Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 4 - New Lover

Revano berusaha memulihkan Website kepolisian, tapi tidak bisa ia lakukan. Hingga pada akhirnya ia mengalah, lalu mengusap wajahnya kasar.

"Devan berhentilah berpacaran! Lihat Negeramu, sudah begitu kacau. Apa kau tidak takut Penjahat-penjahat ini membunuhmu dan juga Pacarmu?" kata Yustine.

Riska yang mulai takut berteriak nyaring di dalam kantin, "Orang mana yang ingin membunuhku? Jika dia ingin membunuhku... mereka harus melawan Putra Mahkota terlebih dahulu."

Vanya yang masih duduk di sana tersenyum smirk. 'Gadis bodoh, jika kau mencintainya kau pastinya tidak akan mengorbankan dirinya. Ini sama seperti kau lebih egois, mementikan diri sendiri bodoh...'

Vanya yang sudah malas mendengar keributan yang dibuat Riska, lebih memilih meninggalkan tempat itu.

Malam hari tiba, semua Keluarga Martinez sudah berkumpul di ruang utama untuk memberi ucapan selamat kepada Pengantin.

Tapi di saat itu Sandi tidak ada dirumah, ia masih sibuk mengurus Tahanan yang kabur dari penjara, hingga Tania di tinggal sendiri, Tania yang ingin menikmati malam pertamanya, terlihat menyedihkan, ia sangat begitu kesal dan berantakan.

Vanya yang menuruni tangga, membuat semua Keluarganya terperangan dengan gaya penampilannya. Penampilannya itu tidak terlihat seperti idiot lagi, sebaliknya ia terlihat seperti peri cantik seksi dengan sejuta pesonanya.

Tania yang tidak suka melihat cara berpakaiannya, tiba-tiba menarik tangan Vanya kasar. "kenapa kau memakai gaun putih, seakan- akan dirimulah yang sedang mengadakan pernikahan di rumah ini."

Keluarga tiri Ayahnya hanya menonton saja, mendengarkan Tania marah, sambil memandang Vanya jijik.

Vanya melipat kedua tangannya di bawah dada dengan wajah sombongnya. "Ada apa Ibu tiri? Kau terlihat depresi sekali. Ah... aku lupa, ternyata Ayahku tidak bisa menyentuhmu malam ini yah? Tenang saja, di kulkas masih ada timun dan juga terong- terongan." Vanya yang berbicara tidak masuk akal membuat semua keluarganya menjadi marah. Wajah Tania sendiri bukan lagi menjadi merah, tapi membiru menahan emosinya.

Baya Nenek Vanya yang begitu kesal, kini mempengaruhi Tania. Ia berbisik, "Bunuh dia sekarang! Dia adalah ancaman untuk mu."

Saat Tania akan menendangnya, tiba-tiba Vanya tertawa dengan raut wajah jahatnya. "Kau ingin membunuhku! Jangan lupa siapa Ayahku. Kau tidak punya hak untuk menyentuh diriku ini... kau hanya kuman dirumah ku ini." Vanya berbalik badan, menghempaskan rambutnya kebelakan lehernya.

'Berani sekali pelacur ini. Dari mana dia mendapatkan keberanian seperti ini, bukan wajahnya saja yang mirip Ibunya, tapi sifatnya mirip sekali dengan Ibunya,' Tania menggurutu kesal dalam hati.

Saat Vanya telah pergi, Baya dan lainnya mulai memikirkan rencana jahat selanjutnya, dan rencana itu persis apa yang mereka lakukan di masa lalu.

Vanya dan sasa kini berada di Empire Casino tempat perjudian terbesar yang ada di Kota Metropolitan. Sasa yang tidak lagi menjadi cewe nerd, berubah seperti gadis yang terlihat Modis dan Spektakuler.

Vanya yang asik menyesap minumannya tiba-tiba pemilik Casino datang menyapa mereka, "Apa anda ingin bermain nona? Lihat Pria bertopeng disana, dia ingin mengajak anda untuk ikut bermain."

Vanya yang melihat Pria bertopeng disana, hanya tersenyum smirk, dan memiringkan kepalanya.

"Tidak tuan! Kami hanya Orang miskin yang sedang bersenang- senang saja," ucap Sasa.

Pemilik Casino mengerutkan keningnya. 'Miskin katanya, cara berpakaiannya saja sudah terlihat jelas... bahwa mereka berasal dari Konglomerat.' Pemilik Casino pergi tanpa sepatah katapun pada mereka.

Sasa meneguk minumannya sampai kandas. "Vanya buat apa kita kemari? Clubing, Bar, Diskotik lebih nyaman dari pada Casino."

"Tentu saja untuk bertemu, dan memantau penjahat," jelas Vanya.

Sasa terperangah, membulatkan matanya.

Vanya berdiri mendekati sekelompok Pria yang asik bermain Poker. Asap Rokok dan minumam Alkohol tercium di indra penciumannya, entah kenapa Vanya sangat menyukainya.

Vanya yang sudah duduk di atas pangkuan Pria bertopeng itu, kini keduanya saling berbisik dengan gaya Sensualnya.

Orang-orang yang melihat mereka, pasti berpikir bahwa sang gadis itu berusaha menggoda Pria bertopeng itu, untuk di jadikan One night stand.

"Aku tidak menyangka gadis idiot dari keluarga Martinez hanya berpura-pura menjadi idiot, You are so beautiful baby," ucap pria bertopeng.

Vanya mengecup bibir Pria itu dengan sensual tapi pelan, ia bahkan berani memasukkan tangannya ke dalam baju pria itu, lalu mengusap otot perutnya, sampai pria itu meremas jemari Vanya di balik bajunya.

"Beraninya kau..." Pria itu tertawa suka.

Vanya tersenyum bahagia, lalu memperlihatkan giginya yang putih dan berkata, "Sayang akui aku sebagai kekasihmu. Jika tidak-"

"Apa?" Pria itu sudah begitu kesal.

"Keluarga mu yang bekerja di bidang politik-kau malah terjerumus sebagai bandar narkoba... bukan kah ini bisa di katakan bahwa kau bertentangan dengan Keluargamu, dan ingin merusak nama baik Keluargamu yang bekerja di Istana."

Pria bertopeng bernama Vano Wilson itu tertawa terbahak-bahak, bahkan semua orang di meja Casino berbalik melihat keduanya begitu sangat intim disana.

Vano mencium bibir Vanya begitu sensual sampai berujung meremas payudaranya kasar, saat keduanya tenggelam dengan ciuman mereka, Sasa datang menarik tangan Vanya dengan cara paksa.

Vano yang dipenuhi nafsu dicampur amarah, mengejar Vanya yang sudah berada di ambang pintu. Vano menarik pergelangan tangan Vanya, lalu menghimpitnya di tembok. "Jika ini yang kau mau ok... tapi jangan salahkan aku, jika suatu saat hubungan palsu ini berubah menjadi kenyataan."

Vanya mengalungkan tangannya di leher Vano dan berkata, "Sepakatan hanya kesepakatan saja! Jangan pernah menganggap ini sebagai kenyataan. Jika itu terjadi, kau harus siap menelan kecewaanmu."

"Kenapa kau memberiku kesempatan untuk mencintaimu, tapi pada akhirnya kau menyakitiku. Tidak bisakah kau lupakan dia saja... Dia hanya mencintai sepupumu itu."

Vanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban tidak.

Vano melepaskan Vanya, dan membiarkan Sasa membawanya pergi dari hadapannya. Vano yang merasa pilu tertunduk menggelengkan kepalanya. "Kenapa aku terlihat seperti sampah... Sejak duduk di Sekolah dasar, aku sudah sangat begitu menyukaimu, tapi disaat kesempatan ini di berikan padaku, kau sebaliknya menolakku tanpa perasaan."

Sasa yang merasa terabaikan di dalam mobil tiba-tiba bertanya, "Siapa pria tadi?"

"Vano Wilson..." Vanya bicara cuek.

"Apa... sejak kapan kalian seintim tadi?!"

"sejak tadi!" jelas Vanya

"Kau gila yah?! Mendekati Vano dengan gaya konyolmu itu. Kau pikir dia tidak syok melihat dirimu yang tiba-tiba binal."

Vanya meledek Sasa yang terlihat penasaran. "Dia sekarang pacarku!"

Sasa tersentak kaget, "Hello... apa aku salah dengar? Bagaimana bisa kalian pacaran, sedangkan kau tidak perna melihat wajah asli di balik topengnya itu. Terus bagaimana dengan Putra Mahkota?!"

"Game over!"

"What, that's impossible."

Sudah satu minggu lamanya Sandi dan Putranya tidak pulang, bahkan Vanya sendiri sering keluar rumah, dan membuat Tania seperti hidup bergentayangan di rumah besar itu.

Vanya yang sering pulang dalam ke adaan mabuk, membuat Tania sering memarahinya, bahkan mengancam dirinya dengan perkataan kasarnya.

Tania yang tidak tahan lagi mengepalkan tangannya dan berkata dalam hati, 'Kita lihat saja, apa kau masih seperti ini jika kau sudah menikahi Adik Raja. Kau dan semua keluarga ibumu hanyalah sampah, merebut Sandi dariku, sampai aku harus menikahi pria lain.'

Vanya yang sudah berada di kamarnya kini membanting pintu kamarnya, melepaskan bajunya hingga memakai pakaian dalaman saja.

Vanya yang begitu lelah di tambah mabuk, terkapar di atas tempat tidurnya, ia tidak menyadari bahwa seseorang sudah memanjati kamarnya, dan tertidur di sebelahnya.

Pria itu memeluk dirinya erat, lalu tertidur bersama dalam mimpi mereka masing-masing.

Flashback.

Seorang Pria tengah berdiri di rumah pohon bersama seekor Srigalanya. Pria itu sedang menatap pepohonan yang mulai menggugur di terpa angin kencang.

"Tuan apa yang harus kita lakukan sekarang? Kekacauan di Ibukota merugikan Istana, Ayah handa tidak bisa mengintrol kekacauan ini," ucap Asisten bersama pengawal yang baru datang.

Pria yang mengelus bulu Srigalanya, hanya tersenyum seperti memikirkan sesuatu. "Biarkan saja mereka menyelesaikan masalah ini sendiri! Aku memang ingin menghancurkan semuanya."

*

*

*

Istana Kerajaan Britania.

"Yang Mulia Agung, Jendral Sandi martinez menghadap Yang Mulia."

Sandi membungkuk memberi hormat.

Raja Philip yang duduk di kursi tahta kebesarannya, hanya mengangguk melihat Jendralnya datang. "Aku dengar... putri semata wayangmu sudah dewasa."

Sandi yang mulai tau kemana arah pembicaraan itu, langsung membantah. "Putri handa hanya gadis idiot dan jelek, Yang Mulia."

"Ia kah, jika begitu aku begitu ingin melihatnya saja."

Sahut Sandi, "Jika Yang Mulia berniat untuk menikah kan putri hamba... tolong jangan lakukan itu!Putri hamba sudah memiliki kekasih." Sandi berbohong.

Raja yang murkah memukul tangan kursinya. "Apa kau ingin melawanku jendral!"

Jendral sandi berlutut memohon ampunan.

"Aku perintahkan dirimu, untuk membawa anakmu besok di hadapanku!" perintah Raja.

Sandi yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi, hanya meninggalkan RAJA bersamaan raut wajahnya yang begitu masam.

Keesokan siang di sekolah. Vanya yang sedang duduk membaca Buku di halaman belakang, tiba-tiba Ayahnya dan juga prajuritnya datang menghampirinya.

"Ayah kenapa kau datang kemari?"

Sandi yang begitu prustasi memeluk Anaknya. "Vanya Ayah tidak dapat melindungi mu lagi."

Vanya mengusap punggung Ayahnya. "Ayah ada apa? Kau bisa cerita sekarang."

"Putriku... kau yang sudah dewasa. Raja ingin melihatmu."

Vanya sudah tau maksud Ayahnya. "Jika ia ingin melihatku, biarkan saja."

Sandi melepas pelukan Anaknya, lalu mengamati wajah Anaknya yang sangat begitu jelek. "Raja bukan hanya melihat mu saja, ia ingin menjodohkan mu dengan Adiknya yang sudah tua itu."

Vanya yang tau itu, ia hanya bersikap santai menanggapinya. "Tidak apa-apa, jika Raja membirkan titah itu, kita bisa apa lagi Ayah."

Jendral yang bersalah kepada putrinya berkata, "Ayah yakin, Raja pasti sudah di hasut oleh paman mu ke duamu."

Vanya mengepalkan tangannya sampai menghitam, lalu tersenyum hangat melihat Ayahnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel