Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 2

"Tapi dia tidak mendaftar" sungut Mr. Stevan yang membuat beberapa orang langsung ikut riuh.

Sedangkan pria yang di maksud hanya diam saja dan tak mengalihkan pandangan matanya pada Shaila. Memberikan efek panas dingin pada tubuh Shaila yang seakan di telanjangi oleh tatapan pria itu.

"Maaf, Mr. Stevan. Sebenarnya peraturannya adalah siapa yang mampu membayar lebih. Lagipula Mr. Floyd merupakan member tetap di Club ini. Jika memang Anda menginginkan Nona Shaila untuk malam ini. Anda bisa menawar lebih" ucap Charlotte dengan masih senyuman menawannya.

Mr. Stevan langsung terdiam dan orang-orang terlihat saling melirik. Menandakan jika tidak ada yang mampu ataupun rela menawar lebih dari yang ditawarkan oleh Mr. Floyd

Shaila menatap sosok Mr. Floyd sekilas sebelum mengalihkan pandangan matanya ke arah lantai. Tatapan pria itu terlalu kuat dan Shaila sendiri tidak mampu membalasnya.

"Jadi perempuan itu milikku ?" Suara bariton itu terdengar kembali dan di susul dengan kekehan suara Charlotte.

"Tentu, Mr. Floyd"

*-*-*

"Eh... Tunggu dulu. Kenapa aku di taruh sini ?" Tanya Shaila pada pria yang mengantarkannya ke salah satu kamar di Club ini.

Pria berbadan besar di depannya saat ini terlihat mengernyitkan keningnya heran. Wajah sangar pria itu terlihat semakin jelek dengan kernyitannya.

"Tentu saja melayani, Tuanmu. Kurasa kau lebih baik bersiap. Mr. Floyd mungkin akan datang sebentar lagi" ucap pria itu sebelum menutup pintu kamar tersebut.

Sebelum suara kunci terdengar dari luar. Sialan! Tau saja jika Shaila berpikir untuk keluar.

Dengan mengigiti kukunya Shaila membalikkan badannya dan menatap ranjang berlapis sprei putih di depannya.

Mengernyit jijik menatap sprei tersebut. Jika diteliti dengan baik sprei itu terlihat noda kuning yang jelas terlihat.

Entah berapa banyak manusia yang sudah menempati tempat ini. Shaila sama sekali tak pernah berpikir akan melewati malam kehilangan keperawanannya di tempat seperti ini

Ya ya tentu saja malam ini Shaila akan kehilangan keperawanannya. Pikiran naifnya selalu membayangkan jika malam spesial itu akan dihabiskannya dengan romantis.

Bukannya kehilangan keperawanan di sini. Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Bahkan Shaila sendiri juga tidak bisa kabur kemanapun.

C'mon Shaila! 50.000 dollar di depan mata. Apa lagi yang membuatmu menyesal ? Setelah ini kau akan hidup terjamin dan mencari pekerjaan dengan tenang.

Tanpa bayangan besok makan apa ataupun bagaimana membayar uang sewa. Shaila menganggukkan kepalanya beberapa kali dan menghela napas.

Bukankah ia hanya pergi pasrah dan mengangkang ? Oh sepertinya hanya itu pekerjaannya. Baiklah selesaikan malam ini dengan cepat dan lupakan setelahnya.

Semua akan baik-baik saja.

Shaila hampir saja berlari bersembunyi kala mendengar suara kunci terbuka di susul dengan suara pintu terdorong.

Dengan cepat Shaila berbalik dan menatap kearah pintu. Setidaknya Shaila tidak membayangkan akan di terkam secara tiba-tiba. Menyeramkan sekali!

Sosok pria dengan jas formalnya melangkah masuk dan tatapan mereka langsung beradu. Gelenyar aneh benar-benar terasa membelai tubuh Shaila.

Demi tuhan! Bagaimana bisa tatapan mata bisa memberikan efek seluar biasa ini.

Pria itu menutup pintu dan menatap Shaila dari atas sampai bawah. Seperti menilai sebelum tersenyum kecil. Senyuman yang bahkan bisa membuat Shaila merasa berkeringat.

"Tidak ada penyambutan?" Suara bariton itu terdengar dan tidak pernah mengalihkan pandangan matanya dari Shaila.

Dengan susah payah Shaila meneguk ludahnya dan berdehem pelan. Ini suasana canggung kawan! Shaila sendiri tidak tau harus bersikap bagaimana.

"Aku tidak tau. Ehm... Kau ingin aku telanjang ?"

Shaila dalam melihat tatapan mata pria itu berubah ketika Shaila mengajukan pertanyaan yang menurutnya sangat tolol.

Shaila! Bagaimana bisa kau sebodoh itu. Memangnya kau berani telanjang di depan pria itu ? Tiba-tiba telanjang begitu saja ? Kau yang menawarkannya sendiri!

"Baiklah. Aku ingin melihatmu telanjang"

Kedua kaki Shaila berubah menjadi jelly ketika suara bariton yang berubah menjadi serak tersebut terdengar.

Telanjang ? Sialan Shaila! Kau memang tolol.

Pria itu tiba-tiba berjalan menuju sofa di sudut ruangan. Sofa panjang itu terlihat masih bagus dan seakan tak pernah tersentuh.

Dengan angkuh pria itu mendudukkan tubuhnya dan mengangkat sebelah kakinya. Senyuman terlihat jelas di sudut bibir pria itu.

Makian dan cacian yang ada di dalam otak Shaila seketika buyar ketika mendengar suara Mr. Floyd terdengar lagi

"Aku menunggu, Shaila. Kuharap kau tau aku bukan pria yang suka menunggu"

Shaila gelagapan dan memegang pundaknya cepat. Berharap jika tangannya bisa menggapai resleting di punggungnya. Tetapi sepertinya tangannya tidak bisa menariknya untuk turun.

"Kurasa kau perlu bantuan. Kemarilah, little girl" suara tersebut benar-benar mengguncang Shaila saat ini membuat sesuatu di dalam tubuhnya bangkit dan berdesir.

Adegan plus plus hanya ada di Karyakarsa ya

Buat yang mau lihat bisa cus kesana

Jadi ini aku cut

Ya mau lihat adegannya boleh banget nih di sana full version di Karyakarsa ?

( Cara dukung di Karyakarsa bisa cek di bawah )

*-*-*

Dering ponsel membuat Shaila mengerjapkan matanya beberapa kali. Kepalanya seakan berputar ketika Shaila mengangkat kepalanya terlalu cepat.

Berusaha menyatukan kepingan nyawanya. Shaila merogoh nakas dan mencari benda yang menjerit sekaligus bergetar tersebut.

Setelah menemukannya Shaila langsung menggeser ikon warna hijau dan menempelkannya di telinga. Ya walaupun terlalu tinggi untuk posisi telinga.

Ponsel tersebut bahkan hampir berada di belakang kepala Shaila.

Belum sempat Shaila bersuara. Suara bass terdengar dari sana.

"Honey, kau sudah pergi selama sehari. Kau kemana ?"

Rasa kantuk Shaila langsung menghilang ketika mendengar suara tersebut. Shaila sudah bisa dikatakan sadar ketika mendengar suara bass tersebut memanggil kata 'honey'

Sejak kapan ada yang memanggilnya dengan panggilan sayang tersebut ? Oh tunggu dulu! Sejak kapan Shaila memiliki pacar ?

"Alden! Kau dimana ?" Suara tersebut terdengar lagi kala Shaila tidak kunjung memberikan jawabannya.

Shaila menjauhkan ponsel tersebut dan menatap ponsel yang menampilkan foto dua pria yang terlihat berjajar dengan salah satunya merangkul pundak.

Satu pria berkulit putih bersih dan lainnya berkulit sedikit gelap. Layaknya kulit pria pada umumnya.

Shaila mengerjapkan matanya berusaha mengingat dan mengenali sosok pria yang ada di foto.

Mata Shaila semakin melebar ketika mengenali sosok pria yang sedang merangkul pria berkulit putih tersebut. Pria itu adalah yang tidur dengannya semalam.

Shaila langsung membalikkan badannya dan melihat ranjang di sampingnya kosong. Dengan cepat Shaila mendudukkan tubuhnya dan mengerjapkan matanya.

Panggilan di ponsel tersebut terlihat sudah mati. Shaila mendengar suara air dari kamar mandi yang menandakan jika ada orang yang sedang mandi.

Kewarasan dan ingatan Shaila berkumpul menjadi satu. Membuatnya tersadar dan menyentaknya untuk segera beranjak.

Mata Shaila langsung bergerak untuk mencari baju yang digunakannya semalam dan menemukan mini dress yang tergeletak di lantai dengan mengenaskan

Tak mempedulikan tubuhnya yang terasa remuk dan rasa tak nyaman di antara kakinya. Shaila segera beranjak menuju tempat dressnya dan tak lupa menyambar bra miliknya.

Dengan cepat Shaila menggunakan pakaiannya dan melirik was-was ke arah kamar mandi yang masih terdengar suara air.

Setelah mengenakan pakaiannya dengan tepat. Shaila segera mengambil tas kecil miliknya. Setidaknya disana tersedia 100 dollar miliknya.

Cukup untuk di pakai naik taksi menuju asrama Grace. Sahabatnya itu mengatakan jika urusan di sini beres Shaila langsung saja menuju asrama yang ditempati Grace.

Tangan Shaila meraih gagang pintu dan membukanya. Shaila ingin berteriak girang ketika pintu tersebut terbuka dengan mudahnya.

Keberuntungan seakan berpihak padanya ketika Shaila melihat keluar kamar dan tak menemukan penjaga di sana.

Dengan cepat Shaila keluar dari kamar dan berjalan menyusuri lorong. Sebentar lagi ia akan berbelok dan menuruni tangga seperti yang diingatnya semalam.

Tetapi nyatanya Shaila terlalu senang di awalnya. Dua sosok pria bertubuh besar menghadangnya tepat sebelum Shaila bisa berbelok.

Mereka berdua berdiri menghadang dan membuat Shaila langsung menghentikan langkahnya. Saat Shaila ingin membuka mulutnya untuk berbicara.

Suara langkah kaki di belakangnya membuat Shaila berbalik dan keterkejutan terlihat jelas di wajahnya.

Pria yang tidur dengannya semalam terlihat berdiri di belakangnya dengan menggunakan kaos polos.

Tetesan air terlihat meluncur turun dari rambut hitam legamnya yang basah. Tatapan mata datar seakan menghunus Shaila hingga ke tulang.

"Kau ingin kemana, Shaila ?" Suara Mr. Floyd terdengar dan membuat Shaila memundurkan tubuhnya.

Tetapi tubuhnya langsung tertahan oleh dua orang bertubuh besar yang ternyata tak beranjak sama sekali.

"Aku... Ingin pulang" ucap Shaila terbata dan sebuah senyuman muncul di sudut bibir Mr. Floyd.

"Kau tidak tau aturan mainnya, Shaila" ucapnya lagi yang membuat kernyitan terlihat di kening Shaila.

Mr. Floyd melangkahkan kakinya mendekati Shaila dan berhenti satu langkah di depannya. Dengan sedikit menundukkan tubuhnya wajah Mr. Floyd dan Shaila hanya berjarak beberapa senti.

Shaila sama sekali tidak memiliki ruang gerak. Walaupun untuk melangkahkan kakinya ke belakang satu langkah.

Tubuhnya benar-benar terkurung di antara tubuh Mr. Floyd dan dua pengawal di belakangnya.

"Kau kubayar mahal bukan untuk satu malam. Melainkan kau kubeli untuk waktu yang tak ditentukan" bisik Mr. Floyd yang membuat Shaila seakan dihantam oleh air dingin.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel