Bab. 04
"Mas boy bangun mas sudah jam 7 malam mas" ucap mak sri membangunkan boy yang masih tertidur di ruangan tengah dengan keadaan yang sudah tertutup selimut.
Mendengar ada yang membangunkan, boy pun langsung membuka kedua matanya. "eh mak sri. ada apa mak?" tanya boy.
"Bangun mas, sudah jam tujuh malam" jawab mak sri.
"Ooh iya mak" ucap boy yang kemudian berdiri dan berganti pakaian. boy kembali keruang tengah untuk makan bersama mak sri.
Selesai makan, boy dan mak sri berbincang diruang tengah.
"Mak sri, kalau aku panggil mbak sri saja gimana?, soalnya agak kurang cocok kalau dipanggil mak sri" ucap boy yang kemudian menyalakan sebatang rokok.
"Tidak cocok kenapa memangnya mas?" tanya sri.
"Saya merasa kurang cocok saja kalau panggil mak. saya panggil mbak saja yah. lagian kan, mbak masih muda, belum cocok dipanggil mak" ucap boy sambil tersenyum wajah sri.
"Ya sudah.. terserah mas boy saja. oya mas, nanti ini di minum ya mas" ucap sri sambil memberikan segelas minuman yang sudah dicampur rempah-rempah.
"Baik mbak, nanti saya minum" jawab boy.
"Oh iya mbak, ini untuk biaya terapi berikut bayar tempat dan makan saya selama disini mbak" ucap boy sambil memberikan amplop berisi uang.
"Nanti saja mas, kalau terapinya sudah selesai. lagian mas tidak perlu bayar tempat dan makan lagi mas. tiga juta itu sudah termasuk semuanya mas" jawab sri sambil menolak amplop yang diberikan boy.
"Tidak apa-apa mbak. ini ambil saja" boy memaksa mbak sri menerima amplop itu.
Karena boy terus memaksa, akhirnya mbak sri pun menerima amplop yang diberikan boy. namun saat mbak sri menerimanya, dia merasa ada yang aneh, karena dia merasa amplop itu cukup tebal. kemudian mbak sri langsung melihat isi amplop itu.
"Loh mas, ini terlalu banyak" ucap mbak sri yang baru saja melihat isi dalam amplop itu.
"Tidak apa-apa mbak. di dalam amplop itu ada lima juta. mbak sri simpan saja semuanya" ucap boy.
"Tidak mas, saya merasa tidak enak kalau begini. nanti saya disangka memeras mas boy" ucap mba sri.
"Lah.. ini kan saya yang memberi, bukan mbak sri yang meminta" jawab boy.
"Tapi mas, saya gak enak menerimanya" jawab sri.
"Ya sudah.. kalau mbak sri merasa tidak enak. anggap saja itu sebagai permintaan maaf karna tadi saya sudah membuat wajah mbak sri belepotan" ucap boy sambil cengengesan kearah mbak sri.
Seketika wajah mbak sri langsung memerah mengingat apa yang terjadi tadi sore "ah tidak apa-apa mas, itu sudah resiko dari pekerjaan saya" jawab mbak sri sambil menundukan kepalanya.
"Ya sudah kalau begitu, mbak sri terima uang itu yah. kalau nanti sudah terlihat hasilnya, saya akan kasih mbak sri bonus" ucap boy.
"Um.. baiklah mas, saya akan berusaha semaksimal mungkin" jawab mba sri yang terlihat begitu senang.
"Oh iya mas, saya belum memberi tahu mas tentang terapinya" ucap mbak sri.
"Ya sudah, tolong mbak sri kasih tahu saya sekarang" jawab boy.
"Begini mas, untuk racikan obat yang saya kasih ke mas, di minum 3x sehari, nanti setiap jam minum akan saya buatkan. untuk pijatnya satu hari dua kali dan itu sampai ukuran mas benar-benar bertambah panjang dan besar. satu lagi mas, saya belum sempat mengukur panjang ukuran rudal mas saat loyo dan juga disaat berdiri mas" ucap mba sri menjelaskan.
"Memangnya harus di ukur ya mbak?" tanya boy.
"Iya mas, buat melihat perkembangan setiap harinya" jawab mbak sri.
"Ooh ya sudah mbak kalau begitu di ukur sekarang saja" jawab boy.
"BAik mas. kalau begitu, tunggu sebentar mas. saya ambil alat pengukur dan buku buat catatnya" ucap mbak sri yang kemudian berjalan menuju kamar nya, kemudian dia kembali lagi dengan membawa alat ukur dan buku tulis.
"Silahkan dibuka celananya dan tidur" ucap mbak sri.
Kali ini boy sudah tidak terlalu malu seperti tadi sore. dia langsung membuka celana dan cd-nya kemudian berbaring di lantai.
Mbak sri langsung meraih rudal boy yang masih loyo dan mengukurnya, kemudian dia mencatatnya di buku. sekarang giliran mengukurnya saat berdiri. karna rudal boy masih loyo, mbak sri pun berinisiatif mengurut rudalnya agar cepat berdiri. perlahan kedua tangannya mengurut rudal boy.
Namun, baru saja beberapa detik boy merasakan ada yang tidak beres "sebentar mbak" ucap boy.
"Mbak, kok rudal saya terasa panas yah?" tanya boy.
Seketika mbak sri pun langsung teringat sesuatu "ya ampun.. maaf mas, tadi saya habis pegang cabai. belum cuci tangan" ucap mbak sri yang panik karna rudal boy mulai kepanasan.
"Waduh.. gimana nih mbak..!" ucap boy panik.
Mbak sri semakin panik, saking panik dan merasa bersalah, dia sampai tidak bisa berpikir jernih. tanpa pikir panjang, mbak sri langsung memasukan rudal boy kedalam mulutnya dan memaju mundurkan kepalanya agar rasa panas di rudal boy mereda.
Boy yang melihatnya langsung kaget. namun disaat itu juga boy merasa rudalnya sedikit adem saat rudalnya keluar masuk di mulut mbak sri.
Hingga akhirnya rudal boy berdiri tegak dan mbak sri mengeluarkan rudal boy dari mulutnya "masih terasa panas gak?" tanya mbak sri.
"Hm.. masih mbak" jawab boy berpura - pura.
"Eeh sebentar kalau gitu mas, saya ukur dulu. nanti saya lanjutkan lagi sampai rasa panasnya hilang" ucap mbak sri yang kemudian mengukur dan mencatat panjang rudal boy saat berdiri, setelah itu dia memasukan kembali rudal boy kedalam mulutnya.
Sruup.. sruup.. sruup.. suara terdengar dari mulut mbak sri yang sedang mengulum rudal boy.
Ssstttt aakhh mbak sri.. boy mulai mendesah dan beberapa menit kemudian boy merasa akan menyemburkan lahar hangatnya.
Karena sudah terbawa suasana, tanpa sadar kedua tangan boy memegangi kepala mbak sri dan memaju mundurkannya dengan cepat.
Disaat boy akan menyemburkan lahar hangatnya, dia menekan kepala mbak sri dengan kedua tangannya hingga rudal boy menyentuh tenggorokan mbak sri, membuat dia susah bernafas.
Croot.. croot.. croot.. disaat mbak sri kelojotan ingin mengambil nafas. boy justru menyemburkan lahar hangatnya didalam tenggorokan mbak sri, hingga mbak sri terpaksa menelan semua lahar hangat milik boy. namu hal juga membuat dia terbatuk dan matanya melotot dan wajahnya memerah.
Uhuk.. uhuk.. uhuk.. disaat mbak sri terbatuk boy baru sadar bahwa wajah mbak sri sudah merah dan susah bernafas, dia langsung buru - buru melepaskan tangannya dari kepala mbak sri.
Haaahhh haaahh haaaahh.. mbak sri langsung mengambil nafas. wajahnya terlihat merah rambutnya sudah acak - acakan dan di sela bibirnya terlihat ada sisa lahar hangat boy
"Aduh mbak, maaf yah mbak" ucap boy sambil duduk dihadapan mbak sri.
Uhuk.. uhuk.. uhuk.. mbak sri masih terbatuk. melihat itu boy langsung mengambil minum untuk mbak sri.
"Ini mba.k minum dulu" ucap boy sambil memberikan segelas air minum kepada mbak sri.
Mbak sri pun langsung meminumnya sampai habis dan meletakan gelas itu dilantai.
"Maaf ya mbak.. tadi saya terbawa nafsu" ucap boy yang duduk disamping mbak sri.
"Iya gapapa kok mas" jawab mbak sri yang nafasnya kembali normal.
"Tapi mbak sri tidak apa - apa kan mbak?" tanya boy yang khawatir.
"Iya mas.. masnya kok bisa senafsu itu sih sama saya mas. saya kan sudah tua" jawab mbak sri.
"Sekali lagi daya minta maaf ya mbak. lagian siapa yang gak nafsu digituin, apa lagi mbak sri walaupun usianya diatas saya, tapi mbak sri masih terlihat cantik dan sexy kok" jawab boy.
"Ah masa sih mas" jawab mbak sri.
"Iya betul mbak, saya gak bohong kok. mangkannya tadi sangat bernafsu" ucap boy.
"sepertinya rencana aku membuat mas boy menanamkan benihnya di dalam rahimku akan segera terwujud" ucap mbak sri dalam hati.
"Mbak.. mbak sri tidak kenapa - napa mba?" ucap boy membuyarkan lamunan mbak sri.
"Eeh iya tidak apa - apa kok mas.. ya sudah kalau begitu saya mau tidur duluan ya mas. mas, kalau bisa jangan begadang. biar terapinya berjalan lancar" ucap mbak sri yang kemudian masuk kedalam kamarnya.
