3
Ternyata uang memang sangat berkuasa, Baskara tidak main-main dengan ucapannya. Alana sampai tidak percaya jika ibunya mendapatkan perawatan intensif layaknya orang penting.
Bahkan Ibu tidak memerlukan waktu yang lama untuk membaik karena semua perawatannya dilakukan dengan sangat baik.
"Kamu mau kemana, Kak?" Tanya Ibu saat Alana sudah bersiap-siap ingin pergi. Sebenarnya ia masih ingin disini merawat Ibu, namun ia harus bertemu dengan Baskara untuk melakukan berbagai jenis tes yang lelaki itu pinta.
"Aku mau kerja kelompok dulu. Nanti kalau udah aku langsung kesini, oke Bu?"
Ibu mengangguk, Alana adalah putri kepercayaannya. "Hati-hati, ya."
"Dadah Ibu!"
Jujur Alana tidak pernah menyangka akan seperti ini, serangkaian tes yang ia lakukan atas perintah Baskara benar-benar membuatnya tidak nyaman.
Dokter menjelaskan dengan sangat rinci kepada Baskara, Alana bersih dan terbebas dari semua penyakit yang lelaki itu takutkan. Jelas, Alana kan masih muda dan tidak neko-neko.
"Setelah ini kita ke salon." Ucap Baskara ketika mereka sudah ada di mobil.
"Ngapain?"
Baskara menoleh, menatap Alana tidak percaya. "For you. Supaya lebih wangi lagi, bersih, waxing. Some girls stuff."
Gila, ternyata Alana benar-benar akan segera bekerja sebagai seorang peliharaan lelaki kaya raya. Semoga ini keputusan yang tepat.
"Saya akan jemput kamu dua jam lagi dan membicarakan mengenai perjanjian kita. See you soon."
Sebenarnya Alana bukanlah gadis dengan paras secantik dewi yunani atau kulit seputih artis korea, Alana hanya gadis biasa seperti gadis-gadis seumurannya. Namun entah kenapa Baskara tertarik dengan gadis ini. Meskipun Baskara sebenarnya selalu tertarik dengan gadis-gadis belia, Alana bukan yang pertama menjadi miliknya. Ada sekitar dua atau tiga orang sebelumnya, entahlah Baskara juga lupa.
Selain itu Baskara sangat suka dengan gadis pintar mungkin ini nilai plus untuk Alana.
Setelah dua jam kemudian, Baskara kembali menjemput Alana. Ternyata bebek bisa berubah menjadi angsa jika dipoles oleh tangan-tangan ahli. Batin Baskara.
"Apa saya langsung kerja malam ini?" Tanya Alana dengan raut wajah yang begitu gugup.
Baskara menoleh sejenak lalu kembali memfokuskan ke jalanan.
"Sure." Alana langsung berdebar ketika mendengar jawaban Baskara, apa itu artinya ia akan melepaskan sesuatu yang sangat berharga malam ini?
Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di penthouse Baskara. Ruang kerja milik lelaki itu saja sudah membuat Alana berdecak kagum, ditambah penthouse nya ini.
Alana benar-benar terlihat norak.
"Kamu akan sering kesini saat weekend. Jadi buat diri kamu senyaman mungkin."
"Baik."
"Tapi kemungkinan ada hari-hari tertentu dimana saya butuh kamu, jadi kamu harus selalu siap."
Alana berdebar. Mereka sedang membicarakan hal itu kan?
"Oke."
"Kita mulai sekarang. Are you ready?"
***
Alana tidak pernah menyangka hidupnya akan seperti ini, ia ingin menangis, berteriak atau kabur sekaligus. Tapi Alana tidak bisa, ia sudah mengambil keputusan dan berharap jika ia tidak salah langkah.
Wajah Alana sudah memerah sejak sosok yang baru dikenalnya beberapa hari belakangan terus menyentuhnya.
Tubuh Alana sudah polos sepenuhnya namun Baskara masih lengkap berpakaian. Alana malu sekali, lelaki itu benar-benar bisa melihat setiap inch dari tubuhnya.
"Bas..." tubuh Alana bergetar dan mencoba mendorong kepala Baskara menjauh dari miliknya.
