BAB 3 - Our Meetings
Vanya yang hatinya begitu sakit, mengingat semuanya, seketika raut wajahnya menjadi senduh ingat Rafael anaknya. "Aku bersumpah pernikahan di antara kita tidak akan terjadi, karna kau sudah menyakitiku terlalu jauh." Suara Vanya terdengar menyakitkan di hati Devan.
Keduanya terdiam cukup lama, mata mereka saling menatap tajam tanpa berkedip. jujur melihat sosok wajah Devan seperti mengobati rasa rindunya terhadap Anaknya.
Disaat mereka tenggelam dalam pikiran dan perasaan. Suara teriakan semua Orang menggema di tengah hutan, dimana semua Murid dari Weslan berteriak menyebut memanggil nama Vanya.
Devan membuang wajahnya kearah samping, sambil menyentuh dadanya sakit. Ia lalu melonggarkan himpitannya, dan pergi dari hadapan Vanya.
Vanya tertawa hambar melihat Devan sudah menghilang dari pepohonan, bersama seekor Srigala yang mengikutinya. "Kau hanya menginginkan diriku saja, menikahiku hanya menjadikan selirmu... hatimu hanya untuk Riska cintamu. Sejak kecil kau begitu menyukainya kau bahkan rela mati untuknya. Lalu Siapa aku di hatimu?" Suara tawa Vanya menggema di dalam hutan. Vanya yang hatinya sakit seperti tertutusuk belati, berusaha untuk menguatkan hatinya kembali.
Tak lama, salah satu Murid dari kelasnya menemukan dirinya.
Sasa sahabatnya langsung memeluknya dan memeriksa tubuhnya. 'Apa ini, kemana riasan wajahnya? kenapa dia berubah seperti Peri Cantik?' Sasa heran.
Semua murid begitu kagum dengan wajah Vanya, bahkan siswa yang ikut mencarinya kini jatuh dalam pesonanya. Semuanya mulai berbisik tentang wajahnya.
Sasa yang begitu panik bartanya, "Vanya... aku sangat khawatirkan dirimu. Kau tau Murid-murid tadi bukanlah dari sekolah kita, mereka hanya menyamar sebagai Siswa di sekolah kita. Aku harus laporkan ini pada Ayahmu!"
"Tidak, aku tidak apa-apa sekarang, jangan beritahu Ayahku! Ayahku pasti akan mengurungku dan tidak membiarkan diriku bersekolah lagi." Vanya memohon perasaan gelisahnya.
Murid-murid hanya terdiam membisu menatap wajah Vanya. Jika make up itu tidak terhapus, bisa di pastikan. Mereka akan melontarkan perkataan yang sangat menyakitkan untuknya.
~~~
Kediaman Sandi Martinez
Sandi Ayah Vanya sedang tertawa dengan pacar lamanya, dimana kedua orang itu saling berpelukan hangat di ruangan tengah. Sandi yang sudah lama menduda, sebentar lagi akan mempersunting Tania yang tak lain adalah Prajurit Sendiri.
Dan Tania sendiri sudah lama menjanda. Ia memiliki satu Putra tampan dan gagah, hanya saja ia tidak ikut-ikutan dalam Berpolitik.
Vanya yang baru pulang melihat Ayahnya berada di ruang tengah, langsung menghampiri mereka dengan wajah idiotnya.
Tania melihat Vanya dari atas kepala hingga kaki. 'Kenapa anak ini bisa secantik ibunya? Dimana wajah jeleknya itu?'
Vanya tersenyum, sesenyum mungkin sampai mulutnya hampir robek. Ia berbicara dengan nada suara manja, "Ayah apakah dia Calon Ibuku?"
Sandi menarik tangan Vanya, lalu mendudukkan Vanya di tengah-tengah mereka. "Anakku besok Ayah akan menikahi Ibu Tania, aku harap Anakku ini... menyayangi Ibu Tania seperti menyayangi ibu kandungmu. Apa kau paham Anakku?!"
