Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5 Akan Menjadikanmu Sebagai Lelaki Sejati

"Wah. Tongkolnya gede banget. Aku gak pernah melihat punya laki yang sebesar ini," takjub Stella.

"Benarkah? Apa punyaku memang besar?" Nathan teringat akan kata-kata Eva sebelumnya padanya.

Dengan tatapan takjub, Stella sudah mengeluarkan dan memegang benda besar milik Nathan. "Ini betul-betul besar. Terong yang besar. Hebat. Pasti enak nih."

"Enak? Punyaku gak akan dibikin terong goreng, kan?"

"Ya gak lah, Nathan. Mana enak kalau digoreng. Yang enak itu, kalau dimasukkan." Mata Stella nampak berbinar-binar sambil menatap benda gede di tangannya.

"Dimasukin kemana? Bukan ke penggorengan, kan? Kok aku merasa ada nada2 kanibalisme?"

"Hush. Maksud aku, dimasukin ke sini." Stella menunjuk ke arah selangkangannya sambil mengeluarkan lidahnya.

"Nathan langsung menelan salivanya melihat gerakan tangan Stella ini. Nathan mulai membayangkan apa yang dimaksud oleh Stella ini.

Stella memperhatikan wajah Nathan. "Nampaknya kamu belum pernah, ya? Iya kan?"

"Belum pernah apa, mbak?"

"Masukin punya kamu di sini." Lagi-lagi Stella menunjuk ke arah selangkangannya.

"Belum sih, mbak."

Stella langsung tersenyum. 'Wah. Aku bakal dapat perjaka, nih. Brondong ganteng lagi. Uh ... anunya besar lagi. Sretttt. Punyaku bakal penuh nih.'

"Kamu mau coba gak, Nathan?"

"Eh ... gimana ya?"

"Mau aja, ya?"

"Iya. Mau deh."

"Buka bajumu." Setelah itu, Stella juga mulai membuka bajunya.

Nathan takut-takut untuk membuka bajunya dia masih berdiri kaku sehingga Stella yang berusaha membuka celana yang dikenakan Nathan ini.

Sesaat kemudian, Nathan sudah langsung berada dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun.

Nathan tiba-tiba merasa malu sehingga dia langsung menutup perabotannya.

"Hihihi, kok malu sih? Emang baru sekarang punya kamu diliatin cewek?"

"Yang kedua, sih."

"Yang pertama kapan? Sudah lama ya?"

"Enggak. Barusan. Beberapa saat yang lalu."

"Oh yang sama Eva itu, ya? Yang pertama, ya?"

"Iya, mbak."

"Terus, sudah saling genjot, nggak dengan Eva?"

"Hampir, Mbak. Gagal karena keburu Eva ditelepon oleh pacarnya."

"Pacarnya? Eva kan sudah putus dengan pacarnya."

"Kayaknya pacarnya minta balikan deh." Nathan langsung sedih saat memikirkan hal itu.

Melihat ekspresi wajah Nathan itu, Stella langsung tertawa. "Pasti kamu sedih ya, kan karena nggak jadi genjot-genjotan dengan Eva. Betul kan perkataanku?"

"Iya, mbak."

"Kamu nggak usah sedih, karena kamu bisa genjot aku. Kamu mau, nggak?"

"Tapi aku nggak tahu caranya, Mbak."

"Nanti aku yang ngajarin. Kamu tinggal tiduran terus aku yang naikin kamu. Ngerti?"

Nathan masih menggelengkan kepalanya, tapi setelah itu, Stella sudah mendorong Nathan hingga Nathan berbaring di atas permukaan ranjang di kamar tamu yang sudah menjadi kamar Nathan ini.

Setelah itu, Stella mulai melakukan unboxing bajunya sehingga dia sudah tampil polos tanpa sehelai benang pun.

Dada penuh Stella, kini terlihat jelas di mata Nathan. Nathan langsung menelan salivanya melihat dada penuh Stella itu

"Aku akan menjadikan kamu sebagai lelaki sejati pada hari ini."

"Lelaki sejati?"

"Iya, Nathan. Lelaki yang sudah mencicipi tubuh wanita. Pasti kamu menginginkan itu. Iya kan?"

"Selama ini nggak sih. Aku ingin menunggu hingga pernikahanku. Karena saat di kampung, aku selalu bekerja dan bekerja. Aku cuma berhenti untuk makan dan tidur, tidak pernah ada keinginan yang lain tapi baru satu hari di sini, aku memang sudah langsung punya keinginan ini karena kak Eva yang membuatku seperti ini."

"Rupanya Eva yang membuat kamu berubah. Ya udah, karena Eva tidak menuntaskan kamu, jadi, aku yang akan menuntaskan kamu."

"Menuntaskan? Menuntaskan gimana, mbak?"

"Ssttt ... kamu tinggal menikmati. Kamu diam. Tinggal menikmati apa yang ada dan biarkan benda jumbo kamu ini yang bekerja mendatangkan kenikmatan bagimu. Oke?"

"Iya, Mbak. Aku diam."

Setelah itu, Stella mulai naik di atas tubuh sang jejaka muda yang belum pernah berhubungan intim sebelumnya ini.

Stella menyeringai karena senang, sebab dia mendapatkan rejeki nomplok pada hari ini. Tidak selalu dia akan bertemu perjaka seganteng ini yang siap untuk diambil keperjakaannya ini.

Stella mulai mengambil posisi terbaik dengan bagian kewanitaannya berada tepat di atas batang kejantanan Nathan yang perkasa itu.

Sejenak Stella memegang terong besar itu dan mulai mengarahkan terong besar itu untuk masuk ke dalam liang kewanitaannya.

"Ih, sakit. Ugh. Ini betul-betul besar. Uh ... sakit banget." Ekspresi wajah Stella terlihat sangat kesakitan saat dia berusaha memasukkan benda besar itu ke dalam liang kewanitaannya.

Padahal liang kewanitaan Stella ini sudah banyak kali dimasuki oleh berbagai macam bentuk terong tetapi belum pernah dia merasakan sakit seperti ini saat dimasuki oleh benda kebanggaan lelaki itu.

"Kalau sakit, jangan diteruskan, mbak. Mungkin memang punyaku terlalu besar."

"Harus diteruskan, dong. Lagian, sakitnya itu cuma di awal aja,kok. Habis itu, yang ada cuma enak-enak dan enak-enak."

"Betulkah?"

"Iya, kita tunggu saja sama-sama."

Blessssshhhh

Terong besar itu sudah masuk di dalam liang kewanitaan yang sebenarnya tidak terhitung sempit tapi kini menjadi sempit karena yang masuk di liang punya Stella ini adalah sebuah terong yang sangat besar.

Ukuran maksimum liang kewanitaan Stella yang sebenarnya sudah melebar kini terasa mengecil karena diterobos oleh benda besar dari seorang pekerja yang baru sekarang merasakan hal ini.

Karena liang kewanitaannya tengah disesaki oleh benda yang sangat besar, maka untuk sementara, Stella belum bisa bergerak.

Padahal biasanya saat Stella sudah berada dalam keadaan bergairah seperti sekarang ini, maka Stella maunya ingin langsung bergerak dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Apalagi dia berada di posisi favoritnya, yaitu berada di atas tubuh sang lelaki.

Biasanya Stella sudah akan mulai bergerak lincah, memutar-mutar kejantangan lelakinya untuk melahirkan rasa yang enak.

Biasanya, Stella akan memutar-mutar pinggulnya hingga memutar kepala burung hingga mendatangkan rasa bagi dirinya dan sang lelaki.

Namun kali ini, semuanya berbeda karena rasa sakit yang harus Stella derita, maka setelah membutuhkan waktu beberapa saat berdiam diri dulu, barulah akhirnya dia mulai bergerak juga.

Saat rasa perih itu tidak dirasakan Stella lagi, maka dia mulai bergerak. Dia mulai memutar kepala burung itu untuk memberikan rasa untuk kepala burung itu dengan putaran-putarannya yang cukup profesional karena dia sudah pernah mendapatkan beberapa partner untuk berhubungan intim.

Gerakan-gerakan memutar dan juga yang divariasikan dengan gerakan maju mundur yang dilakukan oleh Stella dengan pinggulnya, membuat Nathan mulai keenakan.

"Aduh. Ini enak, mbak. Ini enak banget, mbak. Aku benar-benar merasakan enak, mbak. Ternyata Mbak betul. Ini memang enak."

"Mulai sekarang, kamu akan selalu merasakan ini dariku, oke? Aku akan selalu memuaskan kamu. Kamu cukup datang ke apartemenku dan kita akan melakukan ini lagi. Mengerti!"

"Iya, mbak. Oh ... ini enak banget. Aku suka banget."

Stella tersenyum. Dia begitu bangga karena berhasil mendapatkan seorang perjaka Ting Ting yang hampir jatuh ke tangan Eva.

Untung saja Eva tidak sempat menikmati burungnya Nathan dan Stella lah yang jadi pemenang untuk itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel