2. Alan dan Tian
"Siapa suruh jadi orang dodol."
Anzela menatap tajam ke sebelah kanannya. Dimana di sana terdapat seorang cowok bertubuh tegap, berbadan tinggi, berkulit putih,dan berambut hitam pekat tengah berdiri di sampingnya.
Pria aneh di samping Anzela kini menatap lurus ke arah depan,tanpa memperdulikan Anzela yang tengah memandangnya dengan tatapan kesal.
Penampilan pria itu hampir sama dengannya pagi ini. Terlihat sangat berantakan. Baju yang di keluarkan tanpa dasi dan sepatu putih bertali yang di pakai pria itu.
Anzela bergidik geli membayangkan penampilan pria di sampingnya yang sangat terlihat urakan seolah memperlihatkan bahwa pria di sampingnya ini adalah seorang bad boy. Apalagi ditambah sebuah tindik hitam di salah satu telinga pria di sampingnya itu. Semakin membuat Anzela merasa geram dan takut sendiri.
"Padahal udah ada larangan gaboleh pakai sepatu putih. Ini cowok ngegas banget langgar peraturan.Dasar anak nakal, "batin Anzela.
"Lo nggak punya mulut ya?Atau lo nggak denger gue ngomong apa?Gue ngomong sama lo tadi,"kata Pria itu sambil menundukan kepalanya melihat wajah gadis di sampingnya yang saat ini gantian menatap lurus ke depan.
Anzela diam tanpa membalas sepatah kata pria yang tak dikenalnya itu.Pasalnya,ia juga baru pertama kali ini melihat wajah yang sangat asing untuknya.
"Astaga. Cantik cantik budek ya,"kekeh pria di sana dengan senyum masamnya.
Mendengar hal itu, Anzela menggeram kesal. Berusaha menahan emosinya sendiri yang sudah berada di puncak kepala. Bagaimana bisa orang aneh ini berkata seperti itu, padahal alasan Anzela tidak menjawab sudah sangat jelas. Anzela tidak kenal, dan dia malas menanggapi ucapan basa basi pria aneh ini.
"Woy Alan. Di cariin taunya lo di sini. Di ajak lompat pager belakang malah godain cewek,"kata seorang cowok yang baru saja datang menghampiri cowok aneh di samping Anzela yang ia panggil Alan itu.
"Weh. Anzela,"lanjut pria itu setelah melihat gadis di sebelah temannya.
Anzela mengangkat wajahnya. Menoleh ke arah cowok yang memanggilnya.
"Hay kak, Tian."sapa Anzela sambil melambaikan tangannya dengan sedikit senyum kecil.
"Lo telat?tumben banget anak kayak lo telat?"tanya cowok yang ia panggil Tian.
"Iya, kak. Gue kesiangan."
"Bro. Lo kenal cewek budek ini?"tanya cowok aneh di samping Anzela pada temannya yang di panggil Tian.
"Kenal lah. Dia kan adek kelas kita. Tunggu,lo tadi panggil dia apa?cewek budek?"
"Heh kampret. Apa apaan lo panggil gue sembarangan. Budek dari mananya?lo aja yang sok kenal sama gue!" Kesal Anzela tak terima.
"Ya emang lo yang budek. Di ajak bicara nggak mau jawab,"balas Alan dengan nada jahilnya.
"Lo aja yang sok kenal. Gue kenal lo aja enggak ya kalik sok nyambung nyambung. Emang gue apaan."
"Heh! Dimana mana itu, orang kalau di sapa dan di ajak bicara itu ya jawab. Bukan kayak lo. Sok sok an gengsi jawab cowok ganteng."
"Dih!Ganteng dari mananya! Emang gue itu lo. Yang sok kenal sama orang. Trus apaan? Sapa? Emang lo tadi nyapa gue?yang ada lo ledek gue tadi bego,"jawab Anzela geram.
Ini untuk harga dirinya. Bagi cewek yang sangat menjunjung harga diri dan gengsi hal seperti ini tidak boleh lagi terjadi. Sangat memalukan.
"Kan gue tadi basa basi dulu. Lo di ajarin sopan santun ga sih?Jawab omongan orang apa dosanya?Yang ada,nambah pahala iya."
"Gue?Heh pantat payung. Lo ngaca sono. Anak SD kalau lo sapa juga bakal takut kali. Nggak gue doang. Penampilan lo kaya preman kopaja gimana gue ga takut."Balas Anzela dengan nada tinggi.
"Heh!Sembarangan lo ngomong. Gue ganteng kaya gini lo bilang kayak Pantat payung?kaya preman kopaja?Sorry, neng. Gue ganteng. Harusnya Lo bersyukur di sapa sama cowok ganteng kayak gue."
"Cih!Ganteng apanya. Kayak kondektur Bajaj aja bangga."
"Lo tuh bego!Sejak kapan bajaj ada kondektur. Pantes aja lo tadi bilang "Anzela dodol" Baru tau gue.Ternyata lo emang dodol!"
"Apaan sih lo!kok jadi nyolot sama gue?"
"Lo yang nyolot duluan, lo yang takut sama gue ya?"Kekeh Alan dengan nada jailnya.
"Dasar banci Tanah Abang.Bisanya nyinyir. Admin Lambe Turah ya lo."
"Enak aja kalau ngomong. Lo tuh banci Tanah Kusir. Lo kalik keturunan Mimi peri."Balas Alan tak mau kalah.
"Enak aja lo kampret!"
"Dih. Kembaran momo diem lo."
"Muka lo itu yang kayak momo!"ketus Anzela geram.
"Udah udah. Kok jadi ribut depan gerbang. Ntar di samperin pak satpam. Kena hukuman lo berdua tau rasa."Lerai Tian menengahi perdebatan pagi yang terjadi antara Alan dan Anzela.
"Diem!"jawab keduanya kompak.
"Astaga kalian berdua. Baru kenal aja udah kayak Kucing sama Tikus,"kata Tian lagi.
"Lo jangan nambah nambahin, bro. Kesel gue ketemu cewek kaya gini pagi pagi. Cantik cantik nggak ada baik baiknya."
"Terserah gue pantat gayung. Ikut campur aja lo!Mamam nih!"kata Anzela sambil menginjak kaki Alan dan segera berlari meninggalkan tempat itu.
"Woy!Sial. Kaki gue di injek kingkong!"keluh Alan sambil memegang ujung jarinya yang sakit dan berdenyut akibat injakan kaki Anzela.
"Sabar, bro. Jangan sebel sebel ntar cinta."Kekeh Tian sambil menepuk bahu temannya.
"Cinta apaan. Ogah gue cinta sama cewek macem telor ceplok kayak gitu. Udah bulet kaki antep, kalo nginjek sakit. Kayak nggak ada yang lain."
"Awas kemakan omongan sendiri."
"Dih.Kenapa juga Bunda nyuruh gue pindah ke Jakarta.Udah enakan di sana.Tinggal ujian juga.Pake segala pindah pindahan.Ketemu cewek macem Kingkong. Gimana gue mau tenang di sini."
"Makannya.Jangan bandel lo jadi orang."
"Gue nggak bandel, bro."
"Ngeles aja lo.Ini apa kalo ga bandel,"kata Tian sambil menjewer telinga sahabatnya yang terpasang tindik hitam di sana.
"Adeh...adeh..adeeh..Sakit bego!"
"Bandel lo."
"Ini bukan bandel.Ini keren."
"Keren gundulmu!Kaya gitu keren.Keren itu pakai dasi.Sepatu hitam.Baju di masukin."
"Munafik lo.Penampilan lo sama gue ga jauh beda dodol."
"Weh iya.Lupa," kekeh Tian menanggapi kekesalan Sahabatnya itu.
