11. Spam Alan
Untuk orang-orang yang sudah bangun, tergolong seperti seorang kebo yang hoby rebahan bangung pagi adalah momok yang paling menakutkan sekaligus menyebalkan. Matanya masih memaksa untuk tetap memejam, sedangkan telinganya berdengung mendengarkan namanya di panggil dan di teriakki sang Ibu dari balik pintu kamar. Meskipun semalam ia tidur nyenyak dan tidak lagi begadang, tapi rasanya tetap saja Zela malas untuk bangun. Kalau bukan karena Sekolah, ia bersumpah serapah dalam hati dan berjanji akan bangun pukul sepuluh nanti.
Memeriksa ponsel yang berada di atas bantal sampingnya, dengan mata yang berusaha ia buka. Betapa terkejutnya saat mendapati banyak sekali pesan dari Alan yang ia tinggal tidur semalam.
115 pesan Chat belum dibaca
kondektur kopaja!
"Eh buset tuh anak spam apaan banyak banget. Dasar cowok kurang kerjaan!"gumam Anzela sambil meletakkan ponselnya kembali. Ia tidak peduli dengan pesan-pesan dari Alan. Gadis itu memilih untuk bangun dan beranjak dari atas tempat tidur.
Ia pergi untuk menyelesaikan ritual mandinya. Beberapa menitpun berlalu, ia keluar dari kamar mandi dengan pakaian Seragam lengkap dan rapi.
Tangannya bergerak menggunakan kaos kaki putih panjang di kedua kakinya. Menarik ujung dasinya agar terpasang rapih dan sempurna.
"Anzela. Sarapan,"teriak sang ibu, membuat Anzela segera mengambil tas ransel coklatnya di atas meja belajar.
"Iya, bu. Sabar,"kata Anzela sambil membuka knop pintu kamarnya.
"Lama banget kamu jadi anak perempun kok lelet. Ini lho kasian Alan nungguin dari tadi."
Anzela dengan segera membulatkan matanya mendengar ucapan sang ibu kali ini. Beberapa kali ia mengedipkan mata tak percaya atau malah takut salah dengar. Dengan segera, Anzela berjalan menuruni tangga. Memastikan apakah benar yang dikatakan sang ibu barusan.
Dan benar saja, gadis itu kembali mengerjapkan matanya tak percaya. Alan sekarang ada di ruang tamu rumahnya. Cowok itu tengah duduk membelakangi Anzela saat ini.
Anzela berdehem, bermaksud menyadarkan Alan untuk kedatangannya. Dan benar saja, cowok itu menoleh ke arahnya dengan senyum yang sedikit berbeda. Dan itu membuat Anzela merasa sedikit aneh
Menepis perasaan itu, ia kembali di buat kesal saat Alan mengalihkan fokusnya dan kembali mengejeknya seperti Alan yang memang setiap hari ia kenal, sangat menjengkelkan.
"Lama amat si lo jadi cewek. Kingkong macem Siput," ketus Alan yang membuat Anzela mencibikan bibirnya kesal.
"Heh Alien!Siapa suruh juga lo nungguin gue. Ke rumah gue pagi-pagi kaya gini? Gue ga nyuruh lo juga. Jadi ya serah gue."
"Dih nyolot ya lo. Masih mending gue mau jemput lo. Gue masih tanggung jawab gara-gara bikin lo sakit!"
"Gue enggak minta. Makasih!"
"Heh Lawrencia Anzela!Harusnya lo itu bersyukur di jemput cowo ganteng dan keren kaya gue ini."Tambah Alan sambil membenarkan krah leher di bajunya.
"Cih!PD lo."
Tanpa mereka sadari, ibu Cris datang sambil membawakan nampan berisi dua gelas susu dan beberapa camilan kue.
"Anzela, kamu ini yang sopan sama tamu. Nak, Alan ini tamu di rumah kita."
"Halah buk, orang kaya gini ga perlu di sopanin."
"Enak aja lo kalau ngomong," kesal Alan sambil melotot ke arah Anzela.
"Heh Zela!Jangan ngomong sembarangan. Ibu gapernah ya ajarin kamu nglunjak di depan orang lain."
"Iya-iya,"kata Anzela sambil menunduk.
"Nak Alan. Maafin Anzela ya. Dia emang masih kekanakan."
"Iya, santai aja tante,"jawab Alan dengan senyum kemenangan.
"Trus ngapain, buk? Dia pagi- pagi kesini?"
"Makannya, kalau di chat itu ya di baca, di bales. Bukannya di diemin."
"Apaan si lo alien. Lagian lo chat gue berondong buanyak banget. Males banget gue baca. Paling juga engga penting,"jawab Anzela dengan malas.
"Anzela,"
"Iya- iya, ibu."
Tanpa terlihat oleh ibu Cris. Saat ini Alan tengah menjulurkan lidahnya ke arah Anzela dengan senyum kemenangannya membuat Anzela menggerutu kesal.
"Alan jemput kamu karna semalem merasa bersalah. Yaudah ibu ijinin. Lagian niat Alan baik kan."
"Hah?Modus doang dia buk."
"Zelaa."
"Iya, bu."Jawab Anzela akhirnya setelah menarik nafas panjang.
Anzela segera mengambil segelas susu di atas nampan yang di bawa ibunya. Dengan segera ia meminum susu itu hingga tandas tak tersisa. Berbeda dengan Alan. Cowok itu diam mengamati Anzela yang dengan segarnya meminum susu di hadapannya.
"Aahhhh seger," kata Anzela sambil menaruh kembali gelas kosong bekas susu yang telah ia minum."
"nak Alan?Kamu nggak doyan susu?"tanya ibu Anzela sambil menatap ke arah pria tinggi di sampingnya.
"Hah?"tanya Alan terbangun dari lamunannya.
"Halah, buk. Orang kaya kaya dia mana doyan susu murahan kaya gini. Udah buk nggak usah di tawarin yang ada ntar dia gabisa nelen susunya,"kata Anzela acuh membuat Alan menatap tajam ke arah gadis itu.
"Enak aja lo kalo ngomong. Nih liat,"kata Alan sambil mengambil segelas susu di atas nampan lalu meneguknya cepat sampai tandas tak tersisa.
Anzela dan sang ibu hanya bisa tertegun melihat pria tampan di hadapannya yang saat ini menaruh kembali gelas kosong ke atas nampan.
"Gimana?"tanya Ibu Anzela sambil melihat ke arah Alan.
"Agak aneh ya rasa susunya."
"Ya jelas lah. Lo biasa minum ASI ya?"
"Hah?Ngawur aja lo kalau ngomong,"kata Alan tak terima.
"Lha aneh. Kaya gitu lo bilang aneh. Dasar lidah orang kaya yang aneh!"
"Serius gue. Ini susu rasanya aneh. Beda banget kaya susu biasanya."
Ibu Anzela terkekeh mendengar perdebatan antara anaknya dan Alan.
"Ya jelas aneh lah nak Alan. Itu tadi kan susu kambing,"kata Ibu Anzela yang membuat Alan terkejut. Dengan gerakan jijik Akan mengernyitkan wajahnya.
"Hueek...Huekkk." cowok itu berlari ke arah dapur rumah Anzela. Ia memuntahkan susu yang tadi ia minum ke dalam wastafel.
"Hah kenapa si Kondektur?"kata Anzela terheran.
"Aduh nak Alan kamu kanapa?"Tanya Ibu Cris dengan nada kawatir.
"Hueeek..enggaa..papa..hueeek..."