Sungguh Alana ingin menangis, ia merasa takut dan juga kotor disaat yang bersamaan. Ia merasa sudah mengecewakan kedua orang tuanya yang sudah mendidik sebaik mungkin.
Sebaliknya, justru Baskara sangat menyukai pemandangan ini. Pemandangan dimana perempuan berbaring pasrah dan tidak berdaya di bawah kendalinya.
Ternyata Alana mempunyai tubuh yang cukup indah dan responsif. Lalu wajahnya ketika sedang bergairah jauh lebih cantik dari yang Baskara bayangkan.
Alana tiba-tiba menangis ketika Baskara baru saja ingin memulai acara intinya.
"Pak m-maaf saya gak bisa...saya mau pulang. M-aaf." Ucapnya sambil terisak. Sungguh Alana sangat takut sekarang, apalagi melihat tubuh Baskara yang sekarang sudah polos di depannya.
Baskara menggeram kesal. "Apa kamu bilang?"
"Saya mau pulang, saya gak bisa..."
Alih-alih kasihan, Baskara marah terbakar amarah. Alana adalah satu-satunya perempuan yang melakukan hal ini kepadanya. "You can't go anywhere." Ucapnya tegas.
Alana menggeleng, matanya yang sayu menatap Baskara lurus. "Saya gak bisa, Pak. Saya janji bakal bayar semua biaya yang sudah bapak keluarkan tapi saya gak bisa--"
Perkataan Alana terganti oleh teriakan yang penuh kesakitan dan geraman puas. Alana benar-benar merasa perih yang teramat sangat ketika Baskara menyatukan tubuh mereka dengan kasar.
"Too late." Bisik Baskara. Ini bukan pertama kalinya bagi Baskara bercinta dengan gadis perawan, tapi Alana...sialan! She's tight.
"Sakit..." Alana merintih saat rasa sakit itu masih belum juga musnah.
Malam ini, tidak akan Alana lupakan. Malam dimana ia kehilangan kesuciannya hanya demi lembaran kertas yang selalu manusia dewakan. Alana juga kehilangan harga dirinya saat mengeluarkan suara-suara kotor karena pergerakan Baskara.
Baskara Haris, seorang lelaki yang Alana kagumi karena prestasi dan kebaikannya ternyata tidak sebaik itu. Ia tidak pernah membayangkan jika akan berada diposisi ini, memeluk bahu lebar Baskara erat-erat dengan napas terengah-engah dan erangan yang terus mengalun.
Ini adalah pertama kalinya untuk Alana, ia tidak tahu kalau rasanya akan seperti ini. Alana seperti dibawa ke puncak tertinggi oleh perasaan yang ia tidak bisa deskripsikan.
"Yes princess, do it again."
Perut Alana semakin mengetat seiring pergerakan Baskara yang mulai brutal. Astaga Alana ingin meledak.
Alana mendesah, mencari apapun yang bisa tangannya genggam untuk menyalurkan perasaan ini. Tubuhnya sudah kepanasan dan dibasahi oleh keringat.
Baskara menggeram, bukan hanya sempit tapi ia merasa milik Alana seperti menghisapnya kuat-kuat. "Come on princess."
Alana tidak tau maksud ucapan itu, tapi tubuhnya seperti merespon. Meronta-ronta agar perasaan itu segera tersalurkan.
Hingga akhirnya Alana merasakan tubuhnya bergetar hebat, matanya tertutup rapat karena perasaan ini. Jadi ini yang sering teman-temannya heboh bicarakan?
Tubuh Alana masih terkulai lemas, namun Baskara enggan berhenti sebelum mendapatkan inginnya. Ia akan merekam kegiatan mereka lain kali karena wajah Alana saat sedang pelepasan terlihat sangat cantik.
"Fuck..."
Dengan cairan hangat yang memenuhi bagian bawahnya, Alana cukup pintar untuk mengetahui apa itu. Ditambah Baskara yang ikut terkulai diatasnya.
Malam ini, adalah permulaan dimana Alana akan menghabiskan banyak malam-malam sejenis, malam yang akan membuatnya merasa kecewa untuk bercermin esok hari.