Vanya mengangguk berulang-ulang kali seperti orang bodoh. Vanya yang sudah menaiki tangga, seketika wajahnya menjadi datar dan tersenyum jahat seperti memikirkan sesuatu.
Vanya sudah membersihkan tubuhnya dari rumput ilalang yang membuat sekujur tubuhnya gatal.
Kini beralih ke arah meja membuka layar laptop, dan mengakses prangkat keras untuk mengendalikan Touchpad entah apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
'Besok adalah hari pernikahan Ayah, Ayah bahkan tidak tau bahwa Tania lah yang sudah menjebak Ibuku hingga di hukum mati. Karna Pernikahan ini sudah lama di nantikan oleh semua orang, dan juga Prajurit militer. Akan ku buat semua Orang tidak menghadiri acara pernikahan ini.' Vanya tersenyum jahat.
Pukul 6 pagi Vanya sudah lebih dulu meninggalkan kediaman Ayahnya. Dimana hari ini adalah hari kebahagiaan semua Orang karna pukul 9 pagi, Ayahnya harus berada di gereja bersama Tania calon ibu tirinya.
Danya kakak Vanya membuka pintu kamar Vanya, dan membaca selembar kertas di atas meja.
(Ayah aku tidak bisa aku bersama kalian. Tolong di mengerti! Aku tidak bisa tinggalkan materi pelajaran. Aku akan menyusul kalian nanti,! I love you.)
Danya tersenyum. "Adik jika memang kau ingin fokus dengan pelajaranmu, maka Kakak hanya bisa setuju."
Danya bahagia karna Adiknya sudah banyak berubah, Danya memang tidak tau bahwa Adiknya tidaklah idiot, mereka memang tidak tumbuh bersama.
Itu karna waktu sejak kecil mereka berpisah. Danya di besarkan oleh Neneknya di kampung halaman, dan Vanya di besarkan oleh Ayah dan Ibunya sendiri.
Vanya sudah berdiri di atap gedung New Scotland Yard. Itu adalah kantor Polisi terbesar yang berada di Ibu Kota Inggris.
Vanya mulai mengeluarkan laptop dari tas ransel, lalu menjalankan aksinya untuk membobol situs Website kepolisian milik negara. Jemarinya yang begitu cepat mengetik, mulai memasuki angka angka yang begitu banyak dan beberapa huruf dari A sampai Z. Di layar hitam.
Dalam waktu 5 detik tampil data data seputar informasi penjahat kelas atas, Vanya yang begitu emosi dengan pernikahan Ayahnya mulai mengacak acak Informasi perangkat kepolisian, lalu menghapus seputar informasi secara permanen.
Bahkan membuka pintu penjara secara Otomatis melalui peretasannya. Vanya yang begitu terampil kini menyalah gunakan kemampuan bakatnya menjadi seorang Criminal.
Para tahanan yang melihat pintu sel penjara terbuka sendiri. mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk kabur, dimana pada jam saat itu adalah pertukaran jadwal Polisi yang menjaga.
Kota metropolitan begitu kacau. suara sirine polisi menggema di seluruh pusat Ibukota Inggris. bahkan Tentara dari utusan Raja Philip sudah di kerahkan untuk mengejar para Buronan yang kabur.
Polisi dan pasukan Tentara mulai menggeledah setiap rumah, pusat perbelanjaan dan lainnya.
Vanya yang sudah membawa laju mobilnya melintasi Jalan Raya, hanya bisa mendengar suara sepatu para Polisi berlari bersamaan suara saling menembak.
Vanya yang membuat kekacauan itu bahkan tidak takut sama sekali jika suatu hari Raja mengatahuinya, bisa saja dia akan di hukum mati pada saat itu juga.
Tapi salah, Vanya memang sengaja lakukan itu untuk memulai permainannya, dengan begini semua Iblis akan keluar dari sarang mereka. menjebak mereka dan mati di hadapan semua rakyat. Itulah yang ia inginkan.
Vanya memang memiliki kemampuan beladiri, itu ia pelajari secara diam diam saat melihat Ibu, Kakak laki lakinya, dan juga Ayahnya saling bertarung di halaman rumah mereka.
Keluarganya memang terkenal sangat hebat. Itu di karnakan memiliki Pangkat Seorang Jendral di Keluarga Martinez. Walau keluarga mereka hebat, itu tidak terpengaruh untuk Vanya sendiri. Dikarnakan Vanya hanya gadis Idiot bodoh tidak mewarisi bakat Keluarganya. Bahkan semua Orang sudah mengenal siapa dirinya.
Tapi mereka salah. Orang yang harus mereka takuti adalah Vanya, Vanya yang berpura pura idiot, memiliki IQ 200 di atas Orang normal. Dengan bakat dan kemampuannya ia bisa menciptakan Pemberontak di seluruh Britania.
Tidak, ia tidak bisa lakukan itu! Ia tau bahwa Ayahnya dan kakak laki-lakinya adalah seorang Jendaral, jika dia membangun kelompok pemberontakan, maka lawannya adalah Ayahnya, dan juga Kakak laki lakinya.
Hati Vanya sangat begitu dingin, dia bukan lagi Gadis lemah, pada saat ini dia akan mengubah semuanya dan melindungi Orang-orangnya.
Vanya yang sudah terlambat sekolah datang lalu melompati pagar pembatas. Dengan kemampuan fisiknya yang begitu kuat.
~~~
Guru wali kelasnya melempar Buku tebal mengenai kepala Vanya.
"Saya benci Murid yang sering datang terlambat."
Tak lama Murid lain ikut menyusul setelah Guru itu memarahi Vanya. Tapi guru ini sungguh kelewatan, karna Vanya saja yang terus-menerus di marahi, sedangkan temannya yang terlambat tidak bisa di salahkan.
Vanya hanya menanggapi Gurunya dengan raut wajahnya, yang tersenyum gila. Dia seperti tidak perduli dengan Gurunya yang marah.
Saat jam pelajaran berlangsung, semua Tentara datang melindungi sekolah itu, mereka hanya memastikan keamanan Sekolah Kerajaan akan baik-baik saja.
Dimana Penjahat yang kabur tidak menjadi penyusup dan menyakiti Siswa Siswi yang melakukan proses pelajaran.
Pada saat jam istirahat, Vanya dan Sasa duduk menikmati makan siang mereka di dalam kanting.
Sasa berbisik, "Vanya keadaan di luar sangat kacau, semua Tentara dan juga polisi dekerahkan untuk menjaga ke amanan Kota ini. Menurutmu bagaimana dengan nasib pernikahan Ayahmu?"
Vanya menopang dagunya dengan satu tangannya, dan satu tangannya memainkan sedotan minuman jusnya. Ia yang memandang mata Sasa berbisik dengan malas, "Kasihan sekali mereka, tapi tenang saja. Walau kekacauan ini terjadi, mereka tetap mengucap janji suci di hadapan Tuhan."
"Kau tau dari mana?" heran Sasa.
"Aku yang membuat kekacauan ini."
Sasa yang tersentak kaget memukul lengan tangan Vanya. "Kau sudah gila yah, bagaimana bila Putra Mahkota, dan Raja tau?!"
"Kau yang sudah tau ini, maka kau harus menjadi pengikutku mulai sekarang!"
Sasa yang berwajah kesal menggesek giginya hingga terdengar ngilu. "Aku bisa apa, aku yang sudah menjadi sahabatmu sejak kecil tidak bisa menolakmu kan?" Sasa berdiri lalu mengebrak meja meninggalkan Vanya yang tersenyum jahat.
Vanya dan Sasa tidak menyadari bahwa mata Devan Philip diam-diam melirik, memperhatikan mereka dari arah kejahuan. Dimana Devan dan juga Riska saling bersuapan-suapan mesrah. Sahabat Devan yang duduk sebangku dengan mereka hanya fokus mengotak atik perangkat laptop mereka dengan raut wajah kesal.
"Sialan! Sialan! Siapa Orang yang memiliki kemampuan seperti ini?!" emosi Dion.
