Bab 15 Margo?
Bab 15 Margo?
"Hentikan percakapan kalian berdua!" Sebuah suara bariton menggema di ruangan berkaca lengkung dengan kaitan baja. Tempat yang dimaksud itu adalah kantor cabang dari kantor utama milik Bastian yang berada di Perancis. Jika dilihat dari luar, bangunan tersebut terlihat seperti bangunan pencakar langit berupa kaca bertingkat dan itu benar, terdapat dua puluh tingkat lantai dengan dinding kaca melengkung yang sangat terkesan modern.
Garda sendiri adalah salah satu klien yang memiliki kerja sama dengan kantor cabang milik Bastian. Adalah hal biasa, jika suami Margo itu sering berlalu lalang di kantor dengan dinding kaca tersebut. Menurut perkembangan, akhir-akhir ini perusahaan Bastian berkembang pesat, berkat kerja sama dengan kantor Garda yang memiliki lahan domestik di wilayah Bukittinggi.
Hingga semua kemajuan yang dialami kantor cabang milik Bastian patut untuk diapresiasi dan sang presdir pun menilik kantornya yang berada di Bukittinggi tersebut.
"Kamu datang ke sini, pasti ada hal yang penting!" tebak Bastian saat tangan liatnya dijabat oleh suami Margo tersebut.
Garda tersenyum senang. Dia menyukai berbisnis dengan Bastian, yang selalu memberikan bonus padanya, biasanya hal itu terjadi setiap kerja sama mereka menuai hasil, meski Garda selalu menolak saat Bastian mengajaknya pergi ke tempat hiburan.
"Hanya sedang memastikan semua yang kukirim ke sini tidak ada yang cacat!" jelas Garda.
Orang mungkin berpikir kalau Bastian sangat beruntung, karena telah sukses secara finansial di usia mudanya, dengan banyak lini bisnis yang dia miliki. Bastian yang merupakan calon suami dari Marcella Olivia, seorang model dari Perancis. Hal tersebut sudah menjadi rahasia umum, termasuk Garda pun telah mengetahuinya.
Sebagian besar kaum hawa sangat menyukai sosok Bastian. Terlebih image-nya yang terbilang sangat bagus. Bastian yang merupakan sosok muda rupawan itu jauh dari kabar miring atau kesan playboy yang mungkin selalu tersemat pada presdir seperti dia. Intinya semua hal baik-baik selalu melekat padanya, hingga Ayumi pun menilainya demikian dan mengenalkan Bastian dengan Margo.
Jangan heran ketika banyak orang menilai, betapa beruntungnya Marcella yang memiliki calon suami sebaik Bastian. Padahal Marcella sudah mengenal Bastian sejak kecil, tersebab kedua orang tua mereka yang memang dekat. Marcella memang memiliki perasaan terhadap Bastian, tetapi tidak dengan pria itu. Dia muak dengan semua wanita yang menaruh hati atau curi-curi pandang kepadanya.
"Semua pasti sempurna sebab kamu yang mengurusnya sendiri, Garda!" puji Bastain menepuk bahu kanan Garda.
"Ah, kamu terlalu memuji!" elak Garda, "kapan kamu akan menikahi Marcella? Aku tak sabar datang ke acara pernikahanmu. Kebetulan istriku adalah seorang Indo dan mempunyai saudara di Perancis!"
Seketika Bastian mengerutkan keningnya. Dia tak menyangka kalau orang seperti Garda bisa memiliki istri blasteran. Hampir tidak pernah terbayang di benak Bastian.
"Hmmm, aku menunggu negara api menyerang!" kelakar Bastian tertawa. Hingga keduanya tertawa terbahak-bahak yang membuat suasana menjadi ceria.
"Kamu pandai melucu juga, Bastian?" puji Garda setelahnya.
"Aku bukan pandai melucu, akan tetapi sedang ingin tertawa saja. Oh, ya ... siapa nama istrimu? Mungkin Marcella mengenalnya."
Dengan wajah yang berbinar Garda mengatakan, "Margo. Istriku bernama Margo!" cetusnya disertai senyum tipis.
Seketika Bastian menajamkan matanya dan terlihat berpikir. Garda pun heran akan perubahan sikap Bastian yang menghilangkan senyumannya.
"Margo?" debat Bastian ingin memperjelas apa yang dikatakan oleh Garda.
Garda mengangguk, "Kenapa? Apa ada yang salah?" tanya Garda khawatir.
Bastian menggeleng, "Oh, tidak. Sepertinya nama Margo itu tak hanya satu."
"Astaga, kenapa kamu sangat lucu, Bastian? Nama Margo memang tak hanya satu di dunia ini!" gelak Garda sambil menggeleng.
"Ah, tidak begitu maksudku, Garda. Kemarin aku bertemu dengan perempuan bernama Margo di tempat hiburan," jelas Bastian. 'Dan kami melakukan kegiatan suami istri dan aku jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama,' ujar Bastian dalam hati yang tentu Garda tak dapat mengetahuinya.
"Wah, kukira kamu benar-benar menjaga image baikmu, Bastian! Maksudku adalah sudah tidak pergi ke tempat hiburan?" ucap Garda heran dengan setengah berbisik.
"Keperluan bisnis, Garda. Aku masih menyukai tempat hiburan berkelas di Bukittinggi ini. Di sini kan jarang ada alkohol diperjual-belikan secara bebas!" elak Bastian dan memberikan penilaian baik terhadap kota yang menjadi spot paling menarik di Sumatera Barat tersebut.
Garda mengangguk sambil tertawa kecil.
"Hmm, baiklah. Semoga kamu yang kurang hiburan itu terhibur," sarkas Garda.
Sejenak mata Bastian memicing dan berkilat. Garda menyadari hal itu dan mengambil sikap waspada.
"Kukira kamu harus hati-hati kalau bicara, Garda!" tegas Bastian tak suka.
"Okay, boskuh!" seru Garda sambil menirukan gaya wajah humor Mister Bean.
Seketika Bastian tertawa sangat keras dan diikuti oleh Garda.
"Oh, ya ampun! Kamu sangat lucu, Garda," ungkap Bastian.
"Benarkah? Kukira aku sangat jahil," elak Garda.
"Bisa jadi iya," jawab Bastian.
Akhirnya keduanya membicarakan– pembicaraan seputar bisnis mereka. Garda dan Bastian merasa sudah sangat akrab dan ingin untuk membina hubungan mereka menjadi sebuah teman dekat.
"Garda, bagaimana kalau aku berkunjung ke rumahmu?" ucap Bastian.
"Boleh, kapan kau akan berkunjung? Aku akan memasakkanmu makanan Padang!" seru Garda.
"Oh, jangan! Jangan masakan Padang, please! Kenapa kamu tidak mau memasakkanku masakan Perancis saja? Bukankah Istrimu orang Perancis?"
"Yeah, jadi kamu menyukai makanan Perancis?"
"Iya, tentu saja demikian. Lidahku belum terlalu terbiasa dengan makanan Indonesia, tapi ... kalau istri kamu punya kerang, bolehlah." Bastian mendekat ke arah Garda, "kerang ... tentu aku menyukai kerang. Si peningkat libido–menjadi lebih turn on going," bisik Bastian pada telinga Garda. Seketika Garda tertawa sambil menangkupkan tangan pada mulutnya untuk meredakan suara tawanya.
"Astaga, kamu benar-benar, Bastian. Kurasa kamu seharusnya segera menikah!" saran Garda.
"Menikah?"
"Iya, menikah,"
"Hmm, mungkin aku sedang tertarik dengan seseorang, tapi sepertinya perempuan itu mengambil jarak denganku!" seru Bastian murung.
"Kenapa? Bukankah kamu sangat sempurna, Bastian?"
"Yeah, seharusnya begitu Garda!"
Garda memutar matanya pada Bastian.
"Aku bosan dengan perempuan-perempuan yang menggilai ku. Yang tertarik dengan hartaku. Rasanya buruk–jika mereka yang selalu tebar pesona di hadapanku. Dan perempuan yang satu ini berbeda," desah Bastian.
"Benarkah? Siapa nama perempuan itu?"
"Namanya Margo," jawab Bastian.
"Margo?" tanya Garda merasa tak percaya.
"Ada yang salah?"
Garda menggeleng, "Hmm, itu– nama istriku."
"Kalau begitu, kuharap Margo istrimu berbeda dengan Margoku," ungkap Bastian.
"Benar, kuharap juga begitu. Apakah kamu akan menikah dengan Margomu itu?" tanya Garda.
"Kuharap begitu ... Garda, karena aku merasa frustrasi sejak mengenalnya, mimpiku dipenuhi dengan dirinya."
"Dia?"
Bastian mengangguk, "Ya, banyak sekali wanita yang menarik di luar sana, tapi aku menginginkan Margoku, ya meskipun dia membenciku, Garda."
"Jadi kamu mencintai orang yang membencimu?" tanya Garda.
"Bisa dibilang begitu, karena aku memang suka tantangan," balas Bastian.
