Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Ingin Lebih Dekat

Sore ini ada semacam pesta kecil diruang bunga kata nya sih untuk merayakan hari jadinya dengan pacarnya setahun yang lalu, itu sebabnya bunga mengundang hampir semua kelompok populer Meraka untuk datang kerumahnya, tempatnya ada dihalaman belakang rumah bunga didekat kolam renang yang cukup besar, halaman itu sudah dihiasi sedemikian rupa dan sudah dipenuhi oleh banyak orang.

Setelah setengah jam berlalu, acara tersebut pun berakhir dan Mutia memilih duduk dipinggir kolam bersama Adila sambil bercakap-cakap, sementara itu didalam kolam sudah ada banyak orang yang berenang termasuk Miko yang mendadak jadi topik obrolan Adila.

"Miko manis ya, Mutia" ucap Adila

Mutia ikut melihat Miko yang tengah berenang lantas tersenyum, "Gak boleh naksir ya." ucap Mutia bercanda

"Hahaha ya enggak lah, emmm tapi Lo udah pernah dicium Miko belum"

Whaaat!

Mutia tidak bisa menyembunyikan rasa kaget nya, "pertanyaan macam apa itu." ucap Mutia

"Hahaha ketauan sih belum ya?ih ga asik banget sih."

"Pernah kok." jawab mutia malu

"Dimana? dipipi apa dijidat lu?" Tanya Adila penasaran

"Masa gue harus cerita sih." ucap Mutia sedikit melotot sambil tersenyum sedangkan Adila cekikian melihat nya

"Gue berani taruhan, Lo sama Miko belum pernah ciuman kan hhahah"

Asatagaaa Adila ini frontal banget sih

Mutia tau apa maksudnya, dia dan Miko memang tidak pernah melakukannya, tapi apa salahnya? lagian tidak pantes banget sih ngomongin hal begituan.

"Apasih, Lo bisa bahas yang lain kali Dil."

"Yeeee! belum pernah sih Lo, asal Lo tau ya dulu sitiara sama si Miko abis Begitu" ucap Adila dan Tiara adalah mantan pacar Miko yang juga Mutia kenal

"Abiss gimana?" tanya Mutia penasaran

Demi tuhan Adila ngomong apa sih

"Tapi ini rahasia ya Lo jangan bahas ini sama Miko."

Dengan jantung berdegup kencang Mutia menganggukkan kepalanya

"Dulu waktu Meraka pacaran meraka sering banget berduaan, bunga pernah ga sengaja ngeliat mereka lagi... ya begitulah, terus Tiara juga cerita kalau dia itu udah ngasih semuanya sama Miko.. gitu deh pokoknya."

Hati mutia seperti terbakar api cemburu rasa cemburu perlahan menguasainya, masa sih Miko begitu?

"Gosip kali, gua udah kenal Miko dari kecil dan setau gua Miko ga pernah nakal, sama gue juga dia ga pernah gitu kok."

"Tau kenapa?, Ya mungkin karena selama ini Miko tuh anggap Lo cuma temannya mungkin bukan pacar nya."

Perkataan Adila benar-benar menyentil hati mutia Walau menyakitkan entah mengapa Mutia merasa hal itu benar rasa marah, muak dan cemburu membuat wajah Mutia berubah seketika.

"Heii" ucap Miko yang tau-tau muncul dari bawah kaki Mutia yang terendam air, cowok itu memasang senyum manis yang tidak mendapatkan tanggapan baik dari Mutia

Adila yang menyadari perubahan pada raut wajah Mutia, tersenyum jahil dan mendorong tubuh mutia hingga tercebur kedalam kolam

"Hahaha gak usah dipikirin kali Mut, orang gue cuma becanda kok haha" ucap Adilla ntah itu sungguh atau tidak

Mutia mengusap wajahnya yang basah kemudian berseru kesal, "adilaaa gue gak bawa baju ganti tauuuu!"

"Hhaha sorry, udah ya gua ke sana dulu hihihi" ucap adila sambil berlari kecil ke arah bunga yang sedang mengobrol bersama empat orang temannya

Mutia tidak tau apa Perkataaan Adila tadi benar atau tidak, jadi dari pada penasaran ia pun akhirnya bertanya langsung kepada Miko

"Kamuu...sama Tiara.... pernah?"

Miko menaikan satu alisnya, "Pernah apa?"

"Ya gitu deh." ucap Mutia jadi salah tingkah

"Woii! pacaran aja lo berdua ini, pulang sana." ucap seseorang yang tidak begitu Mutia kenal tiba-tiba muncul dan mendorong Miko kearah nya, sehingga tanpa bisa dihindari ia dan Miko berada dalam jarak yang sangat dekat.

Sangat dekat sampai Miko bisa merasakan ada sesuatu yang menekan dada nya ia tau itu apa, Miko lantas mengalihkan pandangannya dari Mutia, yang juga melakukan hal yang sama.

"Naikk." perintah Miko terdengar gugup

Pliss Miko sudah beranjak dewasa dan yang tadi hampir saja membuatnya khilaf.

Lalu Mutia masuk kedalam kamar kecil yang ada dipinggir kolam sambil membawa dua  potong pakaian milik bunga, sebenarnya ia tidak mau merepotkan bunga, tapi mau gimana lagi mamanya pasti bakal curiga kalau melihat pakaiannya yang basah, dan Mutia tidak mau kalau mamanya tau soal pesta ini.

Setelah mengunci pintu barulah Mutia menyadari kalau didalam bilik itu ada orang lain.

"Kalau tadi aku lagi gak pake apa-apa gimna coba?" tanya orang itu yang ternyata Miko

"Siapa suruh ga kunci pintu, aku kan ga tau kalo kamu lagi didalam!" jawab Mutia sewot

Miko terkekeh dan membuka kaus putih yang tadi ia kenakan melihat itu rasanya Mutia malu juga.

Okee sejak kecil melihat Miko Tanpa atasan itu baginya sudah biasa tetapi hari ini yang berdiri di hadapannya bukan Miko bocah ingusan yang kurus dan dekil melainkan seseorang remaja laki-laki yang tinggi, manis dan memiliki postur tubuh yang padat berisi itu sebabnya Mutia merasa malu sekaligus jantungan.

Jangan sampai ada setan diantara mereka berdua....

"Yaudah kamu duluan aja" ucap Mutia berbalik, memutar kunci dan hendak menarik handle pintu, namun tiba-tiba Miko memanggilnya

"Mutiaa!"

Panggilan itu terlalu lembut

Mutia pun membalikkan badannya menatap bola mata Miko yang entah mengapa begitu tampak sendu

Miko kembali memutar kunci dan tersenyum, ia menundukkan kepalanya sebentar melihat seragam sekolah Mutia yang basah, sesuatu dibalik kemeja itu sudah berhasil membuat Miko gelisah dan penasaran.

Miko tidak ingat kapan tepatnya Mutia menjadi gadis yang menarik, yang jelas setahun belakangan ini Miko begitu tertarik kepadanya, rambutnya, matanya senyumannya dan semuanya.

Miko sudah mencoba menahan diri untuk tidak menyentuhnya, akan tetapi hari ini ia mendapatkan kesempatan itu rasanya sudah cukup lama ia bersabar.

"Sebentar saja" ucap Miko tersenyum tulus

Mutia tidak bisa mundur lagi karena ada pintu dibelakangnya, "apa?"

Miko menyentuh bibir mungil Mutia dengan jarinya yang sedikit gemetar

"Aku sayang kamu" ucap Miko

Mutia menutup mata begitu wajah Miko kian dekat dengannya, lalu sesuatu yang hangat menyapu bibirnya dengan penuh perasaan

Mutia yang tidak sadar pun membalasnya lalu Meraka menikmatinya

Dan baru pertama kali Miko melakukan itu kepada Mutia.

Sekitar jam tujuh malam, Mutia tiba dirumahnya, Adila dan Bunga juga ikut bersamanya. Ketika pintu rumahnya dibuka dari dalam, tatapan penuh tanya langsung dilemparkan sang ibu kepadanya,hal itu tentu saja membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Kok baru pulang?" tanya mamanya

Mutia tersenyum, berusaha mengenyahkan rasa gugupnya, "iya ma tadi kerumah bunga sebentar."

"Ngapain?"

"Main doang Tante" Sahut Bunga sambil menatap ponselnya

Amira menatapnya sejenak, seperti sedang menilai, kemudian menoleh pada Mutia, "kalau mau maen itu bilang dulu sama mama, mama udah nelfon kamu tadi, tapi ga aktif-aktif, kemana hp kamu?"

"Itu mah, tadi hp Mutia habis baterei jadi ga bisa ngabarin."

Mutia langsung meminta maaf dalam hatinya, sesungguhnya beterai ponselnya masih tersisa lebih 50%.

Namun Mutia sengaja menonaktifkan hp nya agar mamanya tidak bisa menghubunginya dan memintanya untuk lekas pulang, Lantaran saat itu ia masih ingin bersama Miko dan teman-temannya. Jarang-jarang Mutia bisa berkumpul seperti tadi, boro-boro mau nongkrong diluar jam sekolah, ke minimarket aja kadang harus bareng mamanya.

Amira mengembuskan napas pendek, "kan kamu bisa pinjam hp temen-temen kamu buat ngabarin mama."

"Mutia enggk inget nomornya ma."

"Kita gak kemana-mana kok Tante, habis pulang sekolah kami dirumah saja." ucap adila meskipun tak sepenuhnya jujur

Amira melirik kedua remaja berpakaian minim di hadapannya, kemudian mata nya melirik Mutia sesaat.

Namun Mutia tau apa arti pandangan itu dan ia langsung menarik kedua temannya itu berjalan menuju kamarnya.

Samar-samar Amira bisa mendengar pembicaraan mereka setelah masuk kedalam kamar

"Mutia nyokap Lo over protektif banget ya sama Lo?" tanya bunga dia tidak tau jika saat itu ibunya Mutia sedang mendengarnya dari balik pintu kamar yang terbuka sedikit.

"Iya, mama emang suka begitu"

"Terus Lo ga risih gitu, nyokap gue aja ga pernah tuh nanya-nanya gue kaya tadi, kita kan udah gede mut lucu aja gitu kalo apa-apa harus dikabarin dulu."

"Ya wajarlah bunga, kan mutia itu emang anak rumahan, enggak kayak kita yang sukanya kesana kemari." ucap Adila lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur, "sesekali nya Mutia keluyuran ya jelas ditanyain lah." sambungnya

"Enggak asik hidup Lo mut, masa remaja itu ya harus dinikmati lah kapan lagi coba, kan enggk bakalan terulang kedua kalinya, emang enak apa hidup dikekang gitu, kalo nyokap gue sih bebas-bebas aja gue mau ngapain."

Mutia mengerjapkan matanya, "Dikekang dan dilindungi itu sama ga sih?"

Bunga mengangkat bahunya tak acuh, "kita kan udah gede bisa membedakan mana yang baik dan buruk, lagian heran deh masa Lo kemana mana tuh kaya gak dibolehin gitu, inget gak pas gua ngajakin Lo nonton, Lo gak ikut gara-gara gak dikasih ijin kan sama nyokap Lo."

"Iya sih, parah banget nyokap Lo masa nonton doang ga dikasih ijin." ucap Adila

Amira menarik nafas panjang menghembuskannya perlahan lalu membalikan badannya beranjak dari muka pintu, cukup sudah ia mengenali karakter ke dua remaja tersebut, ia akan memastikan pada Mutia kalau hari ini adalah hari pertama dan terakhir ia mengajak teman-temannya itu kerumah, Amira tidak suka dan ia tidak mau mutia menjadi seperti mereka.

"Itu temen-temen baru kamu?" tanya Amira selang beberapa saat setelah Adila dan Bunga pulang

Malam itu pukul sepuluh lewat dua puluh menit.

"Iyaa ma."

"Baru pulang jam segini? emang ga dicariin orang tua nya." Amira melirik jam dinding sekali lagi.

"Enggak, udah biasa sih katanya."

Amira mengangguk paham, "mama ga suka deh lihatnya, kamu kok bisa sih berteman sama mereka?"

Mutia enggak mungkin cerita secara detail, jadi dia hanya bercerita secukupnya saja menurut nya sih pertanyaan itu gak penting-penting amat, maklum saja mama nya kan emang gitu, apa-apa selalu ditanyain hal kecil saja bisa jadi besar kalau ia mau.

"Meraka baik kok ma."

"Itu pakaiannya terbuka gitu, emangnya ga dibilangin orang tua nya apa."

Tuh kan segala pakaian aja diurusin

"Itu namanya style ma, mama gimna sih kaya enggak pernah muda saja."

"Justru masa mudanya mama itu enggak ada yang kaya gitu, kamu lihat saja pahanya diumbar umbar gitu, nanti kalau ada orang jahat gimna? kalau dilecehkan gimna? baju nya juga pada gitu seksi-seksi banget teman kamu itu."

Nah ini nih yang Mutia ga suka, khotbah panjang mamanya yang gak tau berakhir kapan.

"Kan biar kelihatan cantik ma."

"Eh kamu jangan coba-coba ikutin gaya mereka ya, mama enggak suka, cantik itu ga harus berpakaiannya seksi, terus ga ada sopannya lagi, masuk rumah orang gak ngucap salam, pulangnya juga nyelonong aja."

Mutia tak berkomentar terlalu malas berdebat.

"Mama udah lama enggak lihat putri sama yang lain kamu masih berteman kan sama meraka?"

"Masih." Mutia rasa itu jawaban yang tepat untuk situasi ini

"Terus kok enggak pernah main kesini lagi mereka"

Amira ingat sekali dengan keempat teman mutia, putri, cia, Fani dan Lista. dahulu saat masih duduk dibangku SMP, setiap kerumah mereka selalu datang bersama-sama sambil membawa buku mata pelajaran dan beberapa cemilan kering yang akan mereka makan sambil berlajar dikamar mutia, lalu Amira akan mendengar mereka tertawa-tawa entah membicarakan apa.

Jadwal pertemuan Meraka biasanya hari Sabtu sore hingga menjelang malam sekitar jam delapan.

Putri Fani dan cia akan menumpang sholat ketika Waktunya tiba, sementara Lista yang beda keyakinan akan menunggu dikamar sambil merapikan beberapa barang dikamar mutia yang berantakan, kadang kala Meraka akan makan malam bersama dan bersenda gurau di meja makan.

Amira suka dengan tutur kata Meraka penuh sopan dan santun, dan cara mereka berpakaian dan cara Meraka masuk dan keluar rumah mereka semua anak baik-baik

Akan tetapi belakangan ini tepatnya beberapa bulan ini, ia tidak pernah lagi melihat ke empat anak itu datang kerumah dan entah mengapa Mutia sepertinya juga enggan membicarakannya.

"Enggak tau."

"Loh gimna sih katanya temen tapi kok gak tau kamu lagi berantem sama meraka"

Mutia mengedikkan bahu tak acuh, "Udah ah ma, Mutia lagi enggak mau bahas mereka."

"Kok gitu memangnya ada masalah apa kamu sama meraka? udah beberapa bulan ini mama enggak pernah lihat kamu main bareng Meraka lagi."

Mutia memejamkan matanya sejenak berusaha menahan gejolak dalam dadanya dia lagi kesel banget sama putri dan yang lainnya.

"Enggak apa-apa kok, Mutia kekamar ya ma mau bobo." pamitnya lantas beranjak meninggalkan mamanya yang menatapnya dengan penuh tanya.

"Lagi ngapain?" suara Miko langsung terdengar saat mutia mengangkat panggilan yang masuk keponselnya.

Rupanya Miko sudah berkali-kali mencoba menelpon, namun tidak diangkat lantaran tadi Mutia harus disidang dulu oleh mamanya.

"Ini mau bobo, kalo kamu lagi ngapain?" tanya Mutia balik

"Lagi dibalkon." jawab Miko

"Aku kan nanya lagi ngapain bukan lagi dimana."

"Biar kamu keluar, kangen."

Mutia tersenyum lantas turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju balkon kamarnya, diseberang sana tampak Miko sedang melambaikan tangan singkat kearah nya

Darah Mutia berdesir ketika tiba-tiba mengingat momen tadi sore didalam kamar kecil, dirumah adila momen Miko menciumnya.

"Kangen gak?" ucap Miko lagi

"Kangen gak ya."

"Yaudah kalo enggk."

"Kangen tau."

"Besok nonton gimana?"

"Okey, mau banget hehehe."

"Yaudah kalo gitu bobo gih, besok kita sambung lagi."

"Iya, kamu juga bobo terus jangan lupa mimpiin aku ya hihihi."

"Iya sayang."

Mutia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak lompat kegirangan saat ia dikasur.

Mutia tidak tau seperti apa persisnya, yang dirinya tau saat ini jatuh cinta itu berjuta rasanya meskipun berpacaran dengan Miko hubungan mereka terasa canggung, tapi Mutia yakin kedepannya akan menjadi biasa-biasa saja.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel