Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Hari Penentuan

Freya merasa aneh dengan sikap Arsen hari ini. Tiba-tiba saja kasar dan tidak ingin berdekatan dengannya. Padahal Arsen selalu bilang kalau ia harus bersikap mesra selama masa kontrak pernikahan.

Freya menyusul Arsen ke dalam kamar, tetapi ia kaget karena pelayan membawa semua barang-barangnya keluar.

"Kenapa pakaianku dibawa keluar?" tanya Freya.

"Mulai malam ini, kamu tidur di kamar lain," jawab Arsen.

"Sikapmu berubah."

Arsen bersedekap tangan. Tersenyum sinis memandang istrinya. "Kenapa? Kamu kaget tiba-tiba aku tidak lagi romantis?"

Freya tersenyum tidak mengenakkan. "Aku merasa kamu sangat plin-plan. Hari ini bilang A besoknya bilang B. Sama sekali tidak ada pendirian."

"Enak sekali kamu bicara seperti itu." Arsen menoyor kepala Freya. "Terserah aku mau bilang apa. Yang punya bibir juga aku. Lebih baik kamu pergi siapkan aku makan." Arsen mundur ke dalam dengan menutup pintu kamar.

"Dasar! Awas saja kamu minta jatah malam ini."

Bruukkk .... !

"Hei! Pintu kamarku bisa rusak!"

Freya kaget mendengar teriakan Arsen. Secara refleks ia menendang pintu kamar. "Aku harus kabur." Freya berlari menuju dapur sebelum Arsen memarahinya.

Pintu kamar kembali dibuka. Arsen celingak-celinguk mencari keberadaan Freya, tetapi wanita itu sudah pergi dari depan kamar.

"Awas saja dia. Lihat, aku akan menghukummu malam ini," gumam Arsen.

Dengan dibantu pelayan lain, Freya memasak makan malam untuk Arsen. Namun, Freya masih berpikir mengenai sikap Arsen malam ini. Ia bertanya-tanya apa dirinya berbuat salah sehingga Arsen membuat jarak di antara mereka?

"Nona," tegur Lily.

Freya tersentak, "Lily, kamu bikin kaget saja."

"Tuan Arsen sudah berada di meja makan."

"Kamu bawa makanan ini semua. Aku rasa kondisi hati Arsen malam ini tidak baik. Tiba-tina saja dia bersikap aneh begitu," kata Freya.

"Mungkin ada masalah di kantor, Nona."

Freya tidak berpikir begitu. Apa hubungan antara kantor dengan mereka tidur di kamar terpisah sekarang? Freya rasa memang Arsen ingin menjaga jarak.

Freya menyusul Lily yang membawa makanan hasil masakannya ke ruang makan. Benar saja Arsen telah duduk manis di sana menunggu untuk dilayani.

"Setelah makan malam, aku ingin bicara denganmu," kata Arsen.

"Baik. Kita makan saja dulu."

Freya mencuri lirik di tengah keduanya makan bersama. Hatinya masih penasaran terhadap pria yang saat ini tengah makan dengan lahapnya.

"Cepat habiskan makananmu. Jangan melirikku terus," kata Arsen.

Freya terkesiap, "Iya."

Habis makan malam bersama, Arsen mengajak Freya bicara di ruang kerjanya. Saat ini sepasang suami istri itu tengah duduk berdampingan dengan ditemani secangkir teh hijau yang baru saja pelayan hidangkan.

"Mantan kekasihku datang dan ia mengatakan kalau dirinya hamil anakku," ungkap Arsen.

"Maksudmu nona Velia Anderson?" tanya Freya.

Arsen mengangguk, "Iya. Dia datang bersama bayi di dalam kandungannya. Ia hamil tiga bulan."

Freya bertepuk tangan sekali. Ia mendekat kepada Arsen. "Aku penggemarnya. Bisakah aku meminta tanda tangan atau berselfi dengannya? Aku mohon. Aku ingin bertemu dengannya."

Arsen menurunkan rahang bawahnya. Tidak percaya Freya malah bicara seperti itu. Di depan Arsen saat ini adalah wanita yang berstatus istri sahnya. Mereka menikah secara resmi. Arsen berkata ada mantan yang hamil dan ingin balikan, malah istrinya merasa sangat senang.

"Kamu benar-benar menganggapku suami kontrak?"

"Eh, kenapa kamu jadi marah?" tanya Freya.

Arsen menoyor kepala Freya. "Kamu benar-benar ingin kembali bersama kekasihmu itu? Ingin berpisah dariku secepatnya?"

"Aku harus apa, sih? Selalu saja aku ini salah di matamu," Freya berkata dengan kesalnya.

"Kamu mulai duluan tadi. Seharusnya kamu marah," ucap Arsen.

Sudah Freya duga. Tingkah Arsen memang suka berubah-ubah. "Sudahlah, kita jangan bertengkar. Langkah selanjutnya bagaimana?"

"Aku akan membatalkan pernikahan. Maksudku kita bercerai jika terbukti anak yang dikandung Velia adalah darah dagingku."

"Oh, kamu harus membayarku dua kali lipat kalau begitu," ucap Freya.

"Aku tidak pernah lupa akan janjiku. Untuk sementara kita jaga jarak agar pada saat berpisah, publik tahunya hubungan kita memamg sudah tidak romantis sama sekali."

"Oke, aku sama sekali tidak keberatan." Freya beranjak dari duduknya, lalu keluar dari ruang kerja. Tampak sekali Freya malah berbahagia akan berpisah dari Arsen.

"Rupanya dia memang menganggapku suami kontrak." Arsen tersenyum. "Tapi baguslah. Dia berperan dengan semestinya."

*******

Tes DNA segera dilakukan dengan mengambil cairan Amnion dari dalam kandungan Velia. Butuh waktu selama dua minggu untuk memastikan apakah janin yang dikandung Velia merupakan darah daging dari Arsen.

"Aku minta hal ini dijaga, Andy," pinta Arsen.

"Tenang saja. Aku akan melakukan yang terbaik," ucap Dokter Andy.

"Dalam dua minggu, aku datang kembali untuk mengambil hasilnya."

Andy mengangguk, "Aku akan meneleponmu nantinya."

Arsen memandang Velia. "Untuk sementara aku ingin kamu tidak bekerja. Tempati saja apartemen yang dulu menjadi tempat tinggal kita."

"Kamu menganggapku wanita simpanan?"

"Aku sudah menikah. Selama menunggu tes DNA, maka anggap saja kamu wanita yang seperti itu. Aku akan menyuruh pengawal, dan juga pelayan untuk menjagamu," kata Arsen.

Velia mengangguk, "Baiklah. Aku akan terima apa pun perlakuanmu."

******

Seperti yang dikatakan Arsen kepada Freya, keduanya menjaga jarak. Arsen juga tidak meniduri Freya, dan keduanya benar-benar menjadi orang asing.

Hal itu memunculkan desas-desus publik, tetapi Arsen tidak memperdulikannya. Orang tua Arsen juga bertanya hal-hal yang menyebabkan pernikahan anak mereka merenggang.

"Mom, Velia hamil. Dia bilang itu anakku," kata Arsen.

"Freya bagaimana?" tanya Veronica.

"Dia belum hamil."

"Mommy sangat kecewa kamu berbuat hal seperti itu." Veronica mengetahui cerita sebenarnya setelah Arsen menceritakan segalanya. "Mommy tidak punya muka untuk menemui istrimu."

"Kami sudah sepakat, Mom. Besok, adalah hari penentuan. Jika anak yang dikandung Velia milikku, maka Mommy akan punya cucu," ucap Arsen.

Veronica mengangguk, "Apa boleh buat jika begitu kejadiannya."

Veronica dan keluarga hanya bisa menerima. Semua tergantung Arsen karena pria itu yang memutuskan segalanya. Sayang sekali Freya akan berpisah dari Arsen. Padahal Veronica sangat menyukai Freya sebagai menantu.

Namun, di lain sisi Freya merasa senang. Berharap anak yang dikandung Velia adalah anak dari Arsen. Jika itu terjadi, maka kesempatan Freya untuk lepas lebih cepat terwujud.

"Daniel, aku harap kita segera bertemu. Kita akan menikah dan membangun rumah tangga yang bahagia," ucap Freya berharap.

"Istriku!"

Freya tersentak, lalu menoleh pada sosok yang melangkah mendekati dirinya. "Arsen, kamu mau apa?"

"Istriku, aku ingin minta hakku," kata Arsen.

"Kamu bilang untuk menjauh!"

"Besok, adalah penentuan. Sekarang kamu masih istriku," kata Arsen sembari mengangkat tubuh Freya dari sofa.

"Untuk hari terakhir pun, kamu tidak ingin melepasku."

"Aku harus membayarmu dua kali lipat. Akan sangat rugi jika aku tidak menidurimu sepuasnya malam ini," ucap Arsen.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel