Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Kompetisi Masak

"Apa!?" tanya Mutia sepenuhnya merasa tersinggung dadanya pun sesak seakan dipenuhi udara ketika mendengar ucapan putri tadi.

"Pergi yuk enggak penting" ucap putri berbalik arah dan mulai melangkah tapi Mutia menghentikannya lagi.

"Gue mau kita kompetisi masak" ucap Mutia tanpa ragu

"Apa?", sebenarnya putri mendengar perkataan Mutia dengan jelas, hanya saja dia perlu mendengarnya sekali lagi, dia ingin melihat Mutia mengatakan ajakan itu dengan sungguh-sungguh.

Mutia mengangkat dagu kemudian berujar dengan penuh keyakinan "guee mau kita batlle masak, karena masak itu ga perlu bakat." ucap Mutia tegas

"Oke, jam istirahat didapur sekolah" ucap putri tanpa pikir panjang lalu angkat kaki,

Mutia ikut beranjak dari koridor disertai jantung yang berdegup kencang, rasa takut mendadak datang menguasainya, pliss yang diajaknya lomba itu putri Adisti seseorang yang masakan nya paling memiliki banyak pujian dari para juru masak disekolah Ini.

Putri memang tidak terkenal seperti halnya Mutia dan teman-temannya, namun nama Putri juga tidak asing di telinga semua orang, masakan nya dikenal paling lezat setelah jeriko murid kelas sebelah yang juga teman sepermainan dengan Mutia.

Itu sebabnya Mutia merasa takut dan barulah sekarang Mutia menyesali apa yang dikatakan nya tadi tidak seharusnya dia menantang putri karena dia tau seperti apa kemampuan masak putri.

"Gue pasti bisa masak! ga perlu bakat semua orang bisa masak" ucap Mutia menepis semua pikiran negatifnya sekaligus memantapkan diri kalau dia juga bisa memasak

Lagian Mutia sudah satu tahun sekolah disini dan tak terhitung berapa kali dia praktik memasak didapur sekolah, ya walaupun nilainya tidak pernah sempurna tapi Mutia yakin bisa bisa memasak karena dia percaya memasak adalah bagian dari diri setiap perempuan.

"Kamu ngajakin putri kompetesi masak?" Tanya Miko yang tau-tau sudah berada didekatnya.

"Iya, dia bilang aku masuk kesini enggk punya tujuan dan cuma ikut-ikut kamu doang, dan aku ga terima" jawab Mutia

Miko menghembuskan nafas panjang seakan ada emosi yang sedang di coba tahan.

"Apa pun hasilnya jangan cengeng" ucap Miko sambil mengacak rambut Mutia dengan penuh perhatian.

"Aku tau aku pasti kalah, karena masakan putri terkenal enak" ucap Mutia tersenyum kecil sambil menatap keluar jendela yang menghadap ke halaman kelas "tapi aku bakal buktiin sama meraka kalau aku tuh juga bisa masak."

Sementara itu diruang kelas yang lain, Fani sedang berusaha membujuk putri untuk membatalkan battle antar dirinya dan Mutia nanti, maksudnya sih baik supaya nanti Mutia tidak berkecil hati, biar bagaimanapun juga mereka sebenarnya masih peduli dengan Mutia.

"Kita semua tau masakan Mutia itu ga enak" ucap Fani yang enggan mengatakan nya tapi dia tetap menambahi "kasian dia nantinya"

Lista mengangguk "iya sih, selama ini kan kita liat sendiri Mutia itu enggk pernah keliatan suka masak, kaya gak niat gitu"

Putri paham maksud sahabat-sahabatnya itu namun dia tetap bertekad untuk menerima tantangan Mutia tadi, biar Mutia tau kalau dia sudah salah memilih jurusan.

"Kita liat aja nanti gimna hasilnya semoga saja dia sadar kalau fashionnya itu bukan untuk memasak." ucap putri

Setiap detik yang Mutia lewati terasa begitu cepat, dua jam sudah berlalu dan bel tanda istirahat pun sudah terdengar, lalu Mutia mendengus dan menggunakan bahu dengan mantap sebelum akhirnya beranjak menuju dapur sekolah.

"Hei! Mutia mau kemana?, kantin yuk" ucap seorang cowok berperawakan sedang berlari kecil menghampiri Mutia

"Sorry, lain kali aja ya" ucap Mutia tak enak hati

"Oh oke" cowok itu berhenti dan melambaikan tangan singkat .

Setiba nya ditempat tujuan Mutia langsung menghampiri putri yang sepertinya sudah menunggu nya dari tadi.

"Kamu yang menentukan menu apa yang harus kita masak" ucap Putri

"Jeriko" putri menunjuk seorang cowok berkacamata yang baru saja memasuki dapur

Mutia agak terkejut, memang sih dia dan jeriko saling mengenal dan cukup dekat, tetapi itu hanya sebatas obrolan enggk penting dan apa yang dibahas biasanya tidak jauh dari topik masak-masak, jadi biarpun mereka itu dalam satu kelompok yang sama belum tentu juga jeriko akan memihak nya kecuali kalau jeriko......

"Jeriko disini sebagai juri dan dia harus menilai jujur" ucap Lista barusan langsung menghancurkan harapan mutia untuk menang

"Okee" ucap Mutia sedikit jengkel

Selagi Mutia dan putri mulai memakai perlengkapan memasak seperti tutup kepala dan celemek, diluar penonton mulai berdatangan, kabar tentang mutia yang akan melakukan battle ternyata sudah tersebar keseluruh penjuru sekolah sehingga membuat mereka beramai-ramai mendatangi dapur sekolah.

Apalagi sosok Mutia yang akhir-akhir ini menjadi populer menciptakan rasa ingin tau mereka akan kemampuan masak Mutia.

Menu yang akan dijadikan battle adalah menu sehari-hari Mutia di rumahnya, yaitu capcay seafood, Mutia memilih nya bukan tanpa alasan, mamanya suka sekali memasak makanan itu untuknya, dan Mutia juga pernah membuat nya dan semua orang dirumah bilang masakannya itu enak dan sempurna. dan alasan lainnya adalah bahannya simpel dan membuatnya gak butuh waktu lama itulah kenapa Mutia percaya diri untuk memasaknya sekarang.

Namun ada yang membuat Mutia kesal sewaktu dia bilang menu batlle mereka adalah capcay, yaitu epkpresi putri terlihat seperti orang yang sedang menahan tawa maksudnya apa coba...

"Waktunya lima belas menit dari sekarang" ucap Fani setelah Mutia dan putri berdiri didepan meja berisi alat masak dan bahannya, yang sebelumnya sudah tersedia di lemari pendingin didekat sana.

Lomba dimulai, diluar sana suasana tampak heboh banyak yang memberi dukungan pada Mutia, mereka bersorak sambil bertepuk tangan.

Meraka tidak tahu kalau saat ini Mutia sedang gemetar, marah sekaligus merasa takut apalagi begitu dilihatnya putri sedang memotong setiap sayuran, teknik memotong putri jauh lebih baik dibandingkan dirinya putri cepat dan teliti bahkan disaat seperti ini dia masih bisa-bisanya tersenyum

Perasaan jengkel Mutia semakin menjadi sewaktu melihat putri sudah mulai menumis bumbu.

Putri! Putri! Putri!

Nama Putri yang mulai mendominasi tak ayal membuat Mutia mulia merasa takut ketinggalan.

"Aku bisa masak, enggk perlu bakat semua orang bisa masak." Mutia melap keringat yang bercucuran dari dahinya sebenarnya suhu didalam ruangan tersebut cukup sejuk, mungkin hal itu dikarenakan suasana hati nya yang sedang panas mendengar orang-orang lebih banyak menyebut putri ketimbang dirinya

Dan tidak terasa dia melihat dinding didapur tersebut gerakannya melambat karna dimenit ke dua belas dia mendengar putri bersuara

"Aku udah selasai!"

Jantung mutia seakan mencelus selama beberapa saat Mutia terpaku pada tumisannya yang belum selesai.

"Ayo mutia sedikit lagi" ucap Miko yang mendadak muncul ditengah-tengah kerumunan orang yang menonton dari muka pintu tersebut

"Cieeee" sorak suara semua teman-teman Meraka terdengar, yang ditanggapi Miko dengan senyum tipis

"Udah Mutia santai aja yang dinilai kan bukan siapa yang paling cepat, tapi siapa yang masakannya yang paling enak" ucap bunga dari balik punggung Miko.

Mutia seperti mendapat suntikan semangat dengan segera dia menyiapkan masakanya.

Putri yang melihat kesungguhan dari mata Mutia mau tak mau merasa khawatir juga, bagaimana kalau Mutia bisa mengalahkan nya? siapa tau hari ini adalah hari ke beruntungan Mutia, tapi tidak mungkin juga Mutia bisa menang melawannya, dia tau betul seperti apa kemampuan Mutia.

Mutia tidak pernah memasak dengan hatinya.

"Gue udah selesai!" ucap Mutia tak lama kemudian ditaruhnya piring berisi masakannya yang sudah ditata sedemikian rupa ke meja kayu dihadapan jeriko.

Putri melihatnya sekilas lalu menyunggingkan senyum penuh arti.

"Buruan jer kasih nilai nya" ucap bunga

Jeriko mengangguk dan melihat piring putri dan Mutia, dan mulai menilai

Putri mengepalkan tangan sewaktu jeriko mencicipi capcay buatan Mutia, rasa takut tiba-tiba menyerang nya bagaimana kalau nilai Mutia sempurna?

"Satu dari sepuluh makanan ini gue kasih nilai delapan!" ucap jeriko

Reflek bahu putri terangkat naik, begitu mendengar hasil yang cukup tinggi dari masakan Mutia.

"Yeee! Mutia keren!" teriak Adila sehingga mereka yang mendengarnya memberi apresiasi yang meriah

"Aku gak yakin nilainya segitu" komentar Fani

"Hemmm, jeriko kan temannya cukup tau saja"

Jeriko menarik pelan piring milik putri lalu mencicipi capcay seafood buatannya

"Cantik" ucap jeriko

"Thanks" putri menjawab singkat, tiba-tiba dia jadi tidak percaya diri

Seharusnya dia tidak meminta jeriko untuk menjadi juri dalam batlle ini, ya jelaslah Mutia bakal menang, jeriko pasti ga biarin Mutia malu

"Hmmm oke" jeriko melipat tangan didada bergantian menatap putri dan Mutia yang memasang ekspresi tegang.

"Nilai putri adalah......"

Plisssss! Mutia merapal doa didalam hatinya

"Sepuluh!"

Putri mengepalkan tangan kanannya sambil berkata YESS dengan semangat

Sedangkan Mutia hanya terpaku ditempatnya cukup lama sehingga dia bisa mendengar suara kecewa dari teman-teman kelompok populernya.

"Yaa! masa kalah si"

"Malu maluin aja deh"

Mutia membuang nafas panjang sebelum mendengar yang lain lagi, cepat-cepat dia beranjak dari sana.

"Mutiaaa!"

Mutia berhenti berjalan begitu tau ada yang memanggilnya, dengan cepat ia menoleh dan menatap pandangan orang itu dengan kesal

Jeriko tersenyum "sorry, Lo marah sama gue?"

Mutia tidak langsung menjawab dia justru kembali melangkah dan berhenti lagi dikursi panjang didepan kelasnya

"Mutiaa?" Ucap jeriko

Lalu Mutia langsung bertanya kepada jeriko, "Gue mau Lo jujur, sebenarnya masakan gue tadi enak apa Enggak?"

Jeriko kembali menunjukkan seulas senyum, "enak, mangkanya gua kasih nilai delapan"

"Bohong! jujur sama gue, sebenernya nilai gue berapa, gue tau kalo tadi Lo sengaja kasih gua nilai delapan supaya gue gak malu."

Jeriko tetap tersenyum "menurut gue, sebaiknya Lo pindah jurusan aja ikut adila sama bunga ditata rias"

Mutia terbengong mendengar pernyataan jeriko tersebut, ternyata bukan cuma putri yang berpikiran kalau dia enggk bisa masak tenyata jeriko juga

"Sorry Mutia." ucap jeriko dan menepuk pundak Mutia dengan pelan sebelum akhirnya pergi meninggalkan Mutia yang tak lama kemudian mulai menangis.

"Mutiaaa!" ucap Adila yang tau-tau sudah berada didekat nya

"Udahhh, enggk usah sedih gitu dong! lagian kenapa sih mesti dipikirkan"

Mutia pun tersenyum terpaksa sambil mengusap ujung matanya yang basah, "Enggk kok biasa aja."

"Hehehe, gitu dong! eh entar sore jadi kan?"

Mutia mengangguk "jadi."

"Yeeeiii!" ucap Adila.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel