Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 20 Taman Bunga

Bab 20 Taman Bunga

Ketika sedang asyik membaca buku, tiba-tiba pikiran Agatha tertuju pada Rafael, dia merasa bersalah karena tidak membalas pesan singkat dari Rafael.

Agatha meletakkan bukunya di samping kirinyanya, lalu dia mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tasnya, dia mencari pesan dari Rafael semalam, begitu ketemu dia langsung membalas pesannya.

'Selamat pagi.

Maaf pesanmu baru aku balas, aku sekarang ada di tempat yang paling aku sukai di rumah orang tuaku.'

Pesan terkirim pada Rafael.

Dia mendengar ponselnya bergetar, Rafael meletakkan ponselnya, tepat di samping bantalnya. Dia melirik sedikit, buru-buru Rafael bangun dari tidurnya, dia melihat pesan itu datangnya dari Agatha. Dia langsung membaca pesan itu, Rafael kaget bukan main membaca isi pesan dari Agatha.

'Apa? Agatha ada di sini?' ucapnya dalam hati.

Matanya terbelalak membaca pesan itu, buru-buru Rafael segera berangkat ke tempat Agatha, dia hanya memastikan kebenaran pesan yang disampaikan oleh Agatha tersebut.

Rafael buru-buru mencuci mukanya dan menggosok giginya, lalu mengganti bajunya sedapatnya yang dia lihat di lemari. Dengan berlari dia menuju ke mobilnya dan menancap gas dengan kencang.

Tak butuh waktu lama buat Rafael untuk tiba di tempat yang dikatakan oleh Agatha. Sepertinya Rafael benar-benar tahu kebiasaan dan semua hal yang berhubungan dengan Agatha.

'Ternyata benar, dia ada disini.' ucapnya dalam hati.

Rafael mendatangi taman bunga yang menjadi tempat favorit Agatha, dia mencari keberadaan Agatha, dengan cepat dia segera menemukannya, Rafael mendekati Agatha secara perlahan-lahan, dia ingin memberikan kejutan untuk Agatha.

"Aku tahu kamu ada disini," ucap Rafael dari belakang punggung Agatha.

Agatha segera menoleh ke belakang, dia terkejut melihat Rafael sudah berdiri di belakangnya, dia hanya bisa tersenyum, bibirnya kelu tak mampu berucap, tapi dia juga senang dengan kedatangan Rafael disitu, entah perasaan senang yang bagaimana yang dia rasakan saat itu.

"Rafael ...," Ucapnya lirih.

Tanpa dipersilahkan duduk oleh Agatha, Rafael langsung saja duduk di sampingnya, kali ini posisi duduk mereka cukup dekat sekali karena bangku taman itu lumayan sempit jadi untuk duduk berjauhan rasanya tidak mungkin.

"Maaf ya? Aku duduk disini," ucap Rafael.

"Iya, sebetulnya aku sih tidak masalah, tapi aku merasa canggung jika terlihat banyak orang, karena kamu tahu sendiri statusku seperti apa sekarang."

Rafael hanya diam mendengarkan Agatha berucap, ingin sekali dia memeluk Agatha hanya untuk melepas rindunya, tapi dia sadar siapa Agatha.

"Kamu, kenapa bisa tahu aku ada disini?"

"Taman bunga ini tempat favorit kamu dari dulu, waktu kita masih pacaran dulu, kita kan sering ke tempat ini, aku juga masih ingat kamu paling suka baca buku."

Agatha menoleh, dia hanya tersenyum tanpa menimpali perkataan Rafael.

Sesaat suasana menjadi hening sejenak, tanpa suara, hanya terdengar sayup-sayup suara teriakan anak kecil bermain dari kejauhan, dan suara burung bersautan.

Rafael hanya duduk diam di samping Agatha, seperti sudah kehabisan kata-kata rasanya, demikian juga dengan Agatha dia menghabiskan waktunya hanya dengan membaca.

***

Rafael menatap wajah cantik Agatha dari samping, dengan tersenyum kecil dia memandangi Agatha tanpa henti, Agatha juga masih tetap asyik dengan bukunya tanpa memperhatikan Rafael

"Aku benar-benar tidak menyangka kamu ada disini sekarang. Tuhan telah menjawab doaku."

"Memangnya kamu minta apa?"

"Biar aku dan Tuhan saja yang tahu."

"Hahaha ...," Agatha tertawa mendengar ucapan Rafael.

"Iya, aku cuti. Aku kangen sama orang tuaku, sudah setahun aku tidak pulang," sambung Agatha lagi.

"Kapan cutimu akan berakhir?"

"Mungkin 1 Minggu aku disini."

Rafael mengangguk-angguk, seolah dia mencerna semua perkataan Agatha barusan. Taman bunga itu begitu nyaman dan tenang.

"Kamu sudah makan belum?" tiba-tiba Rafael bertanya penuh perhatian pada Agatha.

"Belum, di Biara kami terbiasa untuk puasa. Jadi walau sehari tidak makan kami sudah biasa."

"Kalau aku mengajak kamu makan, pagi ini, bagaimana?"

"Tidak, Rafael. Terima kasih. Aku juga harus segera pulang, aku takut orang tuaku mencariku karena waktu aku berangkat tadi mereka masih belum bangun."

Agatha memasukkan dengan segera bukunya ke dalam tasnya, dia beranjak dari tempatnya lalu mengeluarkan kamera dari dalam tasnya, dia mengambil beberapa foto di taman bunga itu, Rafael memperhatikan kegemaran Agatha yang dari dulu tidak pernah berubah.

"Kamu memotretku?"

Agatha mengangguk.

"Buat apa?"

"Buat dokumentasi."

"Hmm ... Maksudnya?"

"Untuk seni keindahan saja."

"Tapi ngomong-ngomong, kamera kamu bagus banget."

"Ayahku, yang memberikannya padaku, waktu beliau ada kunjungan kerja ke luar negeri, Ayahku membelikan ini untukku, karena beliau tahu kesukaanku."

"Oh ... Pantesan bagus banget, pasti mahal."

Agatha tersenyum, "Entahlah ...," Sahutnya.

***

Lalu dia merapikan semua barangnya, dia hendak melangkah pulang ke rumahnya, setelah tadi sempat berpamitan dengan Rafael.

"Tunggu!" Rafael menarik tangan Agatha hingga mengehentikan langkahnya.

Dia menoleh, menatap ke arah Rafael, Rafael menatap dalam wajah Agatha, seakan penuh arti, dan tanpa di sadari genggaman tangan Rafael tetap menyentuh erat tangan Agatha.

Beberapa detik penuh makna, mereka terlena dalam tatapan mata penuh arti. Sampai akhirnya pertanyaan Agatha membuyarkan semuanya.

"Rafael, ini sakit," ucap Agatha sembari menunjuk pada genggaman Rafael.

"Oh, maaf. Aku tidak sengaja."

Lalu dia melepaskan genggamannya seketika itu juga.

"Apa kamu ada masalah?" Agatha bertanya pada Rafael yang saat itu sedang dalam wajah kebingungan.

"Oh, bukan."

"Lalu?"

"Aku ada sedikit rejeki, rencananya besok aku mau berbagi sedikit di panti asuhan. Apa kamu ada waktu untuk datang di acara itu?"

"Besok ya? Aku bisa, besok aku juga tidak ada acara, ini kan waktuku liburan."

"Ah, syukurlah. Besok aku jemput jam 9 pagi ya?"

Agatha mengangguk sambil tersenyum pada Rafael. Lagi-lagi kali ini Rafael menarik lagi tangan Agatha dengan tanpa malu dan polosnya. Rafael menarik tangan Agatha dengan sedikit memaksa, Rafael mengajak Agatha berjalan menuju mobilnya. Sebetulnya Agatha tidak mau namun Rafael sedikit memaksanya, dan ingin mengantarkannya pulang.

"Aku antar kamu pulang ya? Tolong jangan menolaknya."

"Tapi aku bisa pulang sendiri, aku sudah biasa."

"Tolong, Aga. Kali ini kami jangan menolaknya."

"Terserah kamu saja," jawab Agatha sambil menarik napas panjang.

Pagi itu akhirnya Rafael berhasil mengantarkan Agatha pulang ke rumahnya, Agatha benar-benar menjaga sikapnya sebagai seorang biarawati. Dia sangat sopan sekali baik dalam kata maupun dalam perilaku. Hanya saja mungkin Rafael yang kadang kelewat batas, sampai dia tidak sadar siapa lawan bicaranya.

Bisa jadi karena rasa cinta yang menggebu di hatinya sampai dia tak mampu lagi menahannya jika sudah berada di depan Agatha.

***

Rafael tiba-tiba berhenti di suatu jalan sebelum tiba di depan rumah Agatha, saat mendengar suara Agatha.

"Stop, Rafael. Sudah aku turun disini saja."

"Bukannya rumah kamu masih ada di ujung sana, kalau aku tidak salah. Bukannya masih lumayan jauh."

"Kamu tidak salah, kamu benar. Rumahku memang masih di ujung sana. Aku sengaja jalan, biar tidak terlalu banyak pertanyaan jika terlihat oleh keluargaku nanti."

"Gitu ya? Kalau begitu hati-hati di jalan, sampai ketemu besok pagi ya, Ga?

Agatha tersenyum dan mengangguk pelan. Senyum yang selalu dia berikan pada semua orang yang dia jumpai dan yang dia kenal.

Begitu mobil Rafael berjalan meninggalkannya, Agatha pun juga ikut berjalan melangkah menuju rumahnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel