9 Siasat Marlyn
Marilyn mulai berusaha menjalankan aksinya. Dia kembali ke kamar mandi di ruang tamu apartemen milik Milla, tantenya Nathan ini.
Setelah menutup pintu kamar mandi, Marilyn kembali menghidupkan handphonenya. Kali ini, dia tidak akan lagi mengirimkan chat seperti sebelumnya karena chat sebelumnya tidak mendapatkan perhatian dari Stella.
Kali ini Marilyn berusaha menelpon ke nomor handphone milik Stella.
Beberapa saat kemudian, Marilyn sudah mendengar suara berdering di aplikasi WA-nya dan itu berarti nomornya sedang menghubungi nomornya Stella.
Tapi sayangnya tidak ada respon dari Stella sampai saat ini. Marilyn mencoba dua kali namun tidak diangkat juga.
Marilyn mencoba untuk ketiga kalinya. Setelah itu, dia putuskan untuk meninggalkan handphonenya di kamar mandi dalam keadaan masih memanggil nomornya Stella.
Sesudah itu, Marilyn diam-diam menyelinap keluar dari kamar mandi dan kembali menutup pintu kamar mandi karena ada cahaya dari layar handphone miliknya di dalam kamar mandi. Karena itu, Marilyn harus menutup pintu kamar mandi itu.
Setelah menutup pintu kamar mandi, Marilyn kembali mendekati pintu menuju ke arah kamar yang masih terbuka sejak tadi itu.
Marilyn mendengar suara dering panggilan telepon lewat WA yang walaupun volumenya tidak terlalu kuat tetapi Marilyn yakin sekali kalau harusnya Stella maupun Nathan pasti akan mendengar suara panggilan itu.
Tapi yang ditemukan Marilyn di dalam sana membuat dia cuma bisa menggeleng-gelengkan kepalanya karena dua insan berlainan jenis yang berada di dalam kamar ini masih terus melakukan aksinya tidak memperdulikan suara panggilan handphone yang terjadi.
Bahkan saat ini, posisi keduanya sudah berbeda dari sebelumnya. Posisi ini adalah posisi baru yang membuat Marilyn semakin terbawa hasrat.
Marlyn melihat Stella sudah duduk di atas pangkuan Nathan sambil terus menggoyang-goyangkan pinggulnya.
Ternyata Nathan dan Stella sudah melakukan gaya yang baru dengan Nathan yang duduk di pinggir pembaringan sementara Stella duduk di atasnya.
Saat ini, Stella mulai menggerakkan pinggulnya naik turun dan kadang ke kanan dan ke kiri.
Sementara itu, Nathan sendiri juga menggerakkan tubuhnya sambil membelai-belai buah dada Stella.
Nathan terus memainkan bagian inti tubuhnya melakukan gerakan erotis yang membuat Marilyn yang melihat goyangan Nathan, semakin terbawa dalam hasrat.
Akhirnya panggilan telepon yang dilakukan Marlyn itu terdiam dan sampai saat ini, Stella masih juga tidak mau menghampiri handphonenya, dia masih sibuk bergoyang di atas tubuh Nathan.
Nathan sendiri memang sudah mendengar suara handphone tadi tetapi karena Nathan berhasrat ingin memberikan kepuasan kepada wanita yang sedang dia pangku ini, maka dia putuskan untuk tidak menghentikan aksinya.
Apalagi Stella juga tidak mau menghentikan aksi dan menggapai handphone di samping ranjang.
Karena itu, Nathan terus beraksi. Memasuk-keluarkan batang perkasanya, menggesek-gesek di kedalaman tubuh Stella yang membuat saat ini Stella mulai merintih dalam nikmat.
Stella yang sudah berulang-ulang kali merasakan puncak, kini menemukan dirinya sudah kembali mengarah ke arah puncak.
Ini membuat Stella sangat heran karena baru kali ini terjadi dalam hidupnya, dia dengan begitu cepat bisa kembali mendaki ke arah puncak walaupun sebelumnya belum lama merasakan puncaknya.
Bahkan kali ini, Stella sampai menangis merasakan kenikmatan yang amat sangat karena dengan posisi seperti ini, batang perkasa milik Nathan itu, seakan-akan sangat penuh di dalam dirinya.
Masuk keluar, menggesek-gesek bagian inti di dalam tubuhnya membuat Stella bergelinjang seperti kesetanan dan tidak mampu mengatasi gelombang kenikmatan yang sedang menjalari tubuhnya saat ini.
Erangan Stella terdengar seperti orang menangis karena dia begitu menikmati apa yang terjadi saat ini. "Owh ... ini enak sekali, Nathan. Ahhhh ... ini enak sekali. Betul-betul enak."
Apa yang saat ini terjadi pada Stella semakin membuat Marilyn menjerit dalam dirinya. "Aku ingin merasakan ini, Nathan! Please, cepatlah. Tinggalkan dia dan puaskan aku. Aku merasakan yang sedang kamu lakukan ini."
Gadis bernama Marilyn ini, kini mendapati dirinya sangat menginginkan hubungan intim seperti ini. Dia menginginkan ini dari Nathan dan bukan pria lain.
Mengintip Nathan sejak tadi membuat Marlyn semakin terpesona akan Nathan, semakin terpesona melihat gebrakan-gebrakan Nathan, tusukan-tusukan penuh tenaga yang dilakukan Nathan.
Karena itu, Marilyn ingin segera menggantikan Stella dengan dirinya, dia ingin merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Stella pada saat ini.
Ekspresi Stella dan bahkan tangisan dalam kenikmatan yang sedang dialami oleh Stella pada saat ini membuat Marly semakin kelabakan.
Marlyn semakin bernafsu ingin menggantikan Stella secepatnya.
Akhirnya Stella berteriak keras sambil dua tangannya menahan pada pinggir ranjang karena dia merasakan ada cairan yang keluar dari inti tubuhnya.
Stella a merasakan tubuhnya bergetar keras, dia merasakan ada siksaan yang terasa menggelikan seiring dengan miliknya yang berdenyut-denyut di bawah sana.
Kenikmatan ini terasa menyiksa karena kenikmatan ini terlalu nikmat, terlalu indah, terlalu enak sehingga terasa menyiksa bagi dia untuk beberapa saat.
Itulah yang membuat Stella berteriak kencang dan sampai saat ini masih mengerang.
Setelah beberapa saat, akhirnya Stella melewati semua itu. Dia putuskan untuk melepaskan tubuhnya dari Nathan kemudian dia menjatuhkan dirinya di ujung ranjang mendekati meja di mana handphonenya berada.
Pada saat itulah Stella putuskan untuk membuka aplikasi WA-nya mengingat panggilan WA, sempat dia dengar tadi.
Stella sangat kaget saat membuka aplikasi WA-nya. Dia langsung berdiri. Dia nampak gugup, karena itu, Marilyn segera menyembunyikan dirinya.
Marilyn tidak lagi mengintip dari balik pintu, sekarang ini dia hanya berusaha mendengar apa yang terjadi di dalam sana.
"Apa yang terjadi?" tanya Nathan yang agak heran melihat sikap dari Stella ini.
"Aku harus kembali ke apartemenku. Ada tamu. Aku harus pergi dari sini, aku tidak boleh ada di sini saat dia datang ke sini." Stella segera mengambil bajunya dan mulai memakai bajunya.
Mendengar kata-kata Stella itu, Marilyn langsung menuju ke arah kamar mandi di ruang tamu. Dia mengepalkan tangannya karena akhirnya Stella akan segera pergi dari kamar ini.
Kini Marilyn mendengar langkah kaki di ruang tamu. Ternyata Stella sudah berada di dekat pintu keluar dari ruang tamu apartemen ini.
"Jadi bagaimana? Apakah tidak dilanjutkan?" terdengar suara Nathan di luar sana.
"Yah. Aku harus pergi."
"Sebenarnya aku masih ingin belajar, mbak. Tapi baiklah kalau memang mbak ingin pergi."
"Pokoknya aku sangat puas kepadamu, Nathan. Aku akan balik lagi nanti. Nanti aku ajari kamu lagi. Sudah, aku pergi dulu."
Setelah itu, terdengar suara pintu kamar dibuka dan langsung ditutup lagi.
Marilyn jadi sangat lega setelah kepergian Stella itu.
Baru saja Leon putuskan untuk masuk ke kamar guna memakai bajunya, tiba-tiba dia mendengar suara di dekatnya tepatnya di ruang tamu yang gelap ini.
Nathan langsung mencari saklar lampu. Saat ini dia mendengar suara pintu dibuka tapi bukan pintu keluar apartemen atau pintu kamar tidur tapi suara ini berasal dari pintu lainnya.
Saat lampu dinyalakan, Nathan tertegun karena melihat Marilyn keluar dari kamar mandi dan langsung menatap ke arah Nathan.
"Hi, Nathan," kata Marlyn sambil menatap ke arah keperkasaan Nathan yang belum ditutupi apa-apa itu.
