Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Sabtu pagi di kediaman Pramudya Casandra di Bandung. Dhika terlihat tengah mengotak atik mesin mobil sport favoritnya.  Tak lama Thalita berjalan mendekati Dhika dengan membawa nampan berisi minuman dan makanan, Thalita terlihat memakai blouse panjang berwarna kuning tua, rambut panjangnya dia ikat kuda. “Masih belum selesai?” tanya Lita saat sudah berdiri di samping Dhika. Mendengar panggilan dari istri tercintanya, Dhikapun menengok dan tersenyum ke arah Lita.

“Sebentar lagi, Sayang. Aku lupa kemarin belum sempat di service, remnya sedikit longgar,” jawab Dhika.

“Ini minum dulu orange jusnya biar segar,” ujar Lita menyodorkan segelas orange jus ke Dhika.

“Kenapa kamu buatkan ini untukku? Aku kan sudah bilang jangan melakukan kegiatan apapun,” ujar Dhika dengan tatapan khawatirnya.

“Ini di buat sama mama kok, aku hanya mengantarnya saja,” ujar Lita membuat Dhika akhirnya meneguk minuman itu dan kembali menyimpannya di atas nampan. Thalita mengusap bulir-bulir keringat dari pelipis Dhika dengan tissue di tangannya membuat Dhika menghentikan aktivitasnya dan menengok ke arah Thalita. “Wajah kamu cemong-cemong,” ujar Lita terkikik sambil sesekali mengusap wajah Dhika yang kotor dengan sebelah tangannya yang tidak memegang tissue.

Cup

“Kenapa menciumku?” tanya Lita mematung seketika mendapat kecupan singkat yang tiba-tiba dari suaminya.

“Tidak apa-apa, bibir kamu melambai-lambai minta ku cium,” ujar Dhika tersenyum membuat Lita terkekeh.

“Modus kamu.” Thalita memukul lengan Dhika yang hanya terkekeh.

“Duduklah di teras, di sini panas,” ujar Dhika dan Litapun berjalan ke arah teras, duduk manis di sana sambil menatap Dhika.

Dhika dan Thalita memang sedang berkunjung ke rumah orangtua Thalita di Bandung. Usia kandungan Lita sudah memasuki bulan ke 9. Dhika semakin ketat menjaga Thalita, bahkan Thalita sudah tidak di perbolehkan bekerja dan hanya duduk manis di ruangan Dhika untuk menemaninya.

 ***

Keesokan harinya, Dhika dan Thalita menuju ke café yang di kelola Dhika saat dia kuliah dulu. Tak lama, Brotherhood datang bersama anak-anak mereka minus Elza. Dhika selalu menyiapkan meja khusus bagi Brotherhood di lantai atas. Thalita sudah berbincang-bincang dengan para wanita sambil menunggu pesanan. Kecuali Dhika yang masih sibuk berbincang dengan Sandra di ruangan Dhika membahas beberapa pekerjaan.

Brotherhood adalah nama persahabatan Dhika bersama teman-temannya saat mereka kecil dulu. Dhika adalah Leader dari Brotherhood. Dhika yang berprofesi sebagai Dokter bedah sekaligus Direktur utama di AMI hospital, rumah sakit milik keluarganya sendiri. Rumah sakit yang sudah masuk Go Internasional dan bahkan kualitasnya hampir menyamai rumah sakit di Singapura dan Jerman. Selain itu juga, Dhika memiliki beberapa usaha Café di kota Bandung dan Jakarta. Selain Dhika, ada juga Daniel yang berprofesi sebagai seorang Pengacara. Dan istri dari Daniel adalah Serli, yang merupakan sahabat dekat Thalita. Ada juga Oktavio, dia juga anggota dari Brotherhood, dia seorang CEO dari perusahaan perhotelan terbesar di Indonesia dan bahkan beberapa sahamnya menyebar hingga mancanegara. Istrinya juga yang bernama Clarissa atau biasa di panggil Chacha seorang dokter kandungan di AMI Hospital dan juga merupakan sahabat Thalita dan Serli. Selanjutnya ada juga Erlangga, dia berprofesi sebagai dokter umum di AMI hospital. Dan istrinya Ratu yang juga sahabat dari Chacha, Thalita dan Serli. Selain Erlangga, ada juga Arseno yang merupakan CEO dari sebuah perusahaan terbesar dalam bidang komunikasi dan percetakan. Istrinya adalah Irene, yang juga termasuk anggota Brotherhood. Selain kelima pria dan Irene itu, masih ada dua wanita lagi anggota Brotherhood, yang tak lain adalah Elzabeth yang merupakan guru Tk, tetapi saat ini dia sedang taka da di Jakarta. Karena profesi suaminya sebagai anggota kepolisian, dan mau tak mau Elza harus mengikuti kemanapun suaminya pergi. Dan yang terakhir adalah Dewi Zaleka, dia seorang Ibu Rumah Tangga yang membantu Dhika mengurusi café milik Dhika. Dewi adalah seorang istri dari seorang CEO di sebuah perusahaan proferti. Itulah Brotherhood, yang beranggotakan 5 orang pria, dan 3 orang perempuan. Persahabatan yang sudah di bangun dari sejak mereka kecil.

Tak lama Dhika datang menghampiri semuanya yang terlihat tengah menikmati makanan. “Gimana? Enak kan rasanya,” tanya Dhika duduk disamping Thalita.

“Delicious,” ujar Okta dengan mengecup tangannya yang membentuk huruf O.

“Very tasty,” ujar Irene sambil mengunyah makanannya.

“Sempurna deh Dhik” ujar Dewi

“Rasya saja sampai nambah” ujar Ratu yang tengah menyuapi Rasya, putrinya.

“good, berarti gue gak salah pilih chef” ujar Dhika yang tengah menerima suapan dari Lita.

“gue yakin, café loe bakal tambah rame. Lihat saja sekarang, sampe pada rela nungguin meja kosong” ujar Daniel

“ya Alhamdulillah, rezekinya twin” ujar Dhika seraya mengelus perut Lita.

“kalau mau nambah, nambah saja. Gratis kok buat kalian” ujar Dhika

“siap 45, Dhik” ujar Seno yang tengah membantu Randa makan dan Irene membantu Rindi makan.

Saat tengah menikmati makanan mereka, tiba-tiba seorang pria datang menghampiri meja mereka. “Chacha” panggil pria itu membuat Chacha menengok dan melotot sempurna karena kaget.

“Gi-Gilang” gumam Chacha kaget membuat Lita, Serli dan Ratu ikut  menengok, seketika diikuti yang lainnya.

“ternyata bener kamu, apa kabar Chacha? Kamu terlihat semakin cantik saja” ujar Gilang langsung menarik tangan Chacha dan belum menyadari kalau Chacha tengah hamil karena posisi Chacha yang duduk.

“a-aku baik, Lang” ujar Chacha yang masih kaget menatap Gilang sang cinta pertamanya. Okta sudah kesal setengah mati di samping Chacha menatap ke arah Chacha dan Gilang.

“heh kecoa kering, ngapain loe pegang tangan bini gue” Okta langsung berdiri dan melepas pegangan Chacha dan Gilang.

“ini suami kamu Cha?” Tanya Gilang menatap Okta dari atas hingga bawah

“ngapain tuh mata pake jelalatan natapin tubuh gue, terpesona loe sama gue?” ujar Okta memasang wajah sangarnya.

“santai bos, gue hanya nyapa Chacha saja” kekeh Gilang dan pandangannya terarah ke Thalita. “eh ada Thalita juga, kamu tambah cantik saja Tha” puji Gilang langsung mendekati Lita dan membuat Dhika langsung berdiri menghalangi Gilang.

“ada urusan apa loe sama istri gue? Kalau gak ada, silahkan pergi dari sini” ujar Dhika tajam

“oh ini suami kamu, Tha? Aku kira kamu belum menikah, padahal selama ini aku menunggu kamu, lho” ujar Gilang dengan santai

“dasar cowok sableng, masih saja gak berubah” gumam Serli

“gak punya malu banget,,!! heh Gilang. Loe pengen nyobain bogem gue lagi” ujar Ratu berdiri karena kesal.

“sayang, sudah tenanglah. Ini Rasya liatin” tegur Angga

“pergi dari sini sebelum gue panggil keamanan” ancam Dhika menatap Gilang dengan tajam.

“heh kecoa kering kurang gizi. Pergi loe dari sini sebelum gue tendang loe dari sini ke bawah” ujar Okta kesal

“oke oke, easy guys !! Gue tidak berniat mengganggu acara kalian. Gue hanya ingin menyapa wanita di masa lalu gue” kekeh Gilang santai. “gue pergi,, bye baby” Gilang dengan sengaja mengedipkan sebelah matanya ke Chacha yang masih menatap Gilang dengan tajam.

“bye cantik” tambah Gilang mengedipkan sebelah matanya ke Lita dan berlalu pergi dengan santainya.

“Gilang tunggu” panggil Lita membuat semuanya menatap ke arah Lita termasuk Dhika.

“sayang, ngapain sih” ujar Dhika kesal. Thalita tak merespon Dhika dan beranjak dengan sedikit kesusahan menghampiri Gilang.

“apa cantik? Kamu masih pengen ngobrol sama aku yah?” ujar Gilang dengan kepedeannya. “kalau begitu ayo ikut denganku” tambah Gilang

Plak…Sekuat tenaga Thalita menampar pipi Gilang dengan emosi yang meledak.

“aduhh, pedes” ringis Seno

“bisa ompong tuh gigi” tambah Angga

“itu balasan buat loe !!! gara-gara loe gue di tampar sama Chacha dan karna loe juga gue di hina-hina sama dia” pekik Lita kesal setengah mati.

Byur…Tanpa disangka-sangka Chacha juga menghampiri mereka dengan membawa segelas jus alpukat miliknya. Chacha menyembur wajah Gilang dengan jus alpukat itu. “itu buat loe yang udah nyakitin gue, dan buat gue salah paham sama sahabat gue sendiri” ujar Chacha kesal

“mampus loe, di serbu bumil” ujar Daniel membuat Serli terkekeh, begitupun yang lainnya ikut terkekeh.

Gilang hendak marah ke Chacha dan Lita, tetapi dua orang satpam datang, dan dengan perintah Dhika, Gilang langsung di seret keluar café dengan menahan malunya. Chacha dan Lita kembali duduk di kursi mereka dengan masih kesal. “Kenapa loe baru nyadar sekarang kalau antara gue dan Gilang salah paham?” Tanya Lita kesal

“gue baru dapet berkahnya sekarang bukan dulu, lagian gue kesel lihat loe nyamperin gue terus pas lagi sama Gilang” ujar Chacha tak kalah kesal.

“bukan maksud gue mau tebar pesona, gue hanya mengkhawatirkan loe” ujar Lita tak mau disalahkan. Cekcok antara Chacha dan Lita yang membahas masa lalu mereka membuat mood Dhika dan Okta menjadi buruk.

“apa hebatnya sih tuh kecoa kering, tubuhnya saja krempeng gitu sudah gak ada bagus-bagusnya. Tapi bisa di rebutin dua wanita cantik. Benar-benar kecoa kering sialan !!” umpat Okta membuat Chacha dan Lita berhenti cekcok, yang lain hanya melongo menatap mereka berdua.

“loe bener, perasaan masih gantengan loe jauh kemana-mana dibanding die” timpal Dhika yang sama kesalnya.

“kalian cemburu?” Tanya Lita dan Chacha barengan menatap suami mereka masing-masing.

“tau aghhh, gue balik duluan guys” ujar Okta beranjak karena kesal dan Chacha buru-buru berdiri dan duduk rengkuh di hadapan Okta dengan menyodorkan sebuah pisang yang tersaji di atas meja dengan sedikit kesusahan karena perut buncitnya.

“maaf yah crocodile sayang, aku sudah gak ada perasaan apa-apa kok sama tuh kecoa buluk” ujar Chacha membuat yang lain terkekeh melihatnya

“bukannya kamu kesemsem yah ketemu mantan cungkring kamu” ujar Okta

“nggak, kamu suudzon banget sih sayang. Maafin yah,, please please please” ujar Chacha memelas membuat Okta tak tega

“apa tidak ada yang lebih baik dari pisang?” Tanya Okta kesal karena Chacha menyodorkan sebuah pisang ke Okta bukan bunga atau sebagainya.

“bukannya kamu suka sekali pisang yah?” ujar Chacha. “crocodile, aku pegel gini terus. Ayolah terima maafku” ujar Chacha.

“siapa suruh kamu duduk kayak gitu nela?” Okta membantu Chacha berdiri. “ada-ada saja” tambah Okta.

“di maafin yah” ujar Chacha senang.

“iya nenek lampir, puas?” Tanya Okta dan Chacha mengangguk.

“kalau gitu ayo duduk lagi” Chacha langsung merangkul lengan Okta dan mengajaknya kembali duduk.

“si gator bener-bener takluk kalau udah disodorin pisang” kekeh Seno

“namanya juga alligator dari perkebunan pisang” kekeh Angga membuat Okta mencibir. Dhika juga sudah cemberut tanpa merespon pertanyaan Lita.

“gue ke ruangan dulu yah” ujar Dhika beranjak.

“aku ikut” ujar Lita tetapi Dhika tak menjawab dan beranjak meninggalkan Lita sendiri. Thalita berjalan mengikuti Dhika, hingga baru tiga langkah, langkahnya terhenti.

“awwwwwww !!!!” pekik Lita kesakitan memegang perutnya. Mendengar jeritan Lita, langkah Dhika terhenti dan  langsung menengok dan berlari mendekati Lita termasuk semua sahabatnya. “perut aku sakit banget,, awwwwww” rintih Lita hingga cairan bening keluar dari sela paha Lita yang tengah memakai dress.

“air ketubannya pecah” ujar Dewi kaget dan khawatir

“segera bawa ke rumah sakit” ujar Chacha dan tanpa pikir panjang Dhika langsung menggendong Lita membuat beberapa orang melihat ke arah mereka.Thalita mencengkram kuat pundak dan punggung Dhika menahan sakitnya. Dhika terlihat terburu-buru menuruni tangga menuju parkiran mobil.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel