaan. Apa tidak terpikir olehmu kalau itu sebuah skenario!?"
"Jangan bicara dengan nada keras seperti itu padanya, Honey. Tidak semua orang terbiasa dengan nada bicaramu yang seperti ingin makan orang begitu," tegur Charles, mengingatkan istrinya.
Karen tertawa dengan suara nyaring.
"Kau jangan cemas, Runa. Kalau dia bicara dengan suara keras begitu pada seseorang, itu tandanya dia sudah menyayangi orang itu."
Runa benar-benar dalam posisi, pikiran, dan perasaan yang tidak menentu. Ada rasa geli, ada rasa takut, dan juga rasa bingung yang mendominasi tentunya.
"Biar aku yang menjelaskannya, Kate."
"Jelaskan, Karen. Kau tahukan, aku ini sangat tidak sabaran."
"Itu benar sekali. Tapi, hal itu yang membuat aku tidak bisa jauh darimu, Honey. Satu hari tanpamu sangat menyiksa diriku."
"Ck, Daddy. Diamlah, biar Runa mengerti semuanya."
"Iya, Honey."
"Sudah selesai?" Tanya Karen pada Kate, dan Charles. Kedua orang itu menunjukan satu jempol mereka.
Karen beralih menatap Runa.
"Runa, kejadian di rumah Alan, itu kami pikir bukan sebuah kecelakaan. Itu hasil dari sebuah skenario. Kami rasa, Rony, dan Claire yang menyusunnya. Tapi, kita belum tahu, apakah Alma, dan Alda juga terlibat di dalamnya."
"Untuk apa mereka melakukan hal itu, Nyonya?"
Karen menghembuskan napasnya.
"Apa kau tidak melihat, dan merasakan kalau mereka tidak suka padamu?"
"Saya bisa merasakannya, Nyonya. Tapi, Tuan Alan menjamin kalau mereka tidak akan berani menyakiti saya secara fisik."
"Itu artinya, Alan tidak betul-betul mengenal keluarganya sendiri."
"Untuk apa mereka melakukan itu. Kata Tuan Alan, setelah menikah, kami tidak akan tinggal di rumah itu lagi."
"Ya Tuhan, Runa. Kau ini bodoh atau terlalu polos!" Kate menggaruk kepalanya, karena gemas dengan jawaban-jawaban Runa. Charles, dan Karen tidak bisa menahan tawa, sementara hati Runa terasa mengecil melihat Kate yang jengkel kepadanya.
"Runa, di dalam hidupmu, mungkin kau belum pernah bertemu dengan orang jahat, orang culas, orang dengki, atau orang tamak. Kedatanganmu ke dalam hidup Alan. Itu sebuah ancaman bagi keluarganya. Apa lagi kau mengandung anak Alan. Mereka takut, perhatian Alan hanya akan terfokus padamu, dan anakmu, lalu melupakan mereka." Charles berusaha menjelaskan perlahan.
"Pernikahan kami hanya sandiwara, Tuan. Untuk menutupi hubungan Tuan Alan, dengan Tuan Chad. Setelah saya melahirkan. Kami akan bercerai, itu yang Tuan Alan katakan pada saya."
"Apa kau tidak merasakan kalau Alan tertarik padamu, Runa?"
"Tertarik? Maksud Nyonya Karen, Tuan Alan jatuh cinta pada saya?"
"Iya, kalau dia tidak merasa tertarik padamu, tidak mungkin dia memutuskan hubungan dengan Chad!" Seru Kate.
"Maaf, Nyonya. Menurut apa yang dikatakan Tuan Alan pada saya, dia memang sudah lama ingin berubah menjadi pria yang sesungguhnya. Tapi, dia takut pada Tuan Chad. Tuan Chad itu menyeramkan ... eh, maksud saya ...."
Runa menggigit bibir bawahnya, merasa takut kena marah, karena sudah mencela Chad di depan keluarga Chad sendiri.
BERSAMBUNG
