Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 15 Siapa Kamu Sebenarnya?

Bab 15 Siapa Kamu Sebenarnya?

"Jangan takut pada apa yang kau pilih. Saat kau ragu dan takut kehilangan, maka kau benar-benar akan kehilangan."

-Gu Familiy Book-

"Saya Kai."

"Kai?" Manda menaikan sebelah alis bingung. "Singkat sekali namanya."

Kai mengangkat bahu. "Ya begitulah, saya juga tidak tahu, kenapa nama saya singkat sekali."

Giliran Kiara yang menatap Kai curiga. "Tapi, ada keperluan apa kamu datang ke sini? Apa kamu ingin menemui Raskal? Tapi dia baru saja pergi ke Medan?"

Wajah Kai berubah cerah saat mendengar kalau Raskal sedang pergi. "Pas sekali, sebenarnya saya ingin mengajakmu ke suatu tempat." Tatapannya terlihat sedikit mencurigakan. "Tapi sayangnya saat ini saya sedang tidak bawa keperluan. Saya akan kembali lagi nanti."

Kiara dan Manda saling pandang, tidakkah Kai bersikap sangat aneh. Tiba-tiba datang dan mengatakan hal yang tidak dimengerti mereka. Kiara kembali menatap pintu setelah Kai pamit pergi dan berjanji akan kembali lagi dalam beberapa jam.

"Apa dia orang gila?" tanya Manda. "Tapi, mana ada orang gila setampan dia. Ahh, benar-benar aneh."

Kiara mengangguk setuju. Dia terus menatap Manda saat teringat satu hal, sepertinya Manda cukup dekat dengan Raskal. Apa Manda akan tahu masa lalu Raskal? Setidaknya, jika Raskal dekat dengan Manda, pasti wanita itu tahu sedikit tentang wanita yang dekat dengan Raskal dua tahun lalu.

Kafka mungkin bilang dokter Paris mengetahui sedikit masa lalu Kiara, tapi untuk sekarang Kiara tidak bisa pergi ke mana-mana. Meski Raskal sedang pergi ke Medan, pasti lelaki itu akan tahu kalau dia pergi ke suatu tempat.

"Hei, kenapa malah melamun?" tanya Manda, melambaikan tangan ke depan wajah Kiara.

Perempuan itu mengerjap. "Eh, tidak apa." Dia tersenyum kikuk. "Eng, Manda," panggil Kiara ragu. "Apa ... kamu tahu banyak tentang Raskal?"

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Senyuman jenaka terukir di bibir Manda, membuat Kiara semakin kikuk.

"Engg, itu ... aku hanya penasaran. Raskal tertutup sekali, tiap kali ditanya. tidak pernah jawab."

Manda menaikan sebelah alis. "Emang, apa yang ingin kamu tahu?"

Haruskah Kiara memberitahu Manda perihal ingatannya mengenai Raskal? "Apa dia dekat sekali sama Keyra?" Kiara merutuki dirinya sendiri yang malah bertanya mengenai Keyra.

Manda berdehem, berusaha untuk tidak tersenyum apalagi tertawa. "Keyra, ya. Aku tidak tahu kalau kamu penasaran sekali sama dia."

Wajah Kiara memerah. Tapi Manda tersenyum, dia mengajak Kiara duduk di sampingnya, bahkan dia sudah membawa teh dan biskuit sebagai teman cemilan. Kiara mengerutkan kening bingung, kapan Manda membawa semua itu.

"Sebenarnya aku tidak terlalu dekat sama Raskal," cerita Manda mengingat-ngingat. "Aku bertemu dengannya dua tahun yang lalu, itu juga Sendi yang mengenalkan. Raskal sedikit murung saat pertemuan kedua kami, dia tidak pernah bicara-kecuali dipaksa Sendi-dan terus melamun. Aku sampai heran, apa yang membuat Raskal seperti itu. Padahal saat dia datang ke pernikahan kami, wajahnya begitu bersinar dan sangat bahagia, saat Sendi menggodanya kapan Raskal nikah. Dia jawab lagi proses melamar."

Kiara merenung, mencerna setiap perkataan Manda. Dia bahkan tidak tahu kalau Raskal seperti itu. Memperlihatkan wajah sedihnya padahal selama ini yang Raskal bisa adalah berwajah datar dan sangat sering bersikap menyebalkan. Kiara sampai lupa kalau Raskal juga punya hati.

"Tapi, sepertinya proses lamarannya gagal atau ditolak, deh. Makanya dia jadi sedih." Manda mengangkat bahu. "Aku juga kurang tahu, Sendi tidak pernah cerita. Dia hanya bilang kalau perempuan yang disukai Raskal pergi."

"Lalu?"

"Keadaannya terus seperti itu sampai setahun kemudian. Saat Om Zaki menjodohkan Raskal dengan Keyra. Raskal terlihat sangat antusias saat melihat foto Keyra, bahkan dia terus mandangin foto Keyra tiap hari sampai akhirnya mereka dipertemukan."

Mendadak mood Kiara sedikit berubah saat mendengar kalau Raskal sangat antusias bertemu dengan Keyra, bahkan sampai memandangi foto Keyra seharian. Sepertinya Raskal benar-benar suka sama Keyra. Ahh, kenapa Kiara malah tidak senang mendengarnya.

"Awalnya Raskal antusias, tiap hari dia cerita sama kami tentang Keyra dan pertemuannya. Bahkan aku tidak lihat wajah sedihnya lagi, Raskal benar-benar bahagia dijodohkan dengan Keyra."

Kiara mengangguk, pantas saja Raskal terlihat sedih saat melihat album fotonya waktu itu. Rupanya Raskal sangat menyukai Keyra. "Benar."

"Apa?"

Kiara tersenyum. "Iya, sepertinya Raskal sangat menyukai Keyra. Aku melihat album foto mereka. Dia terlihat sangat sedih saat melihatnya."

Manda mengerutkan kening bingung. "Album foto? Album foto siapa."

Kiara ikutan mengerutkan kening. "Album fotonya Raskal dan Keyra, memangnya siapa lagi. Aku melihat mereka sangat dekat."

"tidak mungkin, deh, kalau Raskal punya album foto dengan Keyra." Manda mengingat-ngingat. "Setahuku, mereka hanya dekat seminggu. Setelah seminggu Raskal malah menjauhi Keyra meski Keyra mengejarnya. Kata Raskal, dia tidak suka sama Keyra, sebab itu dia meninggalkan Keyra. Tapi ... album foto bersama Keyra? Masa dalam seminggu mereka langsung foto-foto bareng, bukannya waktu itu juga Raskal lagi sibuk, ya."

Kiara mengerjap, apa kata Manda tadi? Raskal hanya dekat dengan Keyra tidak lebih dari seminggu. Lalu album foto Raskal bersama Keyra itu? Kiara ingat, Raskal bilang kalau itu foto kenang-kenangannya bersama Keyra sebelum Keyra pergi meninggalkannya. Padahal kenyataannya, Raskallah yang meninggalkan Keyra, lalu foto itu.

Kiara memejamkan mata, apa jangan-jangan perempuan di foto itu benar-benar Kiara?

"... Sebelum dia meninggalkan saya."

Kiara tersenyum dalam hati, apa orang yang dimaksud Raskal adalah Kiara, bukan Keyra. Kiara yang meninggalkan Raskal begitu saja.

Pintu kembali diketuk saat Manda hendak menanyakan sesuatu. Dia tersenyum dan mengoceh kalau waktu berlalu begitu cepat. Padahal tadi baru pukul tiga sore, tapi sekarang sudah malam saja.

"Siapa lagi yang datang?" Manda pergi membuka pintu diikuti Kiara karena wanita itu belum juga kembali.

"Manda?!" panggil Kiara, dia terkejut saat melihat Kai di depan rumah, bersama Manda yang sudah tidak sadarkan diri. Sepertinya Kai membius Manda dilihat dari jarum suntik yang dibawa. "Apa yang kamu lakukan sama Manda?!" seru Kiara.

Kai tidak terlihat merasa bersalah, dia menggendong Manda dan menidurkan wanita itu ke atas sofa besar, kemudian menatap Kiara yang terlihat sedikit ketakutan. Lelaki itu tersenyum kecil, meminta maaf atas sikapnya yang lancang.

"Apa sebenarnya yang kamu inginkan? Kenapa kamu membius Manda? Siapa kamu sebenarnya?" tanya Kiara beruntun.

Kai mengerutkan kening. "Bisakah kamu berbicara sedikit lambat? Bahasa Indonesia saya tidak semahir Naraka."

"Apa?"

"Pertama; maafkan saya yang sudah bersikap lancang dengan membius teman kamu-tenang saja, dia akan bangun pagi nanti-kedua; saya bukan orang jahat, ketiga; saya datang ke sini karena Naraka menyuruh saya untuk membawamu menemuinya."

Kini Kiara yang bingung, kenapa Naraka ingin bertemu dengannya sampai-sampai mengirim orang seaneh Kai. "Kamu ... siapanya Naraka? Kenapa Naraka ingin bertemu denganku?"

"Saya teman, sahabat, saudara, Naraka." Kai tersenyum. "Ada sesuatu yang ingin disampaikan Naraka padamu. Sayangnya dia tidak bisa jemput kamu, dia sedikit sibuk ... biasalah. Sebab itu dia minta saya untuk jemput kamu."

"Apa itu?"

Kai tersenyum misterius, dia mengajak Kiara pergi keluar. Sontak saja Kiara merasa sangat ragu, dia menatap Kai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kai sama seperti lelaki lainnya, tingginya mungkin 177 cm, tubuhnya kurus namun terlihat kuat seperti Naraka. Wajahnya tampan, cukup untuk menarik perhatian para wanita, meski sebenarnya dibandingkan tampan, Kai lebih cocok disebut cantik melihat wajahnya yang ramping seperti perempuan.

Pakaian yang dikenakan Kai juga sangat rapi, meski rambutnya yang panjang melewati telinga ditata acak. Dengan penampilan seperti itu, Kai tidak mungkin orang jahat, kan? Kiara bertanya-tanya, haruskah dia ikut Kai? Apa benar Naraka menyuruh Kai untuk menjemputnya.

Kai membukakan pintu mobil untuk Kiara. "Saya bukan orang jahat, kamu bisa suruh Naraka buat bunuh saya jika saya menyakitimu sedikit saja." Dia mengedipkan sebelah mata. "Ayo!"

Kiara melihat ke depan rumah, Kai bilang Manda tidak akan sadar sampai pagi nanti. Itu berarti Kiara bisa sedikit merasa aman, dengan terpaksa dia masuk ke dalam mobil Kai.

Dalam mobil Kai bercerita kalau Naraka berniat membantu Kiara mengingat kembali kenangan yang sempat Kiara lupakan. Entah kenapa Naraka melakukannya, padahal setahu Kai, Naraka itu tipe orang yang sangat tidak peduli pada orang lain. Kai juga bercerita kalau Kiara tidak perlu pergi ke Bandung untuk menemui dokter Paris.

"Dia pergi ke Makasar tadi siang. Mungkin hingga sebulan, atau lebih."

Kiara mengerutkan kening. Apa Kai dan Naraka ini memang serba tahu? "Bagaimana bisa kamu tahu?"

Kai hanya tersenyum misterius, dia mematikan mesin mobil tepat di depan Seven Cafe lalu buru-buru turun untuk membukakan pintu mobil Kiara. Dalam hati Kiara mendesah lega, setidaknya Kai benar-benar orang baik.

Mereka masuk ke dalam, ketika Kiara hendak naik ke lantai atas-yang sebelumnya tidak pernah Kiara ketahui kalau ada lantai atas di kafe ini-tiba-tiba saja Reno datang menghampiri Kiara.

"Kita ketemu lagi," kata Reno tersenyum lebar, matanya hangat menatap Kiara. "Sebelum terlambat, aku ingin berterima kasih sama kamu. Terima kasih untuk semuanya."

Kiara mengerutkan kening bingung. "Apa maksudmu?"

Reno kembali tersenyum. "Kamu akan tahu nanti. Kamu akan tahu, kenapa aku bisa akrab denganmu saat pertama kali kita bertemu waktu itu." Reno mengedipkan mata. "Senang mengenal dirimu. Setelah semua ini, aku sangat ragu kalau kita bisa bertemu lagi. Jadi, semoga sukses. Jangan lupain aku, ya."

Kiara sungguh bingung, apa maksud Reno barusan. Dia ingin bertanya tapi Kai menyela dan segera menyuruh Kiara mengikutinya ke atas. Sekilas Kiara melihat Reno yang tersenyum lebar, Allen dan Jared yang tampak khawatir meski mereka memperlihatkan senyuman lebar.

Kiara masuk ke dalam sebuah ruangan. Cukup besar untuk ukuran sebuah kamar, di sana ada Naraka yang duduk di kursi dengan peralatan yang tidak Kiara mengerti di depannya.

"Dari mana kamu kenal wanita ini?" Kai bertanya, lalu duduk di samping Naraka. "Kenapa masih berdiri? Duduk saja," kata Kai.

Dengan ragu Kiara duduk di hadapan Kai dan Naraka yang masih juga tidak mengacuhkan keberadaan Kiara, padahal lelaki itulah yang meminta Kiara datang menemuinya.

"Naraka, kata Kai, ada sesuatu yang ingin kamu katakan padaku." Kiara menelan saliva saat melihat mata Naraka yang sepenuhnya berwarna hitam. Terlihat cukup menakutkan meski terlihat jernih dan teduh.

Naraka diam sesaat, dia melirik Kai di sampingnya. "Kamu tidak mau pergi?"

Kai berdecih kesal. "Kamu mengusirku?"

Naraka tidak menjawab, terus menatap Kai datar. Dengan terpaksa Kai pergi keluar ruangan setelah berteriak agar Naraka menepati janjinya. Barulah setelah Kai pergi Naraka membuka suaranya.

"Sepertinya Kai sudah cerita kalau dokter Paris sedang pergi." Kedua mata hitamnya menatap Kiara tajam. "Bukankah jika begitu, kamu tidak bisa menemui dan meminta bantuan dokter Paris untuk mengembalikan ingatanmu."

Kiara mengangguk, penampilan baru Naraka membuat Kiara sedikit terintimidasi meski Naraka terlihat keren.

"Kamu juga pernah bertanya padaku, kenapa aku terus muncul di hidupmu dan terkadang membantumu meski aku orang sibuk."

"Benar, kenapa?" Kiara selalu bertanya-tanya hal itu, Naraka bukan tipe orang yang mendekati orang lain dengan mudah.

"Kamu akan tahu saat ingatanmu kembali."

Kiara memutar bola mata, jengkel. "Dan aku sama sekali tidak bisa ingat apa yang aku lupakan! Raskal tidak mau ngasih tahu apa yang terjadi, dokter Paris sedang pergi. Mana bisa aku mengingat semuanya dengan cepat."

"Bagaimana jika aku bisa mengembalikan ingatanmu?"

"Apa?"

"Aku bisa saja membantumu mengingat kembali kenanganmu yang hilang. Tapi kamu harus siap dengan segala risikonya." Naraka menelengkan kepala. "Semuanya akan berubah saat kamu mengingat kembali kenanganmu."

"Apakah itu sangat buruk?"

Naraka mengangkat bahu. "Aku di sini hanya untuk membantumu. Apa kamu ingin mengingat kembali kenanganmu? Namun dengan risiko, hidupmu akan benar-benar berubah."

Kiara benar-benar gugup sekarang. Di sisi lain dia ingin mengingat kembali kenangannya yang hilang, namun di sisi lain dia merasa ragu dan takut.

"Aku ..."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel