BAB. 7 KARENAMU
Akhir pekan
Di ruang kerja Charles di lantai bawah, sedang terjadi ketegangan.
Kate, Karen, Chad, dan Charles, Daddy Chad ada di sana.
"Kau tidak bisa terus membiarkan dia berada di dalam situasi seperti ini, Chad. Kau harus mengantar dia pulang."
"Tidak, Mommy. Aku tidak ingin dia pergi dari sini, lalu Alan menemukannya."
"Chad, apa yang Alan katakan itu benar, kalian memang sudah waktunya berubah. Kau tahu yang kau lakukan salah, Chad. Tapi, kenapa kau terus melakukannya. Kembalikan Runa pada keluarganya, Chad," bujuk Charles, Daddy Chad.
"Tidak, Daddy. Alan tidak boleh menikahinya!"
"Kalau kau tidak ingin Alan menikahinya, kau saja yang menikahinya!" Seru Kate dengan nada kesal.
"Mommy, aku tidak suka wanita!" Sahut Chad juga dengan nada kesal. Ibu, dan anak tiri ini memang mempunyai hubungan yang unik. Mereka kerap berdebat, beradu pendapat, tapi tetap saling menyayangi, dan mencintai.
"Tapi, kau butuh seorang wanita untuk menggantikan Mommy mengurusmu, Chad. Kau perlu seorang wanita untuk mengandung keturunanmu. Cukup, Chad! Hentikan kegilaanmu ini!"
"Honey, yang kita bicarakan saat ini adalah tentang gadis itu, bukan tentang Chad."
"Daddy ... gadis itu ada hubungannya dengan Chad. Tentu saja membicarakan gadis itu artinya juga membicarakan Chad."
Charles menarik napas. Ia tak pernah menang berdebat dengan istrinya yang jauh lebih muda dua puluh tahun darinya. Saat ia menikahi Kate, usia Kate 25 tahun, usia Chad 15 tahun, dan usianya 45 tahun. Sekarang, usia Chad 35 tahun, Kate 45 tahun, usianya 65 tahun. Sedang Candy, adalah anak Charles, dan Kate.
"Daddy minta, kembalikan gadis itu pada keluarganya, Chad," mohon Charles.
"Tidak, Daddy. Alan tidak boleh memilikinya."
"Sudah Mommy katakan, kalau kau tidak mau Runa dimiliki Alan. Kau saja yang memiliki dia. Nikahi dia, bereskan!"
"Nanti dia bertengkar dengan Alan, Honey ...."
"Itu bagus, Daddy. Biarkan dia, dan Alan berpisah. Biar mereka bisa kembali pada kehidupan normal mereka lagi."
"Bagaimana dengan kasus penculikannya, Kate?" Tanya Karen yang sejak tadi hanya menyimak saja.
"Kita bisa bicara pada Runa. Minta dia bicara pada Polisi, kalau ini bukan kasus penculikan, tapi Runa sendiri yang menginginkannya."
"Aunty rasa, apa yang Mommymu katakan itu benar, Chad. Dengan menikahi Runa, kau akan mendapatkan dua keuntungan. Pertama, rasa marahmu pada Alan terbalaskan, karena Alan tidak bisa memiliki Runa. Kedua, kau bisa mulai belajar kembali menata perasaanmu, agar bisa menyukai wanita lagi. Runa itu tubuhnya seksi, Chad." Karen menarik turunkan kedua alisnya untuk menggoda Chad.
Karen sengaja bicara begitu, agar Chad terpancing, dan akhirnya menerima usul untuk menikahi Runa.
Di luar sana, Chad boleh saja terlihat dingin, dan garang. Tapi, di hadapan keluarganya, apa lagi bagi Kate. Chad tetaplah putranya. Meski Kate bukan ibu kandung Chad.
"Aku tidak suka wanita, Aunty!"
"Kau tidak suka, karena di dalam benakmu semua wanita itu sama. Kau tidak lihat Mommymu! Lihatlah, Mommymu itu cantik sekali. Kau sendiri tahu, banyak sekali pria yang menginginkan Mommymu menjadi istri. Bahkan ada Pangeran dari negeri seberang. Tapi, Mommymu memilih Daddymu. Duda yang lebih tua dua puluh tahun darinya, dan memiliki seorang putra yang sudah remaja. Cinta, dan kesetiaan itu ada, Chad."
"Mommy itu satu-satunya. Tidak akan ada lagi wanita seperti dia."
"Ada, Chad. Ada! Kau hanya belum melihatnya. Runa salah satunya."
"Mommy ...."
"Chad. Kau tahu betul, kalau penilaian Mommy terhadap seseorang jarang meleset. Mommy melihat keteduhan, kelembutan, dan ketulusan di mata Runa. Mommy yakin, dia gadis baik."
"Gadis baik tidak akan menyewakan rahimnya, dan mau tinggal satu atap dengan pria yang bukan siapa-siapanya, Mommy."
"Chad. Kau sendiri yang bercerita, kalau Runa bersedia melakukan itu demi pengobatan adiknya. Cobalah kau posisikan dirimu seperti dia. Kau juga pasti akan melakukan hal yang sama."
Chad menarik napas, lalu ia hembuskan dengan kuat.
"Aku lelah dengan perdebatan ini. Aku ingin istirahat," Chad ingin bangun dari duduknya.
"Kita belum selesai bicara, Nak." Charles menatap putranya dengan lembut. Sesungguhnya hatinya sangat sedih, melihat Chad yang seperti sekarang ini. Keinginan memiliki cucu secepatnya, mungkin hanyalah akan menjadi mimpi saja.
"Ambil keputusan sekarang juga, Chad. Kembalikan Runa pada keluarganya, atau nikahi dia. Hanya itu pilihannya, titik."
Chad menatap Mommynya. Wanita yang sudah mengembalikan kebahagiaan Daddynya, juga dirinya.
***
Runa yang baru ke luar dari kamar mandi, dan ingin kembali berbaring, tersentak kaget saat pintu kamar terbuka dengan mendadak.
Mata Runa terbuka lebar, mulutnya ternganga. Seseorang yang berdiri di ambang pintu, sungguh membuatnya kaget luar biasa.
Chad menutup, dan mengunci pintu. Dengan langkah lebar ia mendekati Runa. Runa bergerak mundur. Punggungnya menyentuh dinding kamar. Tubuh Runa gemetar. Tatapan Chad terasa sangat mengintimidasinya. Telapak tangan Runa berkeringat, jantungnya berdetak lebih cepat. Runa pikir, Chad sangat marah, karena ia tidak bisa menjaga kandungannya.
Chad sudah berdiri di hadapannya. Wajah Runa mendongak tanpa ia sadari. Tatapan tajam mata Chad seakan menembus sampai ke dasar hati Runa.
"Apa yang sudah kau lakukan!" Suara berat Chad terdengar dingin, dan menakutkan.
"Maafkan kecerobohan saya, Tuan ...." sahut Runa lirih, dan suara bergetar.
"Ceroboh?"
"Iya, saya tidak hati-hati, hingga terpeleset. Saya ...."
"Kau bicara tentang keguguran!?"
"Iya, itu'kan yang Tuan ...." Mata Runa mengerjap, hanya hal itu yang terlintas di dalam benaknya saat ini.
"Aku tidak sedang bertanya tentang itu! Tanpa harus kau ceritakan, aku sudah tahu semuanya!"
"Ooh ... bukan itu. Lalu, apa maksud pertanyaan Tuan?"
Chad memutar tubuhnya, ia berjalan menjauhi Runa. Runa menatap punggung Chad. Tubuhnya bergidik, membayangkan bagaimana kalau Chad menyiksanya, karena sudah memupus harapan Chad untuk segera memiliki bayinya bersama Alan.
Chad duduk di sofa. Runa masih berdiri di tempatnya.
"Duduk!"
Tatapan dingin Chad terarah pada Runa. Tubuh Runa bergidik dibuatnya. Tapi, Runa beranjak juga untuk menuruti keinginan Chad. Runa duduk di sofa di samping Chad.
"Jangan duduk di sebelahku. Duduk di seberang sana!" Mata Chad melotot begitu melihat Runa duduk di sofa panjang itu bersamanya.
"Maaf, Tuan ...." Runa langsung bangkit, dan duduk di sofa lainnya.
"Katakan padaku, apa yang kau lakukan untuk mempengaruhi semua orang yang ada di rumah ini! Sehingga mereka semua membelamu!"
Runa terlongo, itu kalimat terpanjang yang pernah ia dengar dari mulut Chad.
"Kau mendengar tidak!" Chad memukul lengan sofa dengan telapak tangannya, karena ditunggu cukup lama, Runa belum menjawab juga. Runa terjengkit kaget. Kepala Runa menggeleng. Air mata menggantung di kelopak matanya. Runa tidak mengerti apa maksud dari ucapan Chad.
"Saya tidak mengerti maksud anda, Tuan ...." Runa mengusap matanya. Dua bulan ia tinggal bersama Chad, mereka memang sangat jarang berinteraksi. Bahkan bertemu saja jarang. Berbeda saat ia tinggal di rumah Alan. Meski hanya sebentar, tapi lebih berkesan.
"Kau tahu kenapa kau, aku bawa ke sini?"
Runa menggelengkan kepala dengan cepat. Ia takut, Chad akan marah lagi, karena ia terlalu lama menjawab.
"Karena kau, Alan berubah. Dia meninggalkan aku karena dirimu. Dia menghianati aku karenamu. Kau penyebab dari kekacauan hidupku akhir-akhir ini. Apa kau tahu itu!?"
Kembali Runa menggelengkan kepala dengan cepat.
"Kau tidak tahu! Jangan bercanda, Runa!" Seru Chad dengan suara nyaring.
"Aku tidak tahu, Tuan."
"Aku menyesal sudah menyetujui usul Alan untuk memiliki anak! Aku menyesal sudah membiarkanmu masuk di antara kami. Kau akan mendapat balasannya, Runa. Aku tidak akan membiarkan hidupmu tenang."
"Tuan, jangan marah pada saya. Tuduhan anda itu tidak benar, saya tidak pernah berniat merusak hubungan anda, dengan Tuan Alan."
"Itu yang terjadi, Runa. Tiba-tiba saja Alan ingin kami berpisah. Tiba-tiba saja dia ingin kembali seperti pria normal lainnya. Itu karena dia benar-benar ingin menikahimu. Itu pasti semua karena dirimu. Alan tidak akan pernah bisa mendapatkanmu. Tidak akan pernah bisa!" Tiba-tiba Chad mencondongkan tubuhnya ke arah Runa. Ia pegang wajah Runa, dengan menjepit kedua pipi Runa, dengan jempol, dan jari telunjuknya.
Runa meringis karena merasakan sakit. Chad melepaskan wajah Runa.
"Kau sudah menggodanya, iya'kan?"
"Tuan, saya tidak pernah melakukan apa yang Tuan tuduhkan. Untuk apa saya melakukan itu?"
"Agar kau bisa hidup santai dengan menikmati peranmu sebagai istri Alan."
"Tidak, Tuan. Hal seperti itu tidak terpikirkan oleh saya." Runa menggelengkan kepalanya.
"Tapi itu terbukti! Begitu kenal dekat denganmu, Alan ingin berpisah denganku!"
Kepala Runa menggeleng berulang kali. Air matanya membasahi pipi.
"Perempuan di manapun sama saja. Senjatanya adalah air mata! Hapus air matamu, aku tidak suka melihat air mata!" Chad bangkit dari duduknya. Ia menuju pintu, pintu ia buka, dan ia tutup dengan suara nyaring. Runa mengelus dadanya, setelah terkejut mendengar pintu yang terhempas.
BERSAMBUNG
