Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 9 RUNA YANG POLOS

"Oooh ... jadi bagimu, Chad itu menyeramkan? Padahal dia lebih tampan dari aku. Kalau dia saja menyeramkan, lalu aku terlihat seperti apa, Honey?" Charles menggoda Kate dengan senyum jenaka.

"Kau seperti kingkong. Tinggi besar, serba hitam, berbulu ...."

"Bagian tubuhku yang mana yang menurutmu paling banyak bulunya?" Charles melanjutkan godaannya.

"Tentu saja didekat leher angsamu, Charles!"

"Stop! Ya Tuhan, kalian ini tidak tahu malu, bicara begitu di depan Runa!" Seru Karen.

"Usiamu berapa, Runa?" Tanya Charles.

"Dua puluh."

"Dia sudah cukup umur, Karen."

"Tapi, dia belum pernah menikah, Charles."

"Jaman sekarang, banyak gadis yang belum menikah, tapi sudah tahu rasanya leher angsa."

"Apa kau juga begitu, Runa?" Tanya Kate dengan tatapan menyelidik ke arah Runa.

"Ma ... maaf, Nyonya. Saya tidak mengerti apa hubungan leher angsa, dengan menikah."

Pecah tawa Karen, Kate, dan Charles.

"Ya Tuhan. Karen kembali fokus ke pembicaraan!" Seru Kate setelah tawanya mereda.

"Runa, mungkin Alan sudah lama ingin berubah. Tapi, kehadiranmu yang membuat ia mantap untuk memilih jalan itu. Dia mampu memupus rasa takut, dan cemasnya. Itu, karena dia jatuh hati padamu. Apa kau juga jatuh hati padanya?"

Pertanyaan Karen membuat wajah Runa merona. Ia teringat dengan sikap Alan yang selalu hangat padanya.

Alan selalu menggenggam telapak tangannya, saat mereka turun, atau menaiki anak tangga sebelum, atau sesudah makan di ruang makan. Alan setiap hari menelpon, bertanya bagaimana keadaannya, apakah Runa sudah makan atau belum. Saat mereka bicara, tatapan, dan suara Alan selalu lembut. Sikap Alan, sangat jauh berbeda dengan sikap Chad, saat Runa tinggal bersama Chad.

"Hey, Runa. Kau tidak mendengar pertanyaan Karen? Kau melamunkan Alan!?" Kate menjentikan jari di depan wajah Runa, membuat Runa tergeragap.

"Oh, maaf, Nyonya." Wajah Runa semakin merah saja.

"Jadi kau menyukai Alan? Apa kau ingin kembali untuk menikah dengannya? Apa kau siap menerima sikap dingin keluarganya?" Kate memberondong Runa dengan pertanyaannya.

"Dengar, Runa. Di sana kau sendirian. Kau harus menghadapi empat orang gila yang rakus harta. Alan tidak akan bisa terus berada di sampingmu. Perusahaannya mulai kembali berkembang setelah sempat jatuh. Itupun karena bantuan Chad, sehingga perusahaannya bisa bangkit lagi. Waktunya pasti akan banyak tersita untuk perusahaannya." Kate menarik napas sesaat.

"Cintamu pada Alan, atau cinta Alan padamu, tidak cukup untuk melindungimu dari kwartet sinting itu. Aku sangsi, kalau Alan akan sanggup melaporkan perbuatan keluarganya padamu ke Polisi. Sedang di sini, hanya Chad sendirian yang gila. Ada kami semua yang akan melindungimu dari kegilaan putraku itu." Kate menjelaskan dengan suara berapi-api.

Runa masih diam saja. Runa sadar, hatinya sudah tertarik pada Alan. Tapi, apa yang dikatakan Kate ada benarnya juga. Tak akan ada yang melindunginya di sana selain Alan. Tak ada jaminan untuk pengobatan terbaik bagi adiknya.

Sedang di sini, Kate menjajikan banyak hal untuknya. Tapi, Runa tidak bisa membayangkan, bagaimana caranya untuk menghadapi Chad. Bagaimana ia bisa mengembalikan Chad pada kodratnya sebagai pria yang seharusnya mencintai wanita.

"Runa, pikirkanlah dulu. Satu minggu dari sekarang, kami akan datang lagi. Tolong berikan jawabanmu. Pertimbangkan dengan matang baik buruknya. Tapi, jangan kematangan, nanti busuk."

"Daddy!" Kate melotot ke arah Charles, mendengar gurauan suaminya itu. Charles tertawa pelan, Karen menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Kate, kakaknya, dan Charles kakak iparnya.

"Runa, besok kami bertiga akan kembali ke kota. Kau tak perlu cemas, ada Beatrix, Elisa, dan banyak pengurus rumah lain di sini. Tapi, kau tidak boleh ke luar rumah. Jangan mencoba untuk kabur ya, Runa. Jika itu kau lakukan, kami ragu untuk bisa menahan amarah Chad nantinya," pesan Kate.

"Baik, Nyonya."

"Kembalilah ke kamarmu."

"Baik, Nyonya. Terima kasih."

"Apapun keputusanmu akan kami terima. Jika kau ingin bersama Alan. Kami akan membujuk Chad agar melepaskanmu. Jika kau menerima keinginan kami, kami akan membujuk Chad untuk menikahimu."

"Baik, Nyonya. Saya permisi kembali ke atas, selamat malam."

"Selamat malam."

Karen membukakan pintu untuk Runa. Diusapnya bahu Runa. Runa tersenyum pada Karen.

"Permisi, Nyonya."

"Ya, kau masih perlu banyak istirahat. Istirahatlah."

"Terima kasih."

Runa meninggalkan ruangan kerja Charles dengan perasaan bimbang. Ia harus mengambil keputusan. Keputusan yang harus ia pikirkan dengan sangat matang.

***

Runa berdiri di balkon kamar. Sudah tiga hari ini ia berpikir, keputusan apa yang akan ia ambil. Keputusannya memang condong untuk menerima tawaran Nyonya Kate. Karena kalau ia mau menikah dengan Chad. Pengobatan adiknya akan terjamin. Ia juga terhindar dari kesinisan keluarga Alan.

Runa baru teringat akan sesuatu. Tentang cerita, kalau kecelakaan yang terjadi padanya adalah sudah direncanakan oleh keluarga Alan.

"Apakah itu benar, ataukah sekedar analisa keluarga Tuan Chad saja? Aah ... entahlah ...."

Runa menatap jauh ke arah pantai. Suara debur ombak sayup sampai. Dipejamkan mata, dirunut lagi perjalanan hidupnya. Tak pernah terbayangkan olehnya, akan terjebak dalam masalah dua orang pria yang saling mencinta. Terjebak di dalam dua keluarga yang terasa unik baginya.

Alan yang hangat, dengan keluarganya yang penuh dengan kesinisan.

Chad yang dingin, dengan keluarganya yang penuh kehangatan, meski Kate terlihat sedikit menakutkan.

"Tuhan, bantu aku memutuskan. Mana yang harus aku pilih? Alan, yang sudah menarik perhatianku, yang juga aku kira tertarik padaku. Atau Chad, yang sedingin salju. Yang membuat aku harus berjuang untuk merubahnya seperti keinginan keluarganya. Bantu aku Tuhan, mantapkan hatiku pada satu pilihan, aamiin."

Suara daun pintu yang terbuka mengagetkan Runa. Runa memutar tubuhnya, Chad datang mendekat dengan langkah lebar ke arahnya. Wajahnya menyimpan amarah. Kedua telapak tangannya terkepal. Matanya yang hitam mengarah tajam pada Runa. Tubuh Runa bergidik, lalu gemetar. Runa tak bisa mundur, pagar balkon sudah menempel di pinggangnya.

Chad berdiri di hadapannya. Runa mendongakkan wajah tanpa ia sadari. Bibir Runa yang bergetar terbuka. Matanya juga terbuka lebar menatap ketakutan ke arah mata Chad.

"Kau harus menolak keinginan keluargaku. Aku tidak ingin menikahimu. Aku akan membuangmu sejauh yang aku mampu. Kau harus pergi, dari kehidupan Alan, juga kehidupanku. Tidak ada tempat bagimu bersamaku ataupun bersama Alan. Alan milikku, aku milik Alan. Kau hanya benalu yang pantas untuk disingkirkan!"

Tubuh Runa semakin gemetar, saat tangan Chad mencengkeram lehernya. Kaki Runa terasa tak lagi berpijak. Tubuh Runa melayang. Napasnya terasa sesak. Karena cengkeraman kuat Chad di lehernya.

"Pergi! Kau pantas mati!"

Chad menekan tubuh Runa ke atas pagar. Tubuh Runa melentik. Rambutnya tergerai, pandangannya mengabur, rasa takut jatuh ke bawah, lalu mati membuat Runa memejamkan mata. Runa berdoa, agar Tuhan melindungi dirinya dari amarah Chad.

***

Runa terlompat bangun, dengan keringat membanjiri tubuhnya. Napasnya tersengal seperti baru selesai berlari ratusan kilo meter.

"Hanya mimpi ...." gumamnya sambil menyeka peluh di wajahnya. Runa turun dari tempat tidur. Ia menuju kamar mandi. Runa berdiri di depan wastafel, wajahnya terpantul di cermin yang ada di hadapannya. Runa memejamkan mata, mimpi tadi terasa begitu nyata. Keraguan kembali membelit perasaannya. Saat sebelum tidur tadi, ia mempertimbangkan untuk menolak tawaran Nyonya Kate untuk menikah dengan Chad. Runa merasa tak sanggup dengan misi yang dibebankan di pundaknya, untuk merubah Chad kembali menjadi seorang pria sejati.

Tapi, entah kenapa, mimpi menakutkan tadi seperti menantang keberaniannya. Wajah Chad yang dingin, tatapannya yang tajam, memang terasa sangat menakutkan. Namun, ada sisi dirinya yang terasa bangkit. Ia ingin menerima tantangan dari Nyonya Kate, dan juga dari Chad. Runa ingin membuktikan kalau ia mampu meluluhkan hati Chad. Runa ingin membuktikan pada Chad, kalau dirinya bukanlah perempuan lemah yang mudah untuk diintimidasi pria sesuka hati.

Runa juga berpikir, demi kesembuhan adiknya. Menghadapi seorang Chad, mungkin akan lebih mudah dari pada menghadapi empat orang keluarga Alan. Teringat Akan Alan. Runa mengusap wajah dengan kedua tangannya.

'Benarkah aku jatuh cinta padanya? Apakah dia juga jatuh cinta padaku? Apakah mungkin secepat itu? Maafkan aku, Alan. Aku harus memilih yang terbaik, dan paling baik demi adikku.'

Wajah, dan tatapan lembut Alan terbayang di benak Runa. Ia teringat juga akan calon bayinya. Dielus lembut perutnya. Air matanya selalu menetes di saat teringat kandungannya.

'Aku tidak tahu, benar atau tidak. Peristiwa itu sebuah kecelakaan atau sebuah skenario seperti yang dikatakan keluarga Chad. Maafkan aku, Alan. Tidak bisa menjaga benih yang sudah kau titipkan di rahimku. Maafkan Mommy, Sayang. Mungkin ini yang terbaik dari Tuhan untuk kita semua.'

BERSAMBUNG

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel