Bab 9 Petunjuk
Bab 9 Petunjuk
Save, Maia dan Nort sudah memasuki area hutan di dekat pohon Mummy. Mereka mengerahkan tenaganya untuk bisa sampai di sana. Meski sempat terjatuh dan terpeleset, akhirnya mereka sampai di pohon Mummy. Betapa terkejutnya ketika melihat beberapa monster yang sama seperti yang membunuh orang tua mereka sudah berada di sana. Dengan cekatan Nort melawan mereka sekaligus. Ketika dirasa aman, Maia berlari menaiki anak tangga untuk mencari ibunya Nimzy.
Sebelum tiba-tiba, “Omnia et claude ostium clausum (tutup pintu dan kunci semuanya) .” Sebuah suara terdengar dari belakang pintu. Lalu sebuah suara klik terdengar di beberapa tempat secara bersama termasuk pintu masuk utama dan pintu yang berada di lorong yang pernah terdengar suara tetesan air.
Nort terperangah melihat makhluk yang merupakan ibunya Nimzy dalam keadaan terluka sangat parah. Terlihat ditubuhnya mengalir cairan berwarna putih perak yang diduga darahnya. Nort seketika berlari menghampiri makhluk tersebut sambil berteriak memanggil kedua temannya.
“Save, Maia, tolong ke sini.” Nort mengeluarkan sisa-sisa suaranya hingga terdengar serak. Beruntung kata-katanya dapat dipantulkan, sehingga kedua temannya dengan cepat berlari ke sumber suara.
“Ada a-pa?” kata Maia terbata-bata. Ia melangkah secara perlahan ke arah makhluk yang sudah terkapar di belakang pintu tersebut.
Save tidak bersuara. Ia hanya berjongkok bersama dengan Nort dan Maia di samping tubuh ibunya Nimzy.
“Ada yang ingin saya sampaikan. Mungkin sedikit terlambat.” Ibunya Nimzy sedikit terengah-engah menahan sakitnya.
“Tunggu, sebaiknya kita membawanya ke lantai tiga. Biar saya bisa lebih cepat mempersiapkan obatnya.” Nort melihat Save dan Maia.
“Tidak, tunggu Nort. Tolong dengarkan saya. Waktu kita tidak cukup banyak.” Ibunya Nimzy memegang tangan Nort. Sesekali ia terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.
“Tetapi keadaan anda sekarang terluka parah. Bagaimana jika Nimzy mengetahuinya? Lalu Nimzy sekarang di mana? Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kami baru saja melihat penduduk dan orang tua kami dibunuh secara keji oleh makhluk yang sangat mengerikan. Saya bahkan tidak mampu menggambarkan bagaimana wujudnya.” Maia tersedu-sedu sambil tangannya menekan tubuh makhluk yang berada di depannya. Berusaha menutupi luka yang terbuka agar tidak mengeluarkan darahnya lebih banyak.
“Nort, Maia dan Save, tolong dengarkan saya baik-baik. Tentara bawah sudah mencapai permukaan bumi. Yang tadi kalian lihat hanya beberapa dari mereka. Bisa jadi besok atau nanti mereka datang dengan pasukan yang lebih banyak lagi. Saya hanya mengetahui bahwa pohon ini akan membantu kita, mungkin lebih tepatnya membantu kalian. Ada ramalan yang ditulis di dalam sebuah buku. Sayangnya, tidak ada satu pun yang pernah mengetahui letak buku tersebut. Saya hanya bisa membantu dengan menyihir pohon ini agar terkunci secara keseluruhan untuk sementara, dan waktu kalian ditentukan oleh suara teriakan Nimzy. Jadi, keberuntungan ada di pihak kalian sendiri.” Ibunya Nimzy menjelaskan dengan suara yang sedikit melemah dan kata-kata yang sedikit terbata-bata.
Setelah mendengar hal tersebut, Nort langsung berlari menaiki anak tangga yang disusul oleh Save. Sedangkan Maia memutuskan untuk tinggal dan berada di samping ibunya Nimzy.
***
Save dan Nort yang sudah sampai di lantai dua pun membagi tugas secara otomatis meski tanpa berkata-kata. Nort mencari di rak sisi kiri, dan Save mencari di sisi kanan. Nort sedikit putus asa ketika sudah hampir tiga puluh menit ia mencarinya dan tidak membuahkan hasil. Kemudian ia memberi kode kepada Save untuk duduk di meja yang pernah mereka gunakan bersama dengan Maia, sebelumnya.
Nort menghela napas sambil melihat Save yang berjalan mendekat ke arahnya tanpa membawa satu pun buku.
“Ketemu?” Save berbasa-basi, meski sudah melihat keputus-asaan di raut wajah Nort.
“Bolehkah saya sedikit bernapas? Barangkali saya bisa mengingat letak buku-buku yang sekiranya mencurigakan.” Nort menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.
Pikiran Nort sedikit kacau bahkan saat ia menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Lalu Nort menutup mata dan mencoba mengatur napas. Untuk beberapa saat ia hanya mendengar napasnya sendiri yang keluar dan masuk melalui kedua rongga hidungnya. Ia menajamkan inderanya, sehingga merasakan paru-parunya yang mengembang dan mengempis. Ia pun mendengar suara detak jantungnya sendiri yang temponya masih sangat cepat seperti baru saja selesai berolahraga. Ia semakin menajamkan inderanya, ia tidak melihat apapun hanya gelap. Kemudian terdengar sebuah suara yang sangat lirih di kedua telinganya. Suara tersebut semakin lama semakin jelas.
‘Temukan aku di tempat yang biasa kamu gunakan untuk menciptakan sesuatu. Tempat yang indah, megah dengan aroma yang sangat menyengat. Cari aku dengan satu kunci, yaitu alat dasar yang kamu pakai untuk menciptakan sesuatu.’
Suara tersebut perlahan menghilang di kata-katanya yang terakhir. Pada saat yang sama, Nort membuka matanya dan mendadak berlari ke atas. Save pun berlari mengikuti Nort, sebelum akhirnya Nort memberi perintah untuk menunggu di tempat duduknya.
***
Sesampainya di lantai paling atas, Nort memejamkan mata dan mencoba mengatakan kata kunci seperti liber primus (buku ramalan), secretum liber (buku rahasia) , philosophica (buku petunjuk), dan beberapa kata lainnya. Ia semakin memaksa inderanya untuk lebih tajam dan juga memaksa pikirannya agar berpikir lebih jernih tentang kata kunci yang disebutkan oleh suara yang didengarnya. Semakin ia mencoba, semakin dalam rasa putus tumbuh dalam dirinya.
Namun sayangnya semua usahanya terlihat sia-sia. Nort yang semula berdiri di tengah ruangan pun memutuskan untuk mengelilingi ruangan tersebut. Ia menyapu pandangan, dan matanya tertuju pada bunga-bunga yang letaknya bersebrangan dari arah datangnya. Bunga tersebut terlihat tumbuh di kulit pohon, akarnya saling mengait dan membentuk singgasana berjumlah tiga buah dengan sisi kanan-kiri lebih rendah. Dari kelopak bunga-bunga tersebut beterbangan makhluk yang serupa manusia dengan ukuran yang sangat kecil dan memiliki sayap. Nort terpukau ketika penglihatannya merekam kejadian yang berada di depannya saat ini. Perasaannya seketika menjadi sangat tenang. Kemelut dari kepalanya pun menghilang.
Dengan jarak satu meter di depan bunga-bunga tersebut Nort mengatakan satu kunci yang terakhir. “Tres-arcus prophetiae (ramalan tiga busur).”
Benar saja, akar-akar yang awalnya saling mengait tiba-tiba bergerak sedikit mengendorkan kaitnya. Dari arah tengah, tepatnya celah yang paling besar, yaitu singgasana utama, terlihat satu buku berwarna biru kehitaman dengan sinar berkelap-kelip kehijauan. Buku tersebut melayang ke arah Nort yang sedang termangu. Sampul buku terlihat ukiran dengan aksen tenggelam yang tegas bertuliskan Rumpleworth.
Tanpa membuang waktu, Nort berlari menuruni tangga. Sesampainya di lantai di mana Save berada, Nort pun melambaikan buku yang saat ini berada dalam genggaman tangan kanannya tersebut.
“Aku dapat, Save. Cepat kita ke bawah dan katakan pada ibunya Nimzy, sebelum terdengar suara Nimzy terdengar.” kata Nort ketika ia berhadap-hadapan dengan Save.
Nort dan Save berlari menuruni anak tangga menuju Maia dan ibunya Nimzy berada.
“Ternyata kalian bisa mendapatkannya lebih cepat dari yang saya duga.” Ibunya Nimzy yang berusaha menahan diri dari rasa sakit, tersadar akan kehadiran Nort dan Save yang sudah berada di sampingnya itu.
“Sebaiknya saya baca buku ini terlebih dahulu.” Nort menunjukkan buku yang berada dalam genggamannya kepada ibunya Nimzy.
Namun sayang sekali, ketika ia hendak membuka sampulnya, terdengar suara khas dari Nimzy. Ibunya Nimzy pun terbatuk dan memuntahkan darahnya. Sinar yang selama ini mengelilingi tubuh ibunya Nimzy pun menghilang bersamaan dengan lenyapnya suara Nimzy yang kemudian berganti dengan gemuruh dari segala penjuru.
Benar saja, mereka terkepung oleh suara gemuruh tersebut!
