Bab 10 Menuju Rumpleworth
Bab 10 Menuju Rumpleworth
Teriakan Nimzy merupakan pertanda bahwa sihir perlindungan yang digunakan ibunya untuk melapisi pohon Mummy sudah menghilang. Bersamaan dengan hal itu, Nort, Save dan Maia yang saat ini berada di dalam pohon Mummy harus mempersiapkan diri apabila terjadi serangan, seperti yang telah dikatakan ibunya Nimzy. Namun, belum sempat bersiap, suara gemuruh terdengar dan lagi-lagi mengejutkan mereka.
Maia, Save dan Nort saling pandang untuk sesaat, sembari menajamkan telinganya ke arah sumber suara yang sebenarnya. Beruntungnya Nort lebih cepat mengerti bahwa suara yang mereka dengar tidak hanya berasal dari satu arah. Suara gemuruh tersebut sudah mengepung mereka. Dari pintu utama, pintu lorong, dan juga berasal dari sisi-sisi pohon Mummy bahkan dari arah bawah.
Maia yang masih terduduk di belakang pintu, di samping tubuh ibunya Nimzy pun merasa lebih ketakutan. Pasalnya suara gemuruh yang paling kencang terdengar dari arah belakang dan bawahnya.
Save mendadak menggigil. Rasa khawatir, gelisah, takut dan juga ingin selamat bercampur menjadi satu. Giginya menggeletuk, ia berusaha untuk menenangkan dirinya. Hanya saja, ingatan tentang kematian orang tuanya yang dicabik dan potongan tubuhnya dimakan oleh monster justru terputar sangat jelas sekarang. Dengan mata yang sedikit terbuka, ia melihat ke arah Nort yang justru terlihat sangat tenang.
Nort hanya memikirkan caranya melarikan diri sekarang. Kepalanya dipaksa sangat keras untuk berpikir. Hingga ia memilih untuk memejamkan mata. Dalam hitungan kesepuluh, ia membuka matanya secara perlahan. Ia melihat sosok ibunya yang berdiri di depan Maia. Sosok tersebut memberi isyarat kepada Nort untuk mengambil batu-batu yang berada di sampingnya. Masih dalam kondisi setengah percaya, Nort berjalan mengambil batu-batu yang dimaksud. Lalu sosok tersebut menuntun Nort meletakkan batu-batu yang diambilnya di sisi-sisi pintu besi yang menutupi pintu yang lain.
Setelah meletakkan semua batu pada sisi-sisinya, pintu besi pun terbuka. Pada pintu yang terakhir mendadak muncul aksara kuno yang bahkan Nort pun tidak mampu membacanya. Sosok yang sedari tadi berada di samping Nort, mendekat pada pintu. Ia meniup secara perlahan aksara yang berada sepuluh cm di depannya tersebut. Lalu pintu pun terbuka.
Suara gemuruh semakin mendekat. Akan tetapi Save dan Maia masih mematung dalam ketakutan. Nort yang menyadari hal tersebut pun mencoba berlari menghampiri dan mendorong mereka untuk bergerak secepat mungkin memasuki pintu yang sudah terbuka.
“Ayo, cepat!” kata Nort yang melihat bahwa sudah ada tanda-tanda keberadaan monster di balik pintu utama.
Ternyata dugaan Nort benar, tentang gemuruh yang didengar mereka penyebabnya adalah para tentara bawah atau bisa dibilang sebagai monster. Pasalnya beberapa monster sudah berhasil melewati pintu pohon Mummy meski hanya sebagian dari tangannya.
“Save, Maia, tolong percepat langkah kaki kalian. Ayo, lari, lari, lari, lari!” Nort yang melihat pergerakan monster di belakangnya sedikit gelisah dengan sikap kedua temannya.
Save dan Maia sudah memasuki lorong di balik pintu yang dibuka oleh Nort dengan bantuan sosok mirip ibunya. Namun sebelum Nort sempat masuk, para monster sudah berhasil mendobrak pintu utama pohon Mummy. Sehingga Nort harus melawan dan sedikit beradu pedang dengan monster yang menyerangnya. Membutuhkan waktu cukup lama untuk Nort meloloskan diri dari monster dan menyusul kedua temannya.
***
Setelah Nort berhasil melewati pintu kedua, dengan sendirinya kedua pintu tertutup dan berkilap seperti terlapis cahaya.
“Apa kalian baik-baik saja?” Nort meyakinkan kondisi kedua temannya, dengan napas yang masih terengah-engah ketika melihat anggukan yang menjadi jawaban pertanyaannya bahwa mereka baik-baik saja.
“Kita akan ke mana?” Save bertanya dengan nada yang sedikit bergetar.
“Rumpleworth.” Nort menyodorkan buku yang sempat ia keluarkan dari jaketnya.
“Kamu yakin?” Maia menatap Nort dengan airmata menggenang yang bisa meluncur sewaktu-waktu.
“Lalu ke mana lagi? Bukankah kita harus menyelamatkan diri?” Nort menggunakan nada sedikit tinggi.
“Bagaimana kalau kita cari petunjuk di dalam buku itu?” Maia menunjuk buku yang berada di pangkuan Nort.
“Baiklah.” ucap Nort sembari menghela napas dan meletakkan buku di tengah-tengah mereka.
***
Mereka bertiga terlalu fokus hingga tanpa sadar suara dari balik pintu mulai menghilang. Hening. Hanya terdengar suara halaman-halaman yang dibalik oleh jari jemari.
“Ini Nort petunjuknya. Sepertinya pilihan kita menuju Rumpleworth sudah benar.” Mata Maia berbinar. Ia menunjuk sebuah paragraf dengan telunjuknya.
Kemudian Save dan Nort membacanya dengan seksama sambil menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti apa yang tertulis di sana. Setelah membacanya, Nort dan Save saling memandang. Mereka seperti teringat akan suara yang pernah mereka bicarakan, yaitu suara yang didengar oleh Save dan menyatakan tentang satu penerang, satu penyerang serta satu pemimpin. Namun pernyataan tentang satu penerang diubah menjadi seorang peri, satu petarung pun diubah menjadi manusia serigala dan satu pemimpin diubah menjadi manusia murni, di dalam buku tersebut.
Mereka bertiga dengan mantap menuju ke Rumpleworth setelah membaca buku tersebut. Mereka berjalan perlahan menyusuri ruang tersebut, karena hanya sedikit penerangan sinar matahari masuk melalui kulit pohon yang membentuk lorong yang sangat besar tersebut. Walaupun terlihat bercelah dan terbuat dari kulit pohon, lorong tersebut terasa sangat gelap, pengap dan sangat lembab.
Mereka mengira bahwa lorong tersebut layaknya batang pohon yang memiliki satu jalur saja. Namun, dugaan mereka salah. Sekitar lima ratus meter mereka berjalan, ada tiga cabang di sana. Dua di antaranya mengeluarkan suara yang cukup mengerikan. Kali ini Maia yang menjadi pemandu jalan untuk Save dan Nort, ia bersikap seolah-olah mengingat peta dari buku yang baru saja dibacanya.
Akan tetapi, pilihan Maia mengantarkan mereka pada hal yang tidak terduga. Di hadapan mereka saat ini ada beberapa monster dengan beberapa bentuk. Ada yang berbentuk seperti tanaman hidup berkepala kambing dengan tanduk melengkung lalu ujungnya memanjang lurus dan terlihat tajam. Monster ini sama seperti monster yang membantai para penduduk dan orang tua mereka. Ada monster yang berbentuk seperti akar tunggang berkepala kuda dengan sayap seperti capung. Dua monster sisanya berbentuk seperti ulat tanah, tubuhnya penuh dengan duri-duri pendek tajam dengan sayap kupu-kupu.
Mengetahui hal tersebut, lagi-lagi Nort dengan tangkasnya melawan dan mengalahkan mereka.
***
Mereka terus berlari menyusuri jalan yang dipilihkan oleh Maia. Tidak ada lagi cabang yang membuat mereka kebingungan. Hanya saja, monster dengan berbagai macam bentuknya terus berdatangan silih berganti bahkan semakin banyak jumlahnya. Nort yang terus menerus melawan pun sudah terlihat sangat kelelahan.
Pada pertarungan terakhirnya, Nort melawan monster yang berbentuk seperti kaki seribu dengan badan yang lembek, berkepala tikus tanah dengan moncong yang panjang. Saat Nort mengeluarkan sisa tenaganya dan berhasil mengenai kepala monster tersebut, Save berteriak bahwa beberapa langkah di belakang monster terlihat sebuah gerbang yang megah yang terbuat dari bunga-bunga yang saling mengait dengan sinar berkelap-kelip di atasnya.
Mereka pun berhasil melewati monster yang dikalahkan Nort, sebelum akhirnya kaki mereka terasa lengket ke permukaan yang mereka injak. Ada sesuatu yang lengket seperti lem keluar dari bawah dan menenggelamkan kaki mereka.
Mereka terjebak. Gerbang yang sempat dilihat oleh Save pun menghilang, tidak ada cahaya berkelap-kelip. Cahaya yang sebelumnya terbias melalui epidermis pohon pun ikut lenyap. Semuanya menjadi gelap secara tiba-tiba.
