Pustaka
Bahasa Indonesia

Perjuangan Cintaku

101.0K · Tamat
Koko
69
Bab
816
View
9.0
Rating

Ringkasan

Seorang gadis bernama Mutia harus menikah dengan pria bernama Miko. Hal tersebut karena keduanya telah melakukan Kesalahan yang fatal. umur mereka masih muda untuk menjalankan rumah tangga. mampukah Mutia dan Miko mengahadapi cobaan dalam rumah tangganya?

Mengandung Diluar NikahPengkhianatanWanita CantikRomansaTeenfictionPernikahanMenyedihkanDewasaPerselingkuhanBaper

Bab 1 Ingin Cantik

Apa ingin menjadi cantik itu salah?

"Maaaa, lihat deh, kak Mutia pake lipstik kesekolah!"

Suara khas anak kecil milik seorang bocah perempuan, memecah keheningan rumah bertingkat dua yang berada dipinggir jalan sebuah kompleks perumahan.

Tidak lama kemudian pintu-pintu dirumah berwarna biru itu membuka dan langkah-langkah kaki mulai terdengar

Diluar sana mentari akan naik pelan namun pasti cahaya nya pun menerobos masuk ke salah satu jendela rumah yang sudah dibuka lebar, dibalik jendela itu tampak seorang remaja berparas manis sedang sibuk mematut dirinya didepan cermin.

Garis merah jambu yang tadi sempat mewarnai bibirnya, sekarang menyisahkan warna merah pucat yang tidak bersemangat ia adalah Mutia gadis yang berusia 16 tahun.

"Enggak kok ma, Kansa apaan sih, orang nggak ngapa-ngapain juga" ucap Mutia saat adiknya yang super menyebalkan itu menangkap basah dirinya sedang memakai lipstik, sesegera mungkin dia langsung menghapus warna itu dari bibirnya, dia tidak ingin ada yang tau setidaknya orang dirumah ini lebih-lebih mamanya

"Bohong itu apaan merah-merah iiih, genit yaaa" ucap Kansa masih bertahan dipintu kamar sambil menatap kakanya itu dengan aneh "ihh jelek banget tau ga sih" ucap Kansa

"Apaan si Kansa pergi sana ganggu aja deh masih pagi ini" ucap mutia yang mulai kesal

"Aku bilangin mama kalo kakak pake lisptik kesekolah"

"Bilang aja ga takut"

Pliss semua teman sekolah ku sudah melakukan ini loh, mereka bahkan memakai pensil alis kesekolah jadi apa salahnya, apa menjadi cantik itu salah? bahkan Adila sama Bunga saja melakukan hal yang sama.

Dua nama tadi adalah teman dekat barunya Di SMA Amal bakti

"Bener nih loh ya, aku bilangin sama mama" ucap Kansa yang terus mengganggu kakanya

Kemudian mutia bisa mendengar dengan jelas suara langkah Kansa yang berisik menuruni anak tangga ntah apa yang ia kata kan kepada mama nya

"Ma, ma kak Mutia pake lisptik tu"

Mendengar itu Mutia pun menggerutu, "dasar Kansa kek gitu aja pake dibilangin"

"Masaa iya" ucap mama nya yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan Kansa

"Iya ma, kemarin juga Kakak memakai nya"

Mutia mengabaikan pembicaraan itu dan lebih memilih bersiap-siap untuk kesekolah Karena seseorang pasti sudah menunggu diluar sana

"Mana sih kata nya pake lisptik ga ada gini kok, Kansa bohong nihhh" ucap Mutia

Mutia pun memundurkan kepala nya sewaktu agy kakak laki-lakinya yang langsung mengamati wajahnya.

"Udah dihapus lah bang takut di marah mama hahahaha" ucap Kansa yang tidak mau kalah, sementara Mutia mencibir dibelakang nya

"Bener kamu pake lisptik kesekolah sejak kapan?" tanya Amira sambil menuangkan air dari dalam ceret

"Enggak kok ma, bukan lisptik cuma kaya pelembab bibir gitu" jawab Mutia berusaha terlihat meyakinkan

"Mama ga mau ya kamu pake begituan kesekolah, biasa-biasa saja seperti anak sekolah pada umumnya" seru mama nya tegas dan jelas.

Mutia pun meraih segelas air diatas meja dan meminumnya "iya ma"

"Biarin kali ma namanya juga anak kekinian"

Mendengar celetuk agy, amira menggeleng dan berkata "mau kekinian atau enggak tetap saja pelajar sekolah enggak diperbolehkan pakai begituan"

"Iya Bu guru ampun ga gitu lagi" ucap agy sengaja menyinggungn profesi mama nya yang berusia 45 tahun

"Oh iya ma, nanti Mutia pulang telat ya mungkin agak sorean soalnya mau ada praktek masak disekolah" ucap Mutia

Setelah Amira duduk dikursi dan meminum teh manisnya tidak ada yang menyadari berbicara demikian, karna suara sedikit bergetar dan bahasa tubuh nya seperti agak salah tingkah lalu Mutia mengulangi perkataan nya.

"Oh Yaudah nanti pulang nya dijemput Abang" ucap agy

Namun rupanya Mutia tidak setuju dia langsung mengatakan kalau dia akan dijemput Miko nanti, Miko adalah tetangga seberang rumah yang juga satu sekolah dengannya.

"Bilang aja mau pacaran" ucap agy bercanda

"Apaan si orang kami cuma berteman"

"Temen apa temen dari dulu bilangnya gitu friendzone ya hahaha kasian" ucap agy meledek adiknya

"Ih ga percaya banget sih, Mutia sama Miko itu cuma temen".

Pada kenyataannya Miko lebih dari sekedar teman bagi Mutia, jika tida ada sebuah persahabatan diantara mereka, hubungan itu sudah berubah sejak setahun yang lalu dan rahasia itu hanya mereka dan semesta saja yang tau.

Beberapa saat kemudian mutia pun berpamitan pada mamanya dan juga papanya yang baru keluar dari kamar.

Setelah Mutia sudah pergi dan sesudah papa nya duduk di sebelah agy, tiba-tiba Kansa berceletuk

"Ma, ma tadi malam Kansa liat bang Miko mencium pipi kak Mutia loh"

Agy mendadak terbatuk Sementara Amira dan Doni yang papa nya tersebut menatap Kansa dengan raut wajah terkejut

"Kansa kamu cepat makannya nanti kamu terlambat" ucap mama nya yang sengaja mengalihkan pembicaraan, kalau perkataan Kansa direspon maka ntah apa lagi yang akan dikatakan nya.

Kansa tidak mungkin berbohong karena usianya masih terlalu polos untuk itu.

"Anak jaman sekarang" komentar papa nya singkat Namun menjelaskan kalau dia tidak suka dengan apa yang baru saja didengar nya.

"Nanti biar mama bilangin sama Mutia" ucap mama nya sambil tersenyum tipis, didalam hati nya sambil menerka nerka beberapa banyak kebohongan yang sudah dibuat Mutia kepada mereka, lalu mereka pun melanjutkan makannya setelah itu pun kansa pergi kesekolah.

Matahari sudah terbit sepenuhnya ketika Mutia keluar dari perkarangan rumah, senyum nya selebar bulan sabit dan pipinya bersemu merah apel terlebih lagi sewaktu dia melihat seorang cowok bertubuh jangkung di seberang jalan sana berdiri disebuah motor besar berwarna merah, senyumnya pun semakin melebar dan matanya tampak begitu bersemangat.

Cowok itu adalah Miko dia adalah satu dari banyak alasan yang membuat Mutia bahagia setiap menyambut pagi setidaknya dalam beberapa Minggu ini.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Miko saat Mutia berhenti didepannya ia lalu mengacak rambut Mutia yang sengaja dibiarkan tergerai

Mutia suka setiap kali Miko mengacak rambut nya seperti ini

"Emmm kenapa?, Ga boleh?" Sahut Mutia dan semakin tersenyum lebar

Melihat senyum diwajah Mutia, Miko pun ikut tersenyum "kangen ya" ucap Miko

"Kangen ga ya" ucap Mutia berlagak mikir dan bahasa tubuhnya memberi kesan yang manja

Miko mencubit pelan hidung Mutia karna gemas sambil berkata

"Sayangggggg!"

Dipanggil seperti itu oleh Miko rasanya membuat Mutia malu juga, panggilan itu masih baru dan dia belum terbiasa, alih-alih membalas justru Mutia memalingkan wajahnya ke arah lain dan tersenyum.

"Aku tinggal ya" Miko tiba-tiba menghidupkan mesin motor nya dan melaju begitu saja dihadapan mutia

Mutia tau Miko cuma bercanda karena jaraknya kurang dari tujuh meter cowok berambut cokelat madu itu mengerem motornya sambil tertawa terbahak-bahak karena merasa lucu.

"Nyebelin banget sih kamu" ucap mutia sambil mengacak-acak rambut Miko hingga berantakan

Tidak lama kemudian motor besar itu pun melaju Pelan diiringi derai tawa Mutia dan Miko. Jarak duduk mereka sangat dekat tidak seperti dulu sehingga membuat seseorang dibalik tirai jendela mengamati keduanya dengan pandangan aneh penuh tanya serta rasa curiga, dan suara hati nya pun berkata "anakku sudah beranjak dewasa dan aku tidak percaya waktu sudah berjalan begitu cepat"

Seseorang itu adalah Mama nya mutia dan kedua sosok remaja itu menghilang dari kejauhan rasa penasaran nya juga tak hilang dari hatinya bahkan kian menjadi, Yang diri nya tau Miko dan Mutia adalah sahabat mereka sudah bersama sejak kecil dan banyak menghabiskan waktu bersama selama bertahun-tahun, mereka sering pergi bersama baik itu nonton bioskop, ke mall, bahkan treveling keluar kota.

Tetapi pagi ini ketika dia melihat kedua anak itu saling bicara dan saling menatap dia mengetahui hal yang baru dan merasa ada sesuatu diantara mereka yang Mutia tidak pernah ceritakan padanya.

Setibanya di sekolah, Miko dan Mutia langsung berjalan menuju kelas sambil bergandengan tangan, pemandangan itu sudah biasa karena mereka yang di sekolah sudah tau seberapa dekat hubungan mereka.

Couple goals begitu lah julukan yang diberikan satu sekolah untuk mereka.

Sosok Miko yang populer selalu menjadi topik hangat para siswi perempuan, karakternya cukup membuat banyak wanita di sekolah penasaran, dia sedikit bicara dan tersenyum hanya jika dia mau.

Namun tidak dengan Mutia, setahun yang lalu Mutia hanyalah murid biasa, teman-teman nya juga termasuk dalam kategori yang enggak banget aneh, kuper, kudet dan semacamnya, kerjaan mereka di sekolah cuma sibuk didapur sekolah entah itu ber eksperimen menciptakan sebuah masakan baru, mencoba berbagi resep atau pun debat rasa masakan.

Yaaa dulu Mutia tidak seperti sekarang kehidupan nya biasa-biasa saja tidak menarik dan hanya diseputar situ-situ saja tidak seperti Miko, lantas kapan dia berubah? Ya tepatnya enam bulan lalu saat Miko mengajak nya ke pesta ulang tahun Adila, teman cewe nya yang juga populer disekolah, tidak sulit bagi Mutia berinteraksi dengan teman-temannya Miko karena Mutia termasuk orang yang mudah nyambung saat di ajak ngobrol yang terpenting sih dia menarik dan cantik sehingga membuat Adila tertarik untuk menjadikan nya teman.

"Lo mau gabung sama kita gak? Tanya Adila waktu itu yang kemudian membuat Mutia terkejut bukan maen.

Gimna ga kaget tiba-tiba mutia diajak menjadi bagian satu-satunya kelompok populer disekolah dan menjadi kesempatan Mutia, maksudnya Mutia punya lebih banyak teman punya pergaulan diluar sekolah dan yang pasti Mutia bisa dikenal oleh semua orang di SMA Amal bakti sebagai anggota baru kelompok itu.

Oleh sebab itu tanpa berpikir panjang Mutia langsung menjawab iyaa dan tanpa disadari dia mulai jarang berkumpul dengan para sahabatnya dan dia mulai gemar mempercantik diri, dan sibuk dengan semua media sosial miliknya yang dulu sering terabaikan, teman-temannya bertambah dan satu persatu anak laki-laki disekolah mulai mendekatinya, namun sayang Miko sudah lebih dulu menjadikan nya pacar.

Begitulah Mutia sudah berubah sehingga keempat sahabat nya sejak dismp pelan-pelan menjauhkan diri dari Mutia yang baru.

"Putri!" Panggil Mutia pada seseorang cewe berambut ikal yang berjalan pandangannya terlihat enggan dan juga merasa tidak nyaman

"Lo kenapa sih, setiap gua panggil ga pernah mau nyahut?" tanya Mutia malas berbasa-basi

Putri melihat Mutia dari ujung sepatu sampai ujung rambut dengan tatapan menilai kemudian mendengus "ada apa?"

"Kalian lagi marah sama gue? enggak elo, engk Lista, Fanny, cia setiap gua samperin bilangnya begitu" ucap Mutia sambil menyebut nama-nama sahabat nya dengan agak sedikit jengkel

"Gini ya mutia, kamu udah ga kaya dulu lagi kita udah ga cocok lagian gini ya kamu kan udah punya teman baru tuh yang anak gaul abiss, jadi kenapa sih masih dekatin kami" Ucap putri yang tidak juga mau basa-basi

"Kok Lo Ngomong nya gitu sih put, kan gue udah minta maaf soal itu"

"Ya terus mau kamu itu apa"

Mutia meringis heran harusnya yang bertanya seperti itu kan dia, soalnya Mutia sudah minta maaf karena jarang bisa berkumpul seperti dulu lagi sama mereka, tapi kenapa sikap keempat sahabat nya ini masih cuek bebek ga adil.

"Kalian marah karena gue enggk ngumpul sama kalian lagi?" ucap Mutia sambil melangkah lebih dekat berusaha bicara dari hati ke hati

Namun putri mundur sedikit seakan tidak memberikan Mutia kesempatan itu.

"Putrii!"

Suara lain membuat kedua remaja itu menoleh secara bersamaan, begitu tau siapa pemilik suara itu putri langsung tersenyum dan menghampiri tiga orang cewek yang tidak lain para sahabatnya.

"Kok Kalian lama sih?" tanya putri

"Iya tadi ke kantin sebentar" cewek yang berambut ikal menjawab, Lista Ariana begitu huruf yang tercetak di seragam sekolah nya

"Yaudah yuk" putri hendak beranjak begitu juga dengan sahabatnya tapi tiba-tiba gerakan Meraka berhenti oleh perkataan Mutia.

"Kalian norak tau gak"

"Apa dia bilang?" tanya yang bertubuh kurus

"Masa kamu ga denger sih, dia bilang kita norak" jawab putri lalu tertawa kecil

"Ya ampun masa kita dibilang norak sih"

Mutia menatap wajah-wajah polos khas anak baik-baik dihadapan mereka itu dengan kesal

"Kalian ga tau caranya bersenang-senang" ucap Mutia

"Bersenang-senang versi kamu Sama versi kami ya jelas bedalah, disini kamu datang untuk belajar enggk seperti kamu sama teman-teman populer kamu itu enggk jelas mau ngapain" ucapan putri itu membuat mimik wajah Mutia berubah masam.

"Udeh deh put, mending kita pergi aja"

"Yukk"

"Lucu ya cuma gara-gara masalah sepele aja kita jadi berantem" ucap Mutia bersuara lagi

"Gini ya Mutia ketika kita butuh kamu, kamu nya ga pernah ada jadi Yaudah deh mendingan kita gini aja bubar, selesai" ucap Lista mencoba membuat Mutia paham bahwa hubungan mereka tidak sama seperti dulu lagi

"Kalian iri sama gue" ucap Mutia

"Bahkan kamu saja lupa caranya ngomong ke kita itu bagaimana".

Mutia terdiam karna sudah terbiasa dengan gaya bahasa Adila dan Bunga, ia lupa kalau seharusnya dia ber aku,kamu dengan sahabatnya itu

"Lagian kita bukannya iri cuma kecewa saja karena kamu lebih memilih bareng mereka disaat ibu nya Fani meninggal waktu itu"

Perkataan cia Barusan menjelaskan bahwa itu lah alasan sebenarnya mengapa ada jarak yang rentang di antara mereka dan Mutia

Mutia lalu menatap Fani yang langsung membuang muka dan kemudian membalikan badan.

"Udahlah yuk pergi saja" ucap Fani yang malas terhadap Mutia

"Bentar fan" putri maju selangkah berdiri lebih dekat dihadapan mutia sebelum bicara putri kembali menatap Mutia dengan pandangan manilai.

"Sebenarnya tujuan kamu masuk ke sekolah sini apa sih Mutia, mau belajar masak apa cuma mau ikut-ikutan Miko doang, kamu tu ga punya bakat sama sekali tau gak! kamu masuk kesini cuma ngabisin waktu Sama duit orang tua kamu saja" ucap putri

Lista, Fani dan cia saling berpandangan begitu mendengar perkataan putri yang menyakitkan itu dan ketiganya tidak menyangka kalau putri akhirnya berani mengatakan hal itu.

"Apa!?" tanya Mutia sepenuhnya merasa tersinggung dadanya pun sesak seakan dipenuhi udara ketika mendengar ucapan putri tadi.

"Pergi yuk enggak penting" ucap putri berbalik arah dan mulai melangkah tapi Mutia menghentikannya lagi.

Bersambung...