Pustaka
Bahasa Indonesia

Pria Penuh Pesona

110.0K · Ongoing
GersonArmany
122
Bab
3.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Nathan adalah seorang pemuda tampan bertubuh atletis yang masih polos. Sejak kepindahannya ke sebuah apartemen, dia segera menjadi sasaran beberapa wanita haus gairah. Setelah itu, dia selalu didekati banyak wanita. Tapi ada satu yang menarik perhatiannya. Setelah itu, dia rela melakukan apa saja untuk wanita itu, termasuk bekerja memuaskan para wanita untuk memberikan banyak materi untuk wanita itu. Siapakah wanita pilihan Nathan itu?

One-night StandCinta Pada Pandangan PertamaPengkhianatanWanita CantikRomansaSweetplayboyDewasaPerselingkuhanMemanjakan

1 Diajarin Eva

"Mengapa kamu lihatin buah dadaku, hah?" Tanya Eva, seorang perempuan seksi berumur 22 tahun sambil mendelik

"Eh, gak. Gak, kok." Buru-buru pemuda berumur 19 tahun bernama Nathan melengos ke arah kiri.

"Kenapa gak lihat lagi? Apa buah dadaku terlihat jelek?"

Nathan menggeleng. "Gak kok. Bagus banget malah"

"Terus kenapa kamu gak lihat lagi, hah?"

"Kan kamu tadi marahin aku?"

"Siapa yang marah? Aku cuma gak mau kalau buah dadaku ini cuma dilihatin. Tapi, harus disentuh juga. Tahu!"

Nathan menatap Eva. Hampir dia tidak percaya dengan perkataan gadis berdada montok di depannya ini.

"Kamu siapa?" tanya gadis yang cuma memakai celana pendek dipadu dengan kaos oblong longgar hingga memperlihatkan apa yang ada di dalam kaos oblong itu.

"Namaku Nathan, ponakan Tante Mila. Dari apartemen 705. Aku disuruh Tante Mila untuk memulangkan ini. Kakak yang namanya Eva, kan?" Rangga menyodorkan sebuah kantong kresek dengan tempat puding yang kosong di dalamnya.

Eva nampak melongok ke dalam kantong yang masih dipegang Nathan itu. Gerakan gadis itu membuat buah dadanya semakin keluar. Seakan mau keluar dari tempatnya berada.

Ini membuat dada Nathan makin bergemuruh kencang. Nathan merasa adik kecilnya, di bawah sana dibalik celana chino-nya, bergejolak makin kencang hingga membuat celananya membumbung ke depan.

"Ini belum dicuci. Kok pulangin barangku tidak kamu cuci dulu?"

"Ini sudah dicuci kok, kak. Aku tadi yang nyuci sendiri. Tapi ... baiklah. Aku minta ijin untuk nyuci lagi. Nanti aku balik lagi." Nathan menarik kantong plastik di tangannya yang memuat tempat puding itu.

"Eh! Gak perlu pulang ke aparteman tantemu. Nyuci sini aja. di dapurku." Eva menarik Nathan yang sejak tadi cuma berdiri di depan pintu apartemannya untuk masuk ke dalam.

Nathan menurut. Dia masuk ke dalam. Tapi, sesudah dia masuk, Eva langsung menutup pintu aparteman dan menguncinya. Bahkan anak kuncinya langsung dikantongin Eva di celana pendeknya.

"Aku dikurung. Apa yang mau dia lakukan? Ugh ... mudah-mudahan dia bukan psikopat," keluh Nathan di dalam hatinya.

"Itu wastafelnya. Cuci aja di situ." Eva menunjuk ke atah bagian dalam aparteman.

Nathan pun mengangguk. Dia langsung berjalan menuju ke wastafel yang ditunjuk Eva.

"Kamu pasti ponakannya Tante Mila dari Manado itu yang baru datang itu. Iya kan?"

"iya, kak."

"Kamu sudah punya pacar, gak?"

"Be ... belum, kak."

"Masak sih? Wajah kamu tampan. Kulit putih, tubuh tinggi dan atletis juga. Kenapa belum punya pacar?"

"Aku punya gebetan sejak awal masuk SMA, kak. Tapi, aku tidak pernah punya keberanian untuk mendekatinya. Hingga kami sama-sama lulus dan berpisah." Nathan mulai mencuci tempat puding di wastafel.

"Oh. Kamu masih takut deketin cewek, ya?"

"Iya, kak."

"Berarti belum pernah ciuman, dong?"

"Iya, kak."

"Mau aku ajarin, gak?"

"Ajarinnya gimana, kak?"

"Ya dengan berciuman tentu saja."

"Tapi, kita kan gak pacaran, kak?"

"Gak harus pacaran lah buat ciuman. Sini bibirmu. Sini!" Eva menarik tangan Nathan yang sebelumnya menyamping, kini posisi Nathan sudah menghadap ke arah Eva.

"Gini caranya. Lebih dulu, kamu taruh tanganmu di sini." Eva menuntun tangan Nathan untuk memegang buah dadanya.

"Gini ya?" Nathan takut-takut. Tapi, dia penasaran juga akan buah dada cewek yang memang sudah lama ingin dia pegang tapi, karena dia belum pernah pacaran, kesempatan itu jadi tidak ada.

"Keluarin aja biar enak. Buka kaosku. Supaya hot." perintah Eva.

"Apa? Ehm ... apa harus?"

"Ya iyalah."

"Iya, kak." Sambil menelan ludah karena gugup, Nathan mulai membuka kaos oblong yang dikenakan oleh Eva ini.

Setelah membuka kaos oblong itu, mata Nathan terbelalak melihat dua benda besar yang sekal menggoda, membusung dengan indahnya di depan matanya saat ini.

Ternyata Eva tidak menggunakan pelindung buah dada karena itulah begitu Nathan membuka kaos tadi, maka dua benda indah itu langsung terlihat dengan jelas.

"Gimana? Kamu suka kan apa yang kamu lihat ini?"

"Iya, kak." Nathan mengangguk-angguk sambil terus memandangi dua benda montok di depannya dia sama sekali tidak lagi menetap ke arah wajah pemilik dua benda montok itu karena dua montok gitu terlihat sangat menggairahkan baginya.

Adik kecil Nathan di bawah sana langsung meronta-ronta setelah Nathan melihat benda kembar yang sangat menggairahkan ini.

Eva nampak sangat senang melihat ekspresi wajah Nathan ini, kemudian dia memegang dua tangan Nathan dan membawa dua tangan Nathan itu untuk memegang dua benda montok miliknya.

"Kamu pegang begini, terus putar-putar begini. Mengerti?"

"Iya, kak. Iya." Dengan semangatnya, Nathan mulai melakukan semua perintah dari Eva itu.

"Gimana perasaanmu?"

"Enak banget, kak."

"Sekarang kamu boleh mulai menciumku. Aku yakin walaupun kamu belum pernah ciuman sebelumnya, tapi nalurimu akan membuat kamu bisa menciumku dengan baik."

Baru kali inilah Nathan menatap ke arah atas menatap ke arah wajah cantik Eva yang terlihat sudah horni itu.

"Ayo sini. Taruh bibirmu di sini," undang Eva sambil menunjuk ke arah bibirnya.

Nathan kembali menelan salivanya. Nathan mulai mendekatkan wajahnya. Tangannya masih terus memegang dua benda montok di bawah sana sementara bibirnya mulai mendekati bibir Eva.

Dua bibir bertemu tapi Eva tidak melihat ada gerakan apa-apa dari bibir Nathan ini sehingga dia mundurkan wajahnya sedikit ke belakang dan berkata, "kamu ikuti gerakan-gerakan bibirku dan lidahku. Mengerti?"

Nathan kembali mengangguk. Sebelumnya, Nathan memang cuma menempelkan bibirnya tanpa ada gerakan sedikit pun.

Setelah itu, Eva mulai mencium bibir Nathan. Lidahnya mulai absen di dalam mulut Nathan, menyisir hingga kedalaman mulut Nathan menjilat lidah dan menautkan lidah hingga melahirkan rasa yang belum pernah dialami oleh Nathan sebelumnya.

Eva adalah gadis kesepian yang baru saja ditinggal pacarnya yang pergi darinya setelah setahun tinggal bersama di apartemen ini, kini kesepiannya terobati dengan kehadiran keponakan dari tetangganya ini.

Eva menggunakan tangannya dan mengambil tangan Nathan. Ibu jari Nathan dia pegang setelah itu ibu jarinya Nathan itu dia pakai untuk memilih-milin tonjolan buah dadanya.

Nathan merasakan enak saat ibu jarinya terus memilih-milih tonjolan buah dada mekar milik Eva itu dan dia juga mengerti kalau Eva menginginkan hal seperti ini terus terjadi.

Karena itu, setelah Eva melepaskan tangannya dari tangan Nathan, Nathan sudah tahu apa yang harus dia lakukan. Dia terus memilin-milin 2 tonjolan di buah dana montok di depannya ini dengan dua ibu jarinya.

"Enak eee, Nathan. Aduh ... ini enak banget," kata Eva sambil menarik bibirnya dari bibir Nathan.

"Iya, kak. Ini enak banget," desah Nathan dalam gairah yang membumbung tinggi, gairah yang kini menguasai anak muda ini.

"Kamu ingin lebih lagi, nggak?" pancing Eva.

"Lebih lagi?"

"Iya. Lebih nikmat dari ini. Kamu mau merasakannya, nggak?"

"Iya, kak. Aku pengen banget."

Eva tersenyum sambil tangannya mulai menyusuri dada bidang lelaki muda di depannya ini.