Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 19 Bertemu Keluarga

Bab 19 Bertemu Keluarga

Tak berapa lama, Agatha tiba di Malang. Bus yang di tumpangi Agatha perlahan masuk ke dalam pelataran Terminal. Satu per satu penumpang dalam Bus turun secara bergantian, tak terkecuali Agatha dan Pria yang duduk disampingnya tadi. Tiba di Terminal mereka berpisah dan berpencar sesuai dengan tujuan masing-masing.

Agatha berjalan keluar Terminal, dia mencari angkot yang rute ke arah rumah orang tuanya. Kira-kira 5 menit dia menunggu di halte, tiba-tiba datanglah angkot yang dia tunggu dan berhenti tepat di halte dimana Agatha sudah berdiri menunggunya, hanya beberapa orang saja yang ada di dalam angkot itu. Agatha benar-benar menikmati perjalanannya. Tidak terlalu lama dia untuk sampai di rumah orang tuanya, karena memang rumah orang tuanya itu letaknya di kota dan tidak terlalu jauh dengan terminal Bus.

Mungkin hanya 10 menit perjalanan yang ditempuhnya

"Tet ...," Agatha membunyikan bel sebagai tanda pemberitahuan pada Sopir bahwa penumpang akan segera turun.

Lalu dengan segera, Agatha turun dari angkot dan memberikan lembaran uang ribuan pada Sopir angkot itu.

Agatha turun tepat di depan rumahnya, rumah yang nampak megah dan terkesan mewah dari luar, setiap orang yang melihatnya sudah dapat dipastikan akan mengatakan bahwa itu adalah rumah orang kaya. Namun bagi Agatha semua itu tidak berlaku walaupun orang tuanya orang yang berada namun dia tetap sederhana dan malah meninggalkan semua kemewahan itu dan lebih memilih hidup melayani.

Agatha berjalan maju menuju rumah mewah itu, tiba-tiba di depan pagar langkahnya terhenti ketika seorang Security memanggilnya.

"Permisi, Mbak. Maaf mau cari siapa?" tanyanya dengan setengah teriak karena dari kejauhan.

"Maaf, Bapak apa orang baru disini?" tanya Agatha balik.

"Iya, saya baru 1 Minggu kerja di sini."

"Ini rumah Pak Albert kan? Beliau apa ada di rumah?"

" Kalau jam segini, Bapak masih di kantor. Kan memang Pak Albert kerjanya di DPR."

"Kalau Ibu ada ya?" tanya Agatha lagi.

"Ibu, ada di rumah."

"Ya sudah kalau begitu, saya ketemu sama beliau saja, bilang saja Agatha mencarinya."

"Mbaknya tunggu di luar sini ya, saya tanyakan dulu, Ibu mau tidak menemui Mbak, karena Ibu orang yang sibuk."

Agatha tertawa kecil mendengar ucapan Security itu, karena baginya lucu saja, mau masuk ke rumah orang tuanya saja harus laporan dulu.

***

Tak berapa lama Agatha menunggu di luar, tiba-tiba dari dalam terdengar suara orang memanggilnya, dari dalam dan berlari ke luar, suara seorang wanita.

"Agatha ... Anakku ... Kamu pulang, Nak?"

Mendengar teriakkan wanita itu, Security itu langsung tercengang dan bingung, ternyata tamu tadi itu adalah anak dari Pak Albert, yang tak lain adalah pemilik rumah itu. Antara bingung, takut dan malu, wajah Security itu memerah menahan malu dan takut pada Agatha.

"Kamu ini bagaimana sih, Slamet. Ini kan anak saya, Agatha. Masa kamu suruh nunggu di luar."

"Saya minta maaf, Bu. Saya tidak tahu. Maafkan saya, Bu, dan juga Mbak Agatha," ucap Slamet penuh penyesalan.

"Sudah tidak apa-apa. Namanya juga tidak tahu ya? Sudah, Bu jangan dipermasalahkan, saya tidak apa-apa," sahut Agatha sambil mencium tangan Ibunya.

Agatha dan Ibunya berjalan bergandengan memasuki rumah mereka. Ibunya nampak bahagia sekali dengan kedatangan Agatha. Mereka berbincang santai, kesana kemari, makan bersama, nampak sangat akrab sekali Ibu dan anak ini. Entah berapa jam waktu yang mereka habiskan untuk berbincang. Sampai akhirnya Agatha nampak kelelahan dan pamit pada Ibunya untuk masuk ke kamarnya, kamar yang biasa dia pakai di rumahnya jika dia pulang.

Agatha menaruh tasnya di dekat lemari pakaian, lalu satu persatu dia keluarkan barang-barang dari dalam tasnya termasuk pakaian yang dia bawa tadi lalu dia masukkan ke dalam lemari pakaiannya. Lalu dia lepaskan kerudung yang menempel di kepalanya, Agatha merebahkan badannya di atas ranjang yang cukup besar, lentur dan sangat nyaman sekali berbeda dengan ranjang yang dia gunakan di Biara.

Sebelum tidur, pikirannya melayang kesana kemari dulu, termasuk singgah juga ingatannya pada Rafael. Ingin sekali rasanya dia memberitahu Rafael bahwa dia sekarang ada di Malang, di kota yang sama dimana Rafael tinggal. Tapi Agatha berpikir lagi, untuk apa juga dia memberi tahu Rafael, tidak ada urusan yang penting dan juga takut nanti malah mengganggunya.

Tak kuasa menahan lelahnya, Agatha pun tertidur sore itu.

***

Beberapa jam dia terjaga dalam tidurnya, dan terbangun karena suara hujan yang cukup deras, Agatha terbangun dan bangkit berdiri, dia membuka tirai jendela kamarnya, 'ternyata sudah gelap.' ucapnya dalam hati.

Agatha menoleh pada jam dinding yang ada di kamarnya. Ternyata sudah jam 8 malam, dia tertidur selama itu, dia sudah melewatkan jam sore yang biasanya dia gunakan untuk berdoa. Lalu dia mengambil ponselnya, terlihat di layar ponselnya ada beberapa pesan singkat di WhatsApp, satu persatu dia buka pesan singkat itu, dan Agatha tidak menyangka salah satu dari pesan singkat itu ada yang dari Rafael, dengan segera dia buka pesan WhatsApp dari Rafael.

'Hai, Selamat sore.

Lagi dimana? Sibuk apa?

Maaf ya sudah mengganggu?'

Agatha ragu untuk menjawab pesan dari Rafael. Cuma dia heran saja kenapa Rafael tiba-tiba mengirim pesan padanya disaat yang bersamaan dengan dirinya yang sedang ada di rumah orang tuanya, di satu kota yang sama dengan Rafael.

Sementara itu di tempat Rafael hanya ada tanda 2 centang biru, dan masih menunggu jawaban dari si pemilik pesan.

Setelah selesai menjawab semua pesan WhatsApp kecuali milik Rafael dia tidak menjawabnya, Agatha segera keluar dari kamarnya dan ternyata di luar keluarganya sudah menunggunya, Ayah, Ibu dan juga Kakaknya laki-laki, Andre.

"Kamu sudah bangun, Nak? Ayah rindu sama kamu." tanya Ayahnya.

Lalu Agatha mencium tangan ayahnya dengan penuh hormat.

Malam itu tinggal Agatha yang belum makan malam, Ibunya menyuruh Agatha agar segera makan malam sedangkan anggota keluarga yang lainnya ikut menungguinya di meja makan walaupun mereka semua sudah selesai makan.

Sambil makan, mereka berbincang santai sambil melepas rindu, karena sudah 1 tahun ini Agatha tidak pulang.

***

Acara makan malam dan bincang santai pun selesai sudah, karena hari juga semakin larut. Sebelum semuanya beristirahat, Agatha mengajak keluarganya untuk berdoa malam bersama terlebih dulu, mereka menerima ajakan dari Agatha. Semua dilakukan di satu ruangan yang memang sengaja disiapkan untuk tempat berdoa.

Beberapa menit berlalu, selesai juga doa malam hari itu, semua beristirahat, termasuk juga dengan Agatha. Hanya beberapa jam saja dia tertidur malam itu dan pagi-pagi sekali dia sudah bangun dan melakukan aktifitas doa paginya, namun kali ini dia lakukan sendiri di kamar.

Selesai doa, tiba-tiba terlintas di benaknya dia ingin sekali ke tempat yang biasanya dia kunjungi disana, suatu tempat yang sangat nyaman dan tenang.

Agatha segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat, karena hari itu masih terlalu pagi, semua keluarganya juga belum ada yang bangun pagi-pagi begitu.

Agatha hanya berpamitan pada Security penjaga rumahnya, bahwa dia akan keluar sebentar dan segera kembali.

Dia berjalan melangkah ke suatu tempat, dan tak berapa lama dia tiba di tempat itu, ternyata tempat itu adalah sebuah taman bunga yang cukup tertata dan juga terawat, meskipun tidak terlalu luas namun tempat itu bisa memberikan kenyamanan buat Agatha, di tempat itu Agatha biasanya menghabiskan waktunya dengan membaca beberapa buku, karena di tempat itu dia merasa tenang dan nyaman untuk membaca.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel