Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 14

Hingga malam menjelang, Dhika belum pulang juga. Ini sudah pukul 9 malam dan Dhika tidak biasanya belum pulang. Thalita sudah menunggu diruang tamu dengan gelisah. Diluar sedang turun hujan deras, bahkan ada petir yang menyambar membuat Lita semakin khawatir.

Bip bip bip

Thalita segera menyambar handphonenya yang ada di atas meja dan mengangkatnya tanpa melihat nama yang terpangpang dilayar handphone."halo sayang, kamu dimana?"

"halo Lita sayang, sepertinya kamu begitu merindukanku"

"mas Farel" cicit Lita kaget.

"kenapa? Apa kamu kaget? Ck,, jangan kaget begitu. Mas menghubungimu karena mas begitu merindukan calon istriku yang cantik"

"apa maumu?" Tanya Lita dengan sinis

"hhhaa,, seketika suara kamu langsung berubah, sayang. Aku hanya ingin menanyakan kabarmu saja"

"jangan berbasa basi, mas. Katakanlah ada apa"

"Mas mau mengingatkan kalau besok surat cerai itu akan sampai di rumahmu"

Deg

"A-apa?" pekik Lita semakin sakit hati.

“Kalau kamu kembali menolaknya, kamu akan tau apa yang akan terjadi pada suamimu malamini. Dia belum pulang ke rumah kan?”

Deg

“jangan lakukan apapun padanya !!!” pekik Lita sudah khawatir setengah mati         

"mas belum melakukan apa-apa, ini hanya sedikit peringatan untukmu. Supaya kamu tidak menyepelekan gertakanku!" Thalita sudah kalang kabut dan resah mendengar penuturan Farel.

"aku tidak akan memaafkanmu kalau sampai terjadi sesuatu pada suamiku !!!" pekik Lita

"ternyata calon istri pendiamku sekarang ini sudah berani mengancamku yah. Rasanya hatiku bergetar dan semakin tertarik" terdengar kekehan Farel dari sebrang telpon.Thalita semakin kesal  dan muak mendengar kekehan Farel yang menyeramkan baginya. "ingatlah kata-kataku, sayangku" Farel langsung menutup telponnya secara sepihak, Thalita semakin resah dan semakin khawatir. Tanpa sadar dia mencengkram handphonenya sendiri.

"aku harus apa?" Thalita sudah menangis terisak, hatinya terluka sangat terluka. Dia hanya ingin melindungi keluarga kecilnya yang baru setahun lebih ini dia bangun bersama pria yang sangat ia cintai. Setelah 10 tahun penantiannya dan sekarang, penantian itu hanya akan sia-sia saja, karena mereka berdua tetap akan berpisah. Ia kembali mencoba menghubungi nomor Dhika, tetapi nomornya tidak aktif.

“Dhika apa yang terjadi padamu,akumohon kembalilah dengan selamat.Kumohon" gumam Lita di tengah isakannya. "Okta, ya aku harus menghubunginya sekarang" gumam Lita mulai menghubungi Okta.

1 Jam sudah berlalu  

Thalita tengah mondar mandir di teras rumahnya menunggu kedatangan Dhika dengan sangat khawatir. Hingga suara mobil terdengar olehnya, Thalita menengok kearah gerbang yang dibuka oleh satpam dan nampaklah mobil audy sport milik suaminya disana diikuti mobilaudy milikOkta.Thalita mampu bernafas lega dan tersenyum bahagia. Thalita mengambil payung hitam yang ada di sisi pekarangan terasnya dan beranjak mendekati pintu mobil pengemudi Dhika yang sudah terparkir di pekarangannya. Dhika turun dari mobil dan langsung berhadapan dengan Thalita yang terlihat sendu. "istriku romantis sekali, sampai menjemputku dengan payungnya" godaDhika.Ia berusaha bersikap seperti biasanya, ia tidak ingin berpikiran negative dulu pada Lita dan Okta. Dhika ingin mencari tahu dulu apa yang terjadi di antara mereka berdua sebenarnya.

"apa yang terjadi? Nomor kamu tidak aktif, Dhika.Kamu membuatku sangat khawatir" ujar Lita dengantatapan sendunya.

"tidak terjadi apa-apa sayang, tadi handphoneku lowbet. Maaf yah sudah membuatmu khawatir" Dhika mengelus pipi Lita.

"kenapa bajumu basah sekali? Kamu kehujanan?" Tanya Lita bingung.

"tadi si gator ngajakin ujan-ujanan dulu"

"ck, tidak sadar umur. Ayo masuk" Lita menarik tangan Dhika.

"sebentar" Dhika mengambil sesuatu dari dalam mobilnya dan menunjukkannya ke Thalita.

"lucu sekali kelincinya" Lita mengusap kepala kelinci berwarna putih yang Dhika perlihatkan.

"iya dan hampir saja tadi aku mengakhiri hidup kelinci kecil ini"

"woy, sudah kenapa romantis-romantisannya. Gue menggigil nih" teriak Okta yang sudah berdiri di teras rumah dengan kedinginan. Dhika dan Lita hanya bisa terkekeh melihatnya.

"kalian bersih-bersihlah” ucap Lita saat mereka sudah memasuki rumah.“Gator loe bisa pakai toilet yang di bawah. Gue akan ambilkan baju milik Dhika"

"iye" jawab Okta berjalan terlebih dulu meninggalkan Dhika dan Lita.

"sayang, bersih-bersihlah dulu. Kamu pasti kedinginan, biar aku siapkan teh hangat buatmu dan gator" ujar Lita sambil mengusap kelinci di tangannya yang juga terlihat kedinginan.

"twins sudah tidur?" Tanya Dhika yang di angguki Thalita. Dhikapun berlalu menuju kamarnya. Thalita segera menyiapkan segalanya dan memberikan baju ke Okta.  Selang 30 menit, Okta keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai baju milik Dhika dan mengusap rambutnya yang basah dengan handuk."gator, ini minumlah teh hangatnya biar loe tidak menggigil" ujar Lita yang tengah mengaduk teh di dalam gelas dan menyodorkannya ke Okta yang sudah duduk di meja bar.

"Dhika hampir saja di tabrak seseorang" ucapan Okta membuat Lita menghentikan aktivitasnya yang tengah menyeduhkan air panas ke dalam gelas.

"lo-loe serius?" Tanya Lita menatap Okta tak percaya.

"ya, mungkin kalau gue telat sedikit saja. Dhika akan celaka" ujar Okta mengambil bakpau hangat yang disediakan Thalita dan memakannya dengan santai.

"apa ini yang Farel maksud” gumam Lita

“ada apa?” Tanya Okta menghentikan aktivitas makannya, dan menatap Thalita penuh intimidasi.

"tadi juga Farel sempat menghubungi gue"

“apa yang dia katakan?" Tanya Okta penasaran.Thalita duduk di kursi yang berhadapan dengan Okta. Thalitapun mulai mengatakan semuanya. "dia benar-benar gila !!" gumam Okta kesal dan Thalitapun terdiam memikirkannya.

"Kita akan hadapi dia bersama-sama. Ayo kita main bersama dengan psyco klenger itu" ujar Okta tersenyum misterius.

"Permainan macam apa yang ingin dia mainkan?" Tanya Lita bergidik ngeri

"paling main bunuh-bunuhan" kekeh Okta dengan santai.

"bunuh siapa?" Tanya Dhika yang berdiri diambang pintu membuat Lita dan Okta sama-sama menengok. Dhika berjalan kearah mereka berdua.

"bunuh nyamuk-nyamuk cinta yang bisa buat gue DBD" jawab Okta dengan asal

"ini, aku sudah buatkan bakpau hangat tadi dan ini minumlah tehnya. Kamu pasti kedinginan" ujar Lita mengalihkan perhatian Dhika. Dhika duduk disamping Lita dan menyeduh tehnya.Okta terlihat kembali mengambil bakpau dan menikmatinya lagi.

"loe kagak makan berapa hari? Gue curiga, loe kesini hanya buat numpang makan" ujar Dhika membuat Lita terkekeh.

"gue laper, habis ujan-ujanan. Loe sih pake acara ngajakin ujan-ujanan ala Shakrukkhan segala, jadi gini kan akibatnya" jawab Okta dengan cuek sambil menikmati bakpaunya.

"si nela tega bener, buat lakinya kelaperan begini" Dhika hanya menggelengkan kepalanya melihat Okta yang terlihat lahap menikmati bakpau hangat itu.

"Bakpaunya enak, apalagi masih hangat gini. Mana diluar ujan lagi, mantab deh" ujar Okta

"sayang, si Gator bisa-bisa ngabisin bakpaunya" bisik Dhika membuat Lita terkekeh.

"biarin saja sayang. Lagian kan ibadah memberi makan orang yang kelaperan" kekeh Lita

"ck,, kalau mau gosipin gue tuh harus di radius 700 km, biar gak kedengeran sama gue"

"balik deh loe,, gue bungkusin bakpaunya buat loe" ujar Dhika

"loe ngusir gue?" Tanya Okta mengernyitkan dahinya.

"iya, malam ini gue kagak mau nerima tamu. Apalagi malam ini gue mau buka puasa" ujar Dhika membuat Lita semakin terkekeh mendengarnya.

"oh ceritanya kalian berdua mau malam pertamaan lagi"

"iya, dan loe malah ngerecokinnya. Balik deh loe, gue bener-bener pengen buka puasa" ujar Dhika tanpa merasa malu sedikitpun.

"kagak mau, gue malah makin betah disini" ujar Okta dengan cengirankhas menyebalkannya.

"dasar gator, nggak bisa lihat orang seneng" keluh Dhika

"gue juga masih puasa, solider dikit kenapa. Buka puasanya barengan sama gue bulan depan" ucap Okta dengan santai.

"ogah" jawab Dhika seketika. "cepetan deh balik, gue mau keatas nih" ujar Dhika terlihat tak sabar.

"memalukan" Lita mencubit pinggang Dhika.

"santai dong bos, gue masih laper" ujar Okta dengan santai dan semakin menikmati bakpaunya. "loe kalau mau keatas, ya keatas saja. Biar gue yang jadi saksi kalian belah duren lagi" ujar Okta dengan menyebalkannya."Sekalian gue jagain Leon sama Leonna deh, supaya mereka tidak mendengar suara-suara aneh dari kalian berdua"

"gue nggak butuh bantuan loe" ujar Dhika

"yakin? Gue bisa lho videoin kalian berdua. Lagian gue berniat nginep disini" ujar Okta dengan menyebalkannya dan Lita hanya bisa terkekeh melihat adu mulut mereka yang tak pernah berubah.

"loe bener-bener mau gue tendang keluar yah" ujar Dhika.

"pulanglah, gator. Loe gak mau kan suami gue sampai ngeluarin lahar panasnya lagi" ejek Lita

"loe bener Lita, bisa gosong gue kalau dia sampe ngeluarin lahar panasnya lagi" kekeh Okta membuat Lita ikut terkekeh

"awas yah kamu" bisik Dhika tepat ditelinga Lita membuat Lita semakin terkekeh.

"gue gak mau pulang Lita, biarin saja si Dhika uring-uringan. Itu terlihat sangat menggemaskan" ujar Okta dengan santai dan seketika tawa Lita pecah. Bagaimana bisa, Dhika yang sedang ngamuk di bilang menggemaskan.

"loe nantang gue, oke kalau begitu" Dhika langsung menarik tengkuk Thalita dan mencium bibir Thalita di hadapan Okta. Dhika mencium Lita dengan penuh nafsu membuat Thalita tak sadar kalau dirinya mengeluarkan desahannya.

"ohhh menjijikan sekali" ujar Okta memalingkan wajahnya, Dhika melirik Okta yang terlihat masih tak beranjak dari tempatnya. Dhika dengan sengaja menarik Thalita untuk duduk dipangkuannya tanpa melepaskan ciuman mereka."gue balik" Okta akhirnya jengah dan beranjak meninggalkan Dhika dan Thalita.

"menjijikan kalian berdua !! Masuk kamar sono" teriak Okta dan Dhika langsung melepaskan pangutannya.

"berhasil kan" ujar Dhika membuat keduanya tertawa bersama."ayo kita pindah ke kamar" ujar Dhika dan langsung membopong tubuh Lita ala bridal. Thalita hanya mengalungkan kedua tangannya di leher Dhika.

 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel